Alih-alih berfokus pada peningkatan keterampilan dan pencapaian pribadi, talenta muda mungkin terjebak dalam siklus negatif yang menghambat kemajuan mereka.Â
Ini bisa berakibat pada kurangnya kepercayaan diri, menurunnya produktivitas, dan bahkan kesehatan mental yang terganggu.
Ketga: Strategi Menghindari Toxic Friendship Untuk mempersiapkan diri menghadapi era bonus demografi, talenta muda harus mampu mengidentifikasi dan menghindari toxic friendship.Â
Beberapa strategi yang dapat diterapkan antara lain:Â
1) Membangun Jaringan yang Positif: Cari teman yang mendukung dan mendorong Anda untuk berkembang. Lingkungan yang positif akan membantu Anda tetap termotivasi dan fokus pada tujuan.Â
2) Mengembangkan Keterampilan Emosional: Tingkatkan kemampuan untuk mengelola emosi dan situasi sosial. Dengan memahami diri sendiri dan orang lain, Anda bisa lebih mudah mengenali tanda-tanda toxic friendship.Â
3) Berani Mengambil Keputusan: Jika persahabatan mulai merugikan, berani untuk mengambil langkah tegas. Memutuskan hubungan yang tidak sehat bisa menjadi langkah awal untuk meraih kehidupan yang lebih baik dan produktif.
Singkatnya, memahami dan menghindari toxic friendship, terutama yang melibatkan persaingan destruktif, sangat penting bagi talenta muda Indonesia.Â
Dalam menyongsong era bonus demografi 2030, generasi muda perlu berada dalam lingkungan yang mendukung dan memotivasi untuk mencapai potensi maksimal mereka.Â
Maka, dengan membangun jaringan pertemanan yang positif dan mengembangkan keterampilan emosional, mereka dapat menghadapi tantangan dengan lebih baik dan berkontribusi secara signifikan bagi kemajuan bangsa. Wallahu A'lam Bishowab.
Oleh: Ahmad Rusdiana