Mohon tunggu...
Ahmad Said Widodo
Ahmad Said Widodo Mohon Tunggu... Sejarawan - Peneliti dan Penulis Sejarah dan Budaya

Peneliti dan Penulis Sejarah dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah Masjid Agung Baing Yusuf, Purwakarta

7 April 2024   20:00 Diperbarui: 20 Juli 2024   07:10 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Agung, Purwakarta, 1926.Sumber Foto: Leiden University Libraries | Digital Collections

Pendahuluan

Kyai Haji Raden (K.H.R.) Muhammad Yusuf (Syaikh Baing Yusuf), lahir di Bogor pada abad 18, seorang putera (No. 4 dari 6 putera) dari Raden Aria (R.A.) Djajanagara, cucu dari R.A. Wira Tanu Datar V, buyut dari R.A. Wira Tanu Datar IV dan seterusnya. Urutan silsilah dari garis ayahnya adalah sebagai berikut:

  • R.A. Jayanegara (Aria Banceuy, lahir 1758) sebagai Bupati Kampung Baru (Bogor) sebagai Bupati Bogor (1796-1801).
  • R.A. Wiratanudatar V (R. Muhyidin) menjabat sebagai Bupati Cianjur (1761-1776), kakek kandung Syaik Baing Yusuf.
  • R.A. Wiratanudatar IV (R. Sabirudin) menjabat sebagai Bupati Cianjur (1726-1761).
  • R.A. Wiratanudatar III (R. Astramanggala) menjabat sebagai Bupati Cianjur (1707-1726).
  • R.A. Wiratanudatar II (R. Wiramanggala) menjabat sebagai Bupati Cianjur (1691-1707).
  • R.A. Wiratanudatar I (R. Jayasasana, R. Jayalalana) menjabat sebagai Bupati Cianjur (12 Juli 1677-1691.
  • R.A. Wangsagoprana.

Saat masih berusia muda belia, Syaik Baing Yusuf sudah hafal Al Quran dan teks-teks dasar ilmu keislaman serta memahami tata Bahasa Arab. Pada usia 13 tahun beliau menimba ilmu di Makkah hingga bermukim selama 11 tahun dan kemungkinan besar salah satunya belajar pada Syaikh Abdullah Hijazi Al-Syarqawi Al-Azhari (w. 1820).

Beliau diangkat menjadi Hoofdpanghoeloe (Kepala Para Penghulu) melalui Besluit Nomor 29 tanggal 16 Agustus 1828. Beliau menjabat dari tahun 1828 hingga 1854.

Beliau wafat dan dimakamkan di makam tanah wakaf Baing Yusuf, Kaum, Cipaisan, Purwakarta pada tahun 1854.

Beliau juga adalah kakek dari K.H.R. Marzuki (Syaikh Baing Marjuki, Baing Babakan, 1857-1937), seorang ulama ahli Tarikat Naqsyabandiyah dan penulis kitab Wawacan Iman, Elmu Reujeung Amal (Iman, Ilmu dan Amal), Purwakarta, Sabtu, 26 Juli 1924 pukul 01.53 yang berisi tentang uraian mengenai iman, ilmu dan amal dalam agama Islam, yang telah ditransliterasi oleh Drs. H. Said Raksakusumah dan H.R. Hidayat Martalogawa, yang sudah diterbitkan oleh Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1979.

Para Thabaqat

Menurut bahasa Thabaqat diartikan, yaitu kaum yang serupa atau sebaya. Sedangkan menurut istilah Thabaqat, yaitu kaum yang berdekatan atau yang sebaya dalam usia dan dalam isnad atau dalam isnad saja. Dalam pengertian lain Thabaqat secara bahasa berarti hal-hal, martabat-martabat atau derajat-derajat. Keadaan yang dimaksud dalam Ilmu thabaqat adalah keadaan yang berupa persamaan para perawi dalam sebuah urusan. Adapun urusan yang dimaksud, antara lain:

  • Bersamaan hidup dalam satu masa.
  • Bersamaan tentang umur.
  • Bersamaan tentang menerima hadits dari syaikh-syaikhnya.
  • Bersamaan tentang bertemu dengan syaikh-syaikhnya.

Menurut kamus bahasa, arti thabaqat adalah sekelompok orang yang hidup semasa atau dalam zaman yang berbeda, namun mempunyai kapasitas-kualitas yang sama secara keIlmuan, keahlian atau profesinya.

Para Thabaqat dan Murid-murid

  • Murid-murid Generasi Pertama: Al-Imaam Al-'Allaamah Asy-Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi al-Bantani at-Tanari asy-Syafi'i dan lain-lain.
  • Murid-murid Generasi Kedua: Al-'Aalim Al-'Allaamah Al-Faqiih Ash-Shuufi Asy-Syaikh Al-Haajji Tubagus Ahmad Bakri bin Tubagus Sayida as-Sampuri al-Faliridi al-Jawi asy-Syafi'i dan Al-'Aalim Al-'Allaamah Asy-Syaikh Al-Haajji Muhammad Kholil bin Abdul Lathif al-Bangkalani al-Maduri al-Jawi asy-Syafi'i dan lain-lain.
  • Murid-murid Generasi Ketiga: Hadratussyaikh Kyai Haji Muhammad Hasyim Asy'ari dan lain-lain.
  • Murid-murid Generasi Keempat: K.H. Abdul Wahid Hasyim dan lain-lain.
  • Murid-murid Generasi Kelima: Dr. (H.C.) K.H. Abdurrahman Wahid dan lain-lain.

Masjid Agung "Baing Yusuf" (dahulu Masjid Agung, Purwakarta)

  • Masjid Agung Purwakarta pertama kali dibangun oleh tokoh penyebar agama Islam di Purwakarta yang bernama K.H.R. Muhammad Yusuf bin R. Jayanegara pada tahun 1826.
  • Pada tahun 1907 Masjid Agung Purwakarta mengalami renovasi pertama kalinya.
  • Pada tahun 1926 Masjid Agung Purwakarta mengalami renovasi kedua kalinya dengan menambah bak air dan tempat mandi marebot yang dipelopori oleh K.H.R. Ibrahim Singadilaga.
  • Pada tahun 1955 Masjid Agung Purwakarta mengalami renovasi ketiga kalinya, dimana masjid ini melakukan perubahan dengan penambahan bangunan kantor penghulu yang berada di samping kiri masjid yang diprakarsai oleh R. Endis, K.H.R. Santang Abdurrahman dan K.H. Mohammad Aop.
  • Pada tahun 1967 Masjid Agung Purwakarta mengalamai renovasi yang keempat kalinya, di mana bangunan Masjid Agung Purwakarta diperluas dengan menambah sayap kanan dan kiri masjid beserta tempat wudhu yang dipelopori oleh R.H.A. Sanusi.
  • Pada tahun 1978-1979 Masjid Agung Purwakarta mengalami renovasi yang kelima kalinya, namun tidak mengubah bentuk asli artistiknya yang dipelopori oleh ibu Hj. Rd. Mami Satibi Darwis isteri dari Mayjend TNI (Purn.) Drs. Satibi Darwis dan diresmikan oleh Menteri Agama Republik Indonesia Letjen TNI (Purn). Alamsyah Ratu Prawiranegara pada tahun 1980.
  • Pada tahun 1993-1994, Masjid Agung Purwakarta mengalami renovasi ke. enam kalinya dan perubahan secara signifikan atas bentuk asli dan artistik (rehabilitasi atau pembangunan total) yang diprakarsai oleh Bupati Purwakarta, Drs. H. Bunyamin Budih, S.H. (1993-2003).
  • Pada tahun 2011-2012 Masjid Agung Purwakarta mengalami renovasi ketujuh kalinya atau terakhir kalinya, dimana renovasi dilakukan terhadap bagian depan, kiri dan kanan masjid serta taman yang diprakarsai oleh Bupati Purwakarta H. Dedi Mulyadi, SH. Penambahan nama Masjid Agung Purwakarta menjadi Masjid Agung Baing Yusuf oleh Pemerintah Kabupaten Purwakarta pada tahun 2012.

Makam Syaikh Baing Yusuf

Makam Beliau tak jauh dari makam para Bupati Karawang di Purwakarta, antara lain:

  • R.T. Sastranegara (R. Muhammad Enoch) (1849-1954).
  • R.A.A Sastraadhiningrat I (R.A. Sumadipura, R. Sumanegara, Uyang Ajiam, Dalem Sepuh) (1854-1863).
  • R.A.A. Sastraadhiningrat II (R. Adikusuma, Apun Muhammad Hasan, Dalem Bintang) (1863-1886).
  • R.A.A. Sastraadhiningrat III (R. Suriakusuma, Apun Harun, Kanjeng Adipati, Dalem Adipati) (1886-1911).
  • R.T.A. Gandanegara (Apun Ahyar, Kanjeng Aria, Dalem Aria, Dalem Tumenggung) (1911-1925).

Juga para Bupati yang terkait dengan keluarga di Kaum, Purwakarta, antara lain:

  • Bupati Serang P.A.A. Achmad Djajadiningrat (makamnya sudah dipindahkan ke Karawang oleh para ahli warisnya).
  • Bupati Galuh (Ciamis) R.A.A. Sulaeman Sastrawinata.

Haul Syaikh Baing Yusuf

Haul Syaikh Baing Yusuf diperingati setiap tanggal 09 September setiap tahun dan setiap peringatan diadakan rangkaian acara haul, pengajian dan ceramah keagamaan, seminar dan lain-lain. Setiap hari, terutama setiap hari Sabtu dan Minggu serta hari-hari libur nasional dan hari libur keagamaan Makam Syaikh Baing Yusuf dan Masjid Agung Baing Yusuf, Purwakarta banyak dikunjungi para peziarah sebagai salah satu destinasi wisata ziarah. Para pengunjung berdatangan dengan puluhan bus dan ratusan mobil pick-up (bak terbuka), terutama dari pondok-pondok pesantren di wilayah Provinisi Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten. Syaikh Baing Yusuf juga digelari sebagai Maha Guru Ulama Nusantara Abad 19. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun