Mohon tunggu...
Ahmad Yani
Ahmad Yani Mohon Tunggu... Guru - guru

Menulis Apa Saja

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Kisah Nelayan Selam Menggunakan Kacamata, Berendam 5 Jam di Laut

17 Januari 2024   14:37 Diperbarui: 17 Januari 2024   14:52 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nelayan Menyelam hanya berbekal kacamata (dok pribadi)


Nelayan menggunakan alat tangkap seperti jaring dan rawai itu adalah sering kita lihat. Tapi ada sebagian nelayan hanya menggunakan kacamata selam mendapatkan tangkapanya. Ya, nelayan ini mencari ikan, kerang, baik berupa shell (kerang kipas), kerang bulu, bulu babi, rangga, gurita, cumi-cumi, sotong dan apapun yang terlintas dimata nelayan akan ditangkap.  

Para Nelayan ini menyelam sedalam 3 hingga 4 meter ke dasar laut untuk mendapatkan hasil tangkapannya. Aktifitas menyelam nelayan menggunakan kacamata ini sudah dilakukan nelayan di Desa Rejai Kecamatan Bakung Serumpun Kabupaten Lingga turun temurun.

Hingga saat ini mayoritas masyarakat pulau Rejai adalah sebagai nelayan selam. Ya, memang agak kaget, sebagai pendatang baru di pulau ini. Karena baru kali  ini saya melihat cara nelayan mendapatkan hasil tangkapanya dengan menyelam.


Bagi yang baru disini, ada sedikit keraguan ketika baru pertama melihat cara nelayan disini  mendapatkan tangkapanya. Lantaran bukan menggunakan jaring. Tapi sedikit ekstrim. Begitulah yang terlintas dipikiran saya.

Namun bagi nelayan Rejai, menyelam sudah menjadi rutinitas mereka setiap hari untuk mencari nafkah. Sehingga tidak ada lagi rasa khawatir ketika pergi menyelam meskipun pergi sediri menyelam di laut, tidak membawa teman ketika bekerja. Bagi kita yang baru pasti ketakutan menyelam sendiri jauh dari pulau tempat kita tinggal.

Saya sendiri sempat merinding ketika mengikuti nelayan disini menyelam hanya bebekalan kacamata. Tidak menggunakan alat bantu pernapasan seperti oksigen. Para nelayan ini mampu menyelam 2 hingga 3 menit kedalam laut.

Nelayan Menyelam hanya berbekal kacamata (dok pribadi)
Nelayan Menyelam hanya berbekal kacamata (dok pribadi)
Setelah tidak kuat bernapas, mereka akan naik ke permukaan untuk mendapatkan oksigen. Kemudian kembali menyelam lagi, begitu seterusnya hingga hasil tangkapan dapat. Nelayan ini mampu menyelam lebih kurang 5 hingga 6 jam di laut. Ketika tangkapan sudah banyak, baru naik ke sampan dan pulang ke rumah.

Kami berangkat ke titik selam dari pukul 06.30 pagi menggunakan sampan kecil saa itu, mendayung sekitar 30 menit sampai ketujuan. Cuaca juga sangat bersahabat, tidak ada ombak. Teduh dan air jernih. Bayangan kita bisa terlihat didalam air.

Saya pun  bersiap-siap menggenakan baju dan kacamata selam. Jantung saya sedikit berdetak kuat. Bergumam ketakutan ketika terjun ke laut. Tapi saya berusaha memberanikan diri.

Sementara Nelayan yang saya ikuti itu sudah  menggunakan sarung tanggan untuk melindungi tanggan dari bahaya ketika didalam laut.  Apalagi ketika menyelam mencari kerang kipas (shell), kita harus melihat kerang itu didalam  bebatua karang. Terkadang karang itu harus diangkat untuk melihat shell didalamnya. Sampan yang kami bawa itu diikat dipingangnya. Kemana kami menyelam sampan tetap berada didekat kami.

Ketika sudah tiba ke titik penyelaman, pada saat itu hanya terdengar desihan ombak, suara burung dan monyet meloncat-loncat di pulau Tidak ada lagi suara manusia disini. Begitu juga perahu nelaya. Jauh-jauh jaraknya. ketika terjadi sesuatu atau kelelahan ketika menyelam, tidak ada yang dapat menolong.

Namun, menurut teman nelayan saya itu sampai detik ini, ia belum pernah mendengar neyalan mati kelelahan atau lemas ketika menyelam. Tetapi jika badai atau terkena ombak besar, sering menelan korban disini. Tak heran ketika musim angin utara, nelayan banyak berhenti beraktifitas.

Saya saat itu tidak berani menyelam jauh-jauh ke laut, hanya disekitar karang-karang yang dalamnya sekitar dada orang dewasa. Bagi nelayan jika ingin mendapatkan hasil yang banyak harus menyelam ke tempat yang lebih dalam atau didasar laut.

Semakin dalam semakin deras arusnya. Saya saat itu nyaris kebawa arus. Beruntung teman nelayan saya itu cepat mengambil saya. Wajah saya pun pucat dan ketakutan.

Menjadi nelayan selam itu tidak mudah. Nyawa taruhanya. Ketika menyalam bukan hanya ikan dan kerang saja ada didalamnya. Namun ular dan ikan-ikan besar seperti pari, hiu pun terlihat disekitar kita.

Teman nelayan saya itu pernah kaget ketika ada ikan besar melintas didepanya. Saat itu ia pun cepat-cepat naik ke permukaan. Karena sangat besar ikan itu, ia tak berani menangkap.  

Nelayan disin tidak hanya menyelam pada siang hari, namun saat malam pun mereka ke laut ketika cuaca mendukung  . Berbekalan kacamata dan senter selam.

Semoga kisah selam ini bermanfaat untuk teman-teman. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun