Mohon tunggu...
Ahmad Haryono
Ahmad Haryono Mohon Tunggu... Penulis - Bermanfaat bagi orang lain

Untuk kehidupan yg lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pendampingan Kelompok Marginal (Bagian Pertama)

31 Agustus 2021   17:09 Diperbarui: 31 Agustus 2021   17:16 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : koleksi pribadi.

Artikel  ini terinspirasi dari pengalaman pribadi penulis sebagai aktifis yg malang melintang mendampingi kelompok-kelompok marginal baik petani maupun nelayan tradisional di daerah Lampung, Deli Serdang Sumatera Utara dan di Karang Ampel Indramayu Jawa Barat dalam kurun 1992 sampai 1999. Saat itu penulis bergabung dengan Yayasan Sekretariat Bina Desa yang berkantor dijalan Saleh Abud 89 Jakarta Timur. Sekretariat  Bina Desa merupakan salah satu NGO yg besar di Indonesia kala itu. 

Dalam kaitan ini,  Penulis akan menurunkannya dalam beberapa bagian tulisan, agar menjadi proses pembelajaran bagi yg meminati. Dengan demikian setidaknya kewajiban penulis untuk mengajarkan ilmu telah tertunaikan.

Bagaimana menjadi seorang aktivis? 

Tidak gampang menjadi seorang aktivis yg sejati. Sebab ia harus rela menjadi "lilin" yg terbakar agar disekililingnya tercerahkan. Ia harus rela "bunuh diri kelas" sebab bersamanya adalah rakyat kecil yg tak pernah mendapat sentuhan akses apapun. Bahkan ia harus rela "mati" (=dalam arti yg sesungguhnya seperti halnya Cak Munir dan Wiji Thukul, maupun dalam arti terpenjara kebebasannya) demi rakyat yang diperjuangkan. 

Seorang aktivis harus memiliki sifat peduli yg tinggi (comitment) terhadap ketidakadilan, kesewenang2an dan pelanggaran terhadap hak-hak azazi manusia. Seorang aktivis juga harus mau banyak belajar dari manapun datangnya pengetahuan itu. Tujuannya adalah agar seorang aktifis memiliki integritas yg tinggi dalam memperjuangkan nilai-nilai keadilan, nilai-nilai keragaman, dan nilai-nilai yg menjunjung tinggi hak azazi manusia. 

Menjadi aktivis itu adalah pilihan untuk tetap memelihara komitmen diri menjaga nilai luhur anjuran Nabi "Sebaik-baik manusia itu adalah orang yg bisa memberi manfaat bagi orang lain". 

Aktivis sejati itu laksana mengemban tugas ke-Nabi-an menebar dan mengajak kebaikan kepada semua manusia dan membantu memberdayakan orang-orang yg tidak berdaya. Sebab hal  itu merupakan hakekat dari eksistenasi manusia yg telah diciptakan Tuhan dimuka bumi ini, yakni menjadi khalifahNya. 

Menjadi aktivis adalah panggilan jiwa. Aktivis sejati tak akan pernah lekang dimakan waktu dan usia. Kapanpun, dimanapun naluri keterpihakannya jelas, adalah untuk kaum marginal. 

Menjadi aktivis gerakan sosial bukan soal prestasi, bukan pula batu loncatan untuk meraih jabatan politik tertentu. Apalagi ingin mendapatkan "uang" lebih dari jiwa keaktivisannya. Meski saat ini nilai-nilai diatas sudah banyak yg luntur, yg dimiliki oleh para aktivis seangkatan penulis. Saat inipun banyak aktivis senior yg tidak kuat menahan "cobaan kehidupan" lalu memilih mencari jalan lain. Apakah salah? Tentu tidak. Itu adalah manusiawi.

 Sekali lagi menjadi aktivis sejati adalah pilihan sebagaimana penulis telah sebutkan diatas. Banyak orang yg terdidik diantara ribuan manusia lain, tetapi sangat sedkit yg terpanggil dan menjawai sebagai aktivis sejati dalam hidupnya. Sebagaimana disisi lain,  begitu banyak orang alim diantara jutaan manusia dibumi, namun Allah hanya memilih beberapa gelintir orang yg diutus menjadi utusan dan nabiNya. Penulis tidak bermaksud menyamakan status aktivis sejati sama seperti nabi. Tidak. Tetapi pekerjaan mulia mengajak kebaikan itu adalah perintah Nabi.

Dimulai dari menjadi Pendamping 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun