Setiap kali penjelajahan dan pendakianku ada yang sangat kusuka, yaitu hutan submontana, montana dan sub alpina.
Beraneka jenis flora dan fauna ada di sana, dalam hutan lumut, hutan kabut dan hutan awan dengan burung-burung berkicau riang.
Pepohonan banyak digelayuti epifit: anggrek, lumut dan pakis hijau menawan sejauh-jauh mata memandang, sungguh menyejukkan.
Pegunungan selalu menyimpan kenangan dan kerinduan, pada pinus dan cemara hijau segar tinggi menjulang.
Dan aku memilih tidak memetik edelweiss di tempat tumbuhnya, aku lebih suka mengagumi kecantikannya.
Aku tak kan pernah memetiknya kecuali membawa dan mengajakmu untuk bersama menikmati keindahannya.
Edelweiss ada di Tegal Alun (Gunung Papandayan), ada di Alun-Alun Surya Kencana (Gunung Gede), ada di Alun-Alun Mandalawangi (Gunung Pangrango),Â
Ada di Gunung Lawu, Merbabu, Semeru dan Sindoro, ada di Plawangan Sembalun (Gunung Rinjani) dan ada di Gunung Bawakaraeng.
Dan ketika pendakian menuju ke puncak, ke pelataran tepian kawah, maka kudapati cantigi sungguh cantik menawan.
Berbatang kuat tahan cuaca alam, berdaun hijau kemerahan dan berbuah ungu tua kehitaman.
Sebutir atau beberapa butir manis untuk dinikmati, pelepas lelah, haus dahaga sebab puncak menjadi tujuan.
Bila udara cerah, maka aku nikmati langit biru lazuardi dan awan gemawan putih berarak bertebaran.
Namun jika kabut halimun menutupi pandangan, maka biarlah itu kunikmati dalam kesunyian dan desau desir angin pegunungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H