Aku ingat betul hari pertama Tarawih, lokasi rumput jepang teras belakang Masjid terisi penuh.
Hari ke -8 Rumput jepang itu mulai terlihat jelas hijau terhampar. "Pada kemana tuh orang orang yang disini kemaren?" Hatiku membatin. Aku terus berjalan ke depan,
Hari ke-16 Tarawih, aku datang sambil melangkah dengan tatapan mata fokus ke ponsel bahkan sempat sempatnya aku terduduk membalas chat WA dilantai belakang Ruang utama Masjid. "Pada kemana tuh orang orang yang disini kemaren?" Hatiku membatin lagi..
Hari ke-27 Tarawih, "Maaf pak, Sholat Tarawih libur?" Aku bertanya ke salah satu jamaah disitu. Bapak itu tidak menjawab dia hanya tersenyum sambil melangkah ke ruang dalam Masjid yang nampak sepi. "Pada kemana tuh orang orang yang disini kemaren?" Hatiku membatin untuk kesekian kalinya.
Saat sholat Tarawih dimulai, Aku berada di Shaf paling depan, disampingku tampak wajah wajah keriput, ada juga sih yang berwajah kencang sepertiku tapi hanya beberapa saja.
Ketika aku pulang Tarawih, Aku bertemu seorang kakek Tua berjenggot putih dan memegang tongkat berkata kepadaku. "Selamat Kisanak, Panjenengan sudah masuk Final sebuah ajang Kompetisi terbesar di bulan ini." Buzzzz...!! Tiba tiba kakek tadi lenyap seketika berbarengan dengan kepulan asap tebal berwarna putih..
"Maaf pak, menyingkir dulu, Â lagi ada penyemprotan DBD nih malam malam."
Aku segera berlari kecil menuju rumah sambil memikirkan cerita tentang apaan sih itu di atas?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H