Refleksi Guru dalam Implementasi Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar Menuju Indonesia Emas 2045
Oleh Ahmad Rusdiana
Refleksi guru adalah alat yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Melalui refleksi, guru dapat mengevaluasi praktik mengajar, interaksi dengan siswa, dan dampak pembelajaran. Ghaye (2011) memperkenalkan model refleksi dengan simbol huruf R besar yang terdiri dari empat elemen: untuk menghargai (to appreciate), untuk membayangkan (to imagine), untuk desain (to design), dan untuk bertindak (to act). Masing-masing elemen ini memberikan kerangka kerja yang terstruktur bagi guru untuk menggali kualitas pendidikan secara komprehensif.
Dalam konteks Guru Profesional dan implementasi Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar, elemen-elemen ini memiliki relevansi yang kuat, yakni:
Pertama: Untuk Menghargai (To Appreciate); Menghargai adalah langkah pertama dalam refleksi, yang melibatkan pengakuan dan apresiasi terhadap apa yang sudah baik dan berhasil dalam praktik mengajar.Â
Dalam konteks Kurikulum Merdeka, guru diharapkan untuk menghargai setiap pencapaian siswa sebagai individu yang unik. Ini berarti guru harus mampu melihat potensi dan kekuatan masing-masing siswa, bukan hanya fokus pada kekurangan atau area yang perlu diperbaiki.Â
Dengan menghargai keberhasilan kecil maupun besar, guru dapat membangun lingkungan belajar yang positif dan mendukung, yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa.
Kedua; Untuk Membayangkan (To Imagine); Tahap membayangkan adalah tentang merancang visi masa depan yang ideal berdasarkan apa yang sudah dihargai. Guru harus membayangkan bagaimana pembelajaran bisa ditingkatkan dan bagaimana mereka bisa lebih efektif dalam memenuhi kebutuhan siswa.Â
Dalam implementasi Kurikulum Merdeka, membayangkan berarti guru harus kreatif dan inovatif dalam menciptakan metode pengajaran yang fleksibel dan adaptif. Ini bisa termasuk menggunakan teknologi, mengadopsi pendekatan pembelajaran berbasis proyek, atau memfasilitasi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dengan membayangkan berbagai kemungkinan, guru dapat merancang pengalaman belajar yang lebih kaya dan bermakna bagi siswa.
Ketiga: Untuk Desain (To Design); Desain adalah tahap di mana guru mulai merencanakan langkah-langkah konkret untuk mencapai visi yang telah dibayangkan. Ini melibatkan pembuatan strategi pengajaran, alat evaluasi, dan sumber daya yang diperlukan.Â
Dalam konteks Kurikulum Merdeka, desain yang baik haruslah inklusif dan fleksibel, memungkinkan siswa untuk belajar sesuai dengan tempo dan gaya belajar mereka masing-masing.Â
Guru perlu merancang kurikulum yang tidak hanya memenuhi standar pendidikan tetapi juga relevan dengan kehidupan nyata siswa, mengintegrasikan pembelajaran lintas disiplin dan proyek yang menantang.
Keempat; Untuk Bertindak (To Act); Bertindak adalah tahap akhir di mana guru melaksanakan rencana yang telah dirancang. Ini melibatkan implementasi strategi pengajaran dan penilaian, serta respons terhadap umpan balik untuk penyesuaian berkelanjutan.Â
Dalam Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar, tindakan guru haruslah proaktif dan responsif terhadap kebutuhan dan aspirasi siswa. Guru harus mampu mengadaptasi pendekatan mereka berdasarkan apa yang terjadi di kelas dan umpan balik langsung dari siswa. Ini juga berarti guru harus terlibat dalam pengembangan profesional berkelanjutan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka.
Implementasi dalam Konteks Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar; Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar menekankan pada kebebasan dan fleksibilitas dalam proses pembelajaran. Guru diharapkan menjadi fasilitator yang mendukung pengembangan potensi siswa secara optimal.Â
Melalui refleksi yang mendalam, guru dapat terus meningkatkan kualitas pengajaran mereka sesuai dengan prinsip-prinsip Kurikulum Merdeka. Dengan menghargai keberhasilan, membayangkan masa depan yang lebih baik, merancang strategi yang efektif, dan bertindak dengan penuh komitmen, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih dinamis, inklusif, dan bermakna.
Dalam implementasi praktis, refleksi yang terus-menerus dan siklus perbaikan berkelanjutan akan memastikan bahwa pendidikan tidak hanya menjadi kewajiban tetapi juga perjalanan yang menyenangkan dan memotivasi bagi semua pihak yang terlibat. Guru yang reflektif akan selalu mencari cara baru dan lebih baik untuk mendukung pembelajaran siswa, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan.
Wallahu A'lam Bishowab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H