Mohon tunggu...
Ahmad Said Widodo
Ahmad Said Widodo Mohon Tunggu... Sejarawan - Peneliti dan Penulis Sejarah dan Budaya

Peneliti dan Penulis Sejarah dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sejarah Perkebunan Teh Pertama dan Pabrik Teh Pertama di Nusantara (Wanayasa, Purwakarta)

12 Juli 2024   09:16 Diperbarui: 20 Juli 2024   19:03 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah teh di bumi Nusantara berawal mula dari sejak masuknya tanaman teh yang berupa biji teh dari Jepang ke Nusantara pada tahun 1684. Teh tersebut dibawa ke Batavia oleh Andreas Cleyer yang merupakan seorang dokter, pengajar, naturalis dan ahli botani serta saudagar di VOC yang berkebangsaan Jerman. Ia membawa serta tanaman teh itu dan ditanam di depan rumahnya di Batavia. Pengawas kebunnya Georg Meister, dalam bukunya Der Orientalisch Indianische Kunst und Lust Gärtner, yang diterbitkan di Dresden pada tahun 1692, berbicara tentang pohon teh.

Pada saat itu teh hanya dijadikan sebagai tanaman hias, belum diperdagangkan secara komersial. Pendeta Francois Valentijn pada tahun 1694 melaporkan telah melihat perdu teh muda yang tumbuh di taman istana Gubernur Jendral Joannes Camphuys (18 Juli 1634 – 18 Juli 1695) di Batavia.

Teh baru mendapat perhatian serius dari pemerintah VOC pada tahun 1728 dengan mendatangkan biji teh dari China dalam jumlah banyak agar mereka menanam teh sendiri, namun rencana tersebut dengan cepat dibatalkan karena kurang berhasil.

Hampir seabad kemudian, pada tahun 1824, Pemerintah Kolonial Hindia Belanda mengutus Philipp Franz Balthasar von Siebold (17 Februari 1796 – 18 Oktober 1866) membawa berbagai jenis tanaman. Staf Perwakilan Belanda di Dejima, Jepang tersebut juga mengenalkan usaha pembudidayaan teh dengan bibit asal Jepang.

Hingga pada tahun 1826 tanaman teh berhasil ditanam untuk melengkapi koleksi Kebun Raya Bogor yang dipimpin oleh Karl Ludwig, Ritter von Blume pengganti Prof. Caspar Georg Karl Reinwardt. Setahun kemudian, teh ditanam di kebun percobaan Cisurupan (Garut) di bawah kaki Gunung Papandayan dan Wanayasa (Purwakarta) di kaki Gunung Burangrang, Jawa Barat. Pabrik teh pertama di Hindia Belanda didirikan pada tahun 1830, (tempatnya berada di Kampung Parakanceuri, Desa Pusakamulya, Kecamatan Kiarapedes, Kabupaten Purwakarta sekarang).

Gambar Jacobus Isidorus Loudewijk  Levien Jacobson. Sumber: J.I.L.L. Jacobson
Gambar Jacobus Isidorus Loudewijk  Levien Jacobson. Sumber: J.I.L.L. Jacobson

Sangat tertarik dengan keberhasilan perdagangan teh dari Tiongkok, Jepang dan Taiwan di pasaran Eropa, Pemerintah Kolonial Hindia Belanda mengirim seorang Belanda keturunan Yahudi, Jacob Izaac Levy Jacobson untuk belajar tentang hal ikhwal pengolahan teh di Tiongkok. Pakar penguji teh dari Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM) tersebut kembali tiba sekitar pergantian tahun 1832/33 dengan antara lain 7 (tujuh) juta biji teh dan 15 (lima belas) orang Tionghoa Makau: 1 (satu) orang ahli teh, 2 (dua) orang pembuat teh hitam, 2 (dua) orang pembuat teh hijau, 2 (dua) orang tukang kayu, 1 (satu) orang pembuat stiker, 2 (dua) orang pelukis, 2 (dua) orang tukang timah dan 3 (tiga) orang pembuat kertas.

Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch telah menginstruksikan warga Banten untuk melepaskan tembakan dan mengibarkan bendera begitu kapal Nederlandsche Handel Maatschappij tiba di pelabuhan Anyer. Orang Tionghoa itu harus segera diturunkan dari kapal dan diantar ke Batavia dengan kuda pos. Mereka melanjutkan perjalan ke perkebunan teh Wanajasa di Krawang, tempat Jacob Izaac Levy Jacobson memegang kekuasaan di bawah pemerintahan Residen Guillaume de Serière.

Wilayah Priangan bagian tengah dipilih pertama kali menjadi perkebunan teh karena udara sejuk nyaman dengan topografi pegunungan pada ketinggian 500 sampai 1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl) sangat cocok untuk habitat tanaman teh ini.

Keberhasilan penanaman percobaan dalam skala besar di Wanayasa (Purwakarta) dan di kaki Gunung Raung (Banyuwangi) membuka jalan bagi Jacob Izaac Levy Jacobson untuk meletakkan landasan bagi usaha perkebunan teh di Jawa.

Sejak tahun 1833 Jacob Izaac Levy Jacobson yang sudah menjadi Inspektur Bidang Tanaman Teh, mengembangkan tanaman teh lebih luas lagi di beberapa daerah lain di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Hingga pada akhirnya hasil teh dari Nusantara mulai diangkut ke negeri Belanda sebanyak 200 peti dan untuk pertama kalinya diikutsertakan dalam pelelangan teh di Brakke Grond, Amsterdam pada tanggal 19 November 1835. Teh dari Jawa ini merupakan teh pertama di luar Cina yang masuk pasar Eropa. Semenjak itulah, teh Indonesia mulai dikenal bangsa-bangsa di dunia dan mengharumkan nama Nusantara karena rasanya yang unik dan khas.

Gambar stiker peti teh Jawa pertama pada tahun 1835. Sumber: J.I.L.L. Jacobson
Gambar stiker peti teh Jawa pertama pada tahun 1835. Sumber: J.I.L.L. Jacobson

Pada tanggal 11 Oktober 1838 di Batavia Jacob Izaac Levy Jacobson mengganti nama depan Yahudinya Jacob Izaac Levy menjadi nama baptis Kristen Katholik Jacobus Isidorus Lodewijk, sehingga nama lengkapnya adalah Jacobus Isidorus Loudewijk  Levien Jacobson. Dia kemudian menerbitkan buku sebagai J.I.L.L. Jacobson dan karena itu mengaburkan nama keluarga pertamanya Levien.

Jacobson yang menyelesaikan karyanya tentang Wanayasa pada tahun 1840, saat itu mulai menulis manual yang digunakan sebagai kitab standar selama beberapa dekade mendatang. Jacobson yang masih menjadi Inspektur budidaya teh, diangkat menjadi Knight of the Order of the Dutch Lion (Ksatria Ordo Singa Belanda). Pada tahun 1848 ia kembali ke Belanda.

Gambar Peta Wanayasa dan sekitarnya. Sumber: J.I.L.L. Jacobson
Gambar Peta Wanayasa dan sekitarnya. Sumber: J.I.L.L. Jacobson

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun