Mohon tunggu...
A Syaifudin S
A Syaifudin S Mohon Tunggu... Buruh - Tukang kelontong dari sorga, hidup di dunia hanya numpang ketawa :D

Buku : Susah Tidur (Sekumpulan Bunga yang Gugur ) Suka telanjang saat mandi, dan tidur pada tempatnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puing | Purnama dan Surya

4 Januari 2019   22:00 Diperbarui: 5 Januari 2019   19:13 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


PURNAMA DAN SURYA

Oleh : A Syaifudin S

Elok sinarnya tanda kesetiaan

Terpancar setiap detik berjalan

Temani ibu pertiwi yang membutuhkan

agar kelak hilang dari rasa kebencian

 

Andai surya terjatuh

Kegelapan melahap purnama yang rapuh

Hilang kesetiaan, kesatuan, perdamaian,

terbelah berkeping -- keping muncul permusuhan

 

Pernahkah kita mengerti?

Seonggok daging hidup sendiri itu sulit

Apalagi tertumpuk oleh lemak yang melilit

Hidup ini bisa susah jatuh bangun terbirit -- birit

 

Jangan pernah tahu artinya kesepian

Jangan pernah mengerti artinya keramaian

Hingga akhirnya semua harus bersendu

Hanya bisa merenung diantara lambaian debu

 

Tulungagung, 05 September 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun