Mohon tunggu...
Ahmad Said Widodo
Ahmad Said Widodo Mohon Tunggu... Sejarawan - Peneliti dan Penulis Sejarah dan Budaya

Peneliti dan Penulis Sejarah dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sejarah Rumah Sakit Bayu Asih Purwakarta

18 April 2019   17:05 Diperbarui: 30 Oktober 2022   17:33 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bayu Asih Purwakarta awalnya didirikan pada tahun 1925 di Jalan Cipaisan Purwakarta (sekarang SMP Negeri 4 Jalan Jenderal Ahmad Yani Purwakarta). Yaitu pada akhir masa pemerintahan Bupati Karawang di Purwakarta, Raden Tumenggung Aria Gandanegara dan awal pemerintahan Bupati Karawang di Purwakarta, Raden Adipati Aria Soeriamihardja. 

Namun karena pada tahun 1927 terbakar, maka dipikirkanlah pembangunannya kembali dan pada tahun 1930 dengan dipindahkan lokasinya ke Jalan Raya Purwakarta Utara (di kemudian hari menjadi Jalan Raya Jenderal Sudirman Purwakarta dan sekarang menjadi Jalan Raya Veteran Purwakarta). Ada pun lokasi lama bekas rumah sakit itu sering disebut Rumah Sakit Heubeul (Lama) yang kemudian dijadikan lokasi rumah miskin, Sekolah Kejuruan Kepandaian Putri (SKKP) Negeri, Sekolah Kesejahteraan Keluarga Atas (SKKA), Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga (SMKK) dan akhirnya menjadi Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Purwakarta. 

Dan dari beberapa peta lama / kuno Purwakarta yang Penulis temukan di Arsip Nasional Republik Indonesia di Jakarta ternyata di lokasi tersebut disebut sebagai "Hospitaal" atau "Ziekenhuis". Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bayu Asih Purwakarta sebenarnya merupakan rumah sakit 'tua', dibangun atas prakarsa dan kebutuhan warga masyarakat Purwakarta, yang pada hari Sabtu tanggal 18 Oktober 1930 pukul 09.00 WIB, diresmikan oleh Gubernur Jenderal Jhr. Mr. Dr. Andries Cornelis Dirk van de Graeff yang didampingi oleh Residen Hr. A. Sangster, Bupati Karawang di Purwakarta Raden Adipati Aria Soeriamihardja, Hr. Slotemaker de Bruine, Pendeta O.E. van der Brug, dr. W.J.L. Bake, dr. Wimmel dan dr. F.J. Bosman (Zend.Arts) dan Suster Kepala Zr. H. Hazewindus. Acara pengguntingan pita dilakukan oleh isteri Gubernur Jenderal Ny. (Freule) Londa Andries Cornelis Dirk van de Graeff dengan disaksikan oleh Ny. Bremmer dan Ny. Van Wijk. 

Koleksi Pribadi Ahmad Said Widodo
Koleksi Pribadi Ahmad Said Widodo

Berdiri di atas tanah seluas 5 (lima) hektar dan luas bangunan 5.000 m, memiliki komponen pelayanan yang sangat mendasar, yaitu : rawat jalan, rawat inap yang terdiri dari 7 (tujuh) zaal / bangsal (belum terbagi menjadi spesialistik), bengkel, apotik, sekolah juru kesehatan dan asrama. Ketika diresmikan pertama kalinya dalam bahasa Belanda rumah sakit ini disebut "Zendingsziekenhuis Bayoe Asih te Poerwakarta".

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bayu Asih Purwakarta (yang sekarang ini) dahulunya merupakan sebuah hospital yang sangat dibanggakan dan dibuat oleh Nederlandsche Zendings Vereeniging (Gevestigd te Rotterdam), Zendelingen Java te Poerwakarta) untuk Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, diberi nama "Bayoe Asih" yang berarti "Pemeliharaan di dalam kekuatan derma pengasihan". Ada pun biaya pembangunannya menghabiskan Nf 280.000 (dua ratus delapan puluh ribu Nederlands florijn=gulden atau rupiah) yang berasal dari sumbangan masyarakat, zending, Pamanoekan & Tjiasem Landen dan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. (Sayang Penulis belum mendapat data, fakta, bukti dan saksi yang kuat, apakah Bupati Karawang di Purwakarta, Raden Adipati Aria Soeriamihardja termasuk ke dalam kelompok para penyumbang (donatur) atau tidak, kalau ya, berapa jumlah yang beliau sumbangkan, baik sebagai pribadi maupun dalam kapasitasnya sebagai Bupati?).

Arsitek dan pembangunannya dikerjakan oleh Annemer Lie Djien Tiong dibantu oleh Rd. Moehammad Asik dan Ahmad Soeta sebagai para pelaksana lapangannya. Biaya yang sebesar ini lebih besar daripada pembayaran uang dana pensiun bagi bangsa keturunan Eropa di Bandung setiap bulan yang sebesar Nf 248.441,77 (dua ratus empat puluh delapan ribu empat ratus empat puluh satu dan tujuh puluh tujuh sen gulden). Hebat sekali!
Pada saat itu di Bayu Asih masih mempunyai sebuah Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) yang berada di bagian belakang rumah sakit yang dibuka sampai dengan tahun 1970-an. 

Bahkan Bayu Asih sudah mempunyai sekolah ini sejak masih jaman penjajahan kolonial Hindia Belanda, saat diresmikan oleh Gubernur Jenderal Jhr. Mr. Andries Cornelis Dirk van de Graeff pada tanggal 18 Oktober 1930. Salah seorang lulusannya adalah Mayor Tjilik Riwut (1918-1987) yang kemudian menjadi Laksamana (Marsekal) Pertama Titulair, yang kemudian hari ditetapkan oleh Pemerintah RI menjadi Pahlawan Nasional. Mantan Direktur Rumah Sakit Bayu Asihm, H. Sigit Saroso pernah berjumpa dua kali dengannya ketika pak Tjilik Riwut menjabat sebagai Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Kalimantan Tengah di Palangkaraya (1957-1966) dan setelah beliau tidak lagi menjabat. Beliau juga pernah menjadi Wedana Sampit dan Bupati Kotawaringin.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bayu Asih Purwakarta, dulu pernah dipimpin oleh dr. Johannes Leimena, seorang dokter lulusan School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) / Sekolah Pendidikan Dokter-dokter Bumiputera atau Sekolah Dokter Jawa, Jakarta tahun 1930 - tahun yang sama dengan diresmikannya rumah sakit ini - mulai bulan Desember 1941, yang ketika itu masih merupakan rumah sakit milik zending. Beliau dilahirkan di Amboina pada tanggal 06 Maret 1905. Menyelesaikan pendidikannya pada Christelijk Europeesche Lagere School (ELS), Jakarta tahun 1919; Christelijk Meer Uitgebrreid Lager Onderwijs (MULO), Jakarta tahun 1922 dan School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) / Sekolah Pendidikan Dokter-dokter Bumiputera atau Sekolah Dokter Jawa, Jakarta tahun 1930 serta gelar Doctor in de Geneeskunde, Jakarta tahun 1939.

Ada pun School tot Opleiding van Inlandsche Artsen yang dibentuk pada tahun 1902 ini kemudian diganti namanya menjadi School tot Opleiding van Indische Artsen semenjak tahun 1913 dan masih menggunakan nama singkatan STOVIA juga yang kemudian pada tanggal 16 Agustus 1927 dibuka Geneeskundige Hogeschool (GHS) atau Sekolah Tinggi Kedokteran. Namun sebelum itu STOVIA sering kali ditafsirkan sebagai Stuwkracht tot Ontwikkeling van de Indische Archipel (Kekuatan pendorong untuk mengembangkan Kepulauan Hindia atau daya pendorong perkembangan Nusantara). Mengapa sampai disebut demikian namanya? Hal ini karena dari semenjak awal didirikannya pendidikan kedokteran di Jawa, para siswa atau mahasiswanya telah mulai terlibat dalam perjuangan pergerakan nasional menuju kemerdekaan. Banyak sekali nama yang dapat disebut dalam hal ini.

Pekerjaan yang pernah dijalani dr. Johannes Leimena adalah sebagai Dokter Bumiputera Pemerintah (Gouvernment Inladshe Artsen) pada Bagian Penyakit Dalam (Interna) Rumah Sakit Umum Pusat (Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting atau CBZ, yang sekarang menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo), Jakarta di bawah Prof. Dr. de Langen (Desember 1930 - Juni 1931); kemudian diperbantukan pada Rumah Sakit Zending di Bandung (Juni 1931 - Desember 1941) serta menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Zending "Bayu Asih" di Purwakarta (sejak Desember 1941). Karya tulis yang dihasilkannya antara lain : Disertai yang berjudul "Leverfunctie Proefen Bij Inheemschen"; "Een Geval Van Pseudopancreascyste Na Trauma"; "Enkele Resultaten Van Het Klinisch Onderzoek Bij Primair Levercarcinoom"; "Over Leucasmelten Bij Kinderen."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun