dalam peristiwa tersebut seluruh awak pesawat  dan seluruh penumpang yang berjumlah 45 orang, yang didalamnya terdapat dua crew dari stasiun tv swasta yaitu trans tv.
pada pukul 14.20 tanggal 9 mei 2012, pesawat lepas landas dari bandara halim perdana kusuma jakarta, kemudian berbelok kekanan hingga mengikuti  radial 200 HLM dan telah mencapai ketinggian 10.000 kaki.
berselang dua menit, pilot kembali melakukan komunikasi dan meminta izin untuk turun ketinggian 6000 kaki serta membuat orbit (lintasan melingkar) ke kanan. izin tersebut diberikan oleh petugas jakarta approach.
tujuannya agar pesawat tak terlalu tinggi untuk proses pendaratan dibandara halim perdana kusuma jakarta, menggunakan landasan 06.Â
namun naas, berdasarkan flight data recorder (FDR), pada pukul 14.23 lewat 26 detik. pesawat menabrak dinding tebing gunung salak pada radial 198 dan 28NM HLM VOR dengan ketinggian 6000 kaki diatas permukaan laut.
38 detik sebelum benturan sistem pesawat sudah memberikan peringatan bunyi "terrain ahead,pull up"Â dan diikuti enam kali "avoid terrain".
akan tetapi pilot tidak menghiraukannya, bahkan berasumsi bahwa itu merupakan peringatan oleh databese yang bermasalah
Menurut ahli, Gunung Salak menyimpan anomali magnetik cukup kuat, seperti Segitiga Bermuda sehingga membuat pesawat yang melintas hilang kendali dan membuat sinyal kompas tidak berfungsi akan menyebabkan insiden hilangnya pesawat secara mendadak.
MISTERIÂ HARTA KARUN BELANDA YANG TERKUBUR DI GUNUNG SALAK
Saat Jepang masuk ke Indonesia 1942, Belanda memiliki inisiatif untuk mengubur kekayaan mereka di Gunung Salak agar kekayaan tersebut tidak diketahui dan dirampas oleh pihak Jepang. Mereka berencana untuk menggali harta di Gunung Salak tersebut setelah Jepang menyerah dan angkat kaki dari Nusantara.
Namun faktanya, setelah Indonesia merdeka justru Belanda sulit kembali menguasai Indonesia dan menggali kekayaan mereka di Gunung Salak. Akhirnya mereka pun meninggalkan bumi pertiwi tanpa kekayaan sedikitpun.
Berita tersebut mulai menyebar di kalangan warga yang tinggal di dekat kaki Gunung Salak. Mereka beramai-ramai mencari harta tersebut di lokasi Belanda menguburkan warisan harta kekayaan tersebut.Â