Strategi Pengembangan Kualitas SDM di Era Society 5.0 Melalui Implementasi 4C dalam Kurikulum Merdeka
Oleh Ahmad Rusdiana
Di era Society 5.0 anak-anak tidak hanya harus dibekali cara berpikir kritis, namun juga analisa dan kreasi. High Other Thinking Skills (HOTS) atau cara berpikir tingkat tinggi adalah terobosan dalam menemukan konsep pengetahuan yang tepat dengan praktik secara langsung dan merasakan bagaimana cara menghadapi permasalahan yang terdapat di lingkungan. Inquiry Learning, Discovery Learning, Project Based Learning, dan Problem Based Learning menjadi model pembelajaran yang akan mengubah kemampuan nalar berpikir kritis.
Dalam menghadapi era society ada dua hal yang harus dilakukan yaitu: Adaptasi dan kompetensi. Beradaptasi dengan Society 5.0, Dwi Nurani menegaskan kita perlu mengetahui perkembangan generasi (mengenal generasi). Istilah baby boomers yang dimaksud adalah tinggi tingkat kelahiran dari beberapa generasi mulai dari generasi x sampai dengan generasi dimana terjadi transformasi peradaban manusia.
Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di era Society 5.0, pengembangan keterampilan abad ke-21 yang dikenal sebagai 4C (Creativity, Critical Thinking, Communication, Collaboration) menjadi sangat penting. Dalam konteks guru profesional dan implementasi Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar, berikut adalah pembahasan mendalam mengenai solusi yang harus ditempuh:
Pertama: Creativity (Kreativitas) Kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru dan inovatif yang relevan dengan permasalahan yang ada. Dalam Kurikulum Merdeka, guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi dan bereksperimen.
Solusi: Guru harus berperan sebagai fasilitator yang mendorong siswa untuk berpikir out-of-the-box. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran seperti Project Based Learning (PBL), di mana siswa diberikan kebebasan untuk memilih proyek sesuai minat mereka, yang tidak hanya mengembangkan kreativitas tetapi juga meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar.
Kedua: Critical Thinking (Berpikir Kritis) Berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis informasi dan membuat keputusan yang berdasarkan penilaian yang logis. Ini sangat penting di era Society 5.0 yang penuh dengan informasi.
Solusi: Guru harus mengintegrasikan pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dan pembelajaran berbasis penemuan (Discovery Learning) yang menantang siswa untuk menemukan solusi atas masalah yang kompleks. Penggunaan teknologi dan media digital juga harus dimanfaatkan untuk memberikan akses ke berbagai sumber informasi yang dapat dianalisis secara kritis oleh siswa.
Ketiga: Communication (Komunikasi) Komunikasi yang efektif adalah kunci dalam menyampaikan ide dan bekerja sama dalam tim. Di era Society 5.0, kemampuan berkomunikasi dengan berbagai pihak baik secara lisan maupun tulisan menjadi sangat vital.
Solusi: Guru harus mengajarkan siswa cara berkomunikasi yang baik melalui diskusi kelompok, presentasi, dan debat. Selain itu, penggunaan platform digital untuk komunikasi seperti forum online dan media sosial pendidikan dapat membantu siswa berlatih komunikasi yang efektif dan efisien.
Keempat: Collaboration (Kolaborasi) Kolaborasi adalah kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain dalam mencapai tujuan bersama. Ini sangat penting dalam dunia kerja yang semakin mengedepankan kerja tim.
Solusi: Guru perlu menciptakan aktivitas pembelajaran yang menuntut kerjasama tim, seperti proyek kelompok dan tugas kolaboratif. Selain itu, penggunaan teknologi kolaboratif seperti Google Workspace atau platform LMS (Learning Management System) dapat membantu siswa berlatih kerja sama secara virtual.
Implementasi dalam Konteks Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar, guru dituntut untuk lebih fleksibel dalam menyusun dan mengembangkan materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi siswa. Ini mencakup:
- Desain Pembelajaran yang Fleksibel: Guru diberikan kebebasan untuk merancang kegiatan belajar yang tidak kaku dan lebih berfokus pada pengembangan potensi individu siswa.
- Pembelajaran Berbasis Proyek dan Masalah: Seperti yang sudah disebutkan, metode PBL dan Problem Based Learning harus menjadi bagian integral dari kurikulum, memungkinkan siswa untuk belajar dengan cara yang lebih aplikatif dan relevan dengan dunia nyata.
- Penilaian yang Autentik: Penilaian tidak hanya berfokus pada hasil akhir tetapi juga proses. Guru harus menggunakan berbagai metode penilaian, seperti portofolio, presentasi, dan refleksi diri untuk mengukur keterampilan 4C secara komprehensif.
Dengan pendekatan ini, guru tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik siswa untuk siap menghadapi tantangan dan peluang di era Society 5.0. Melalui integrasi 4C dalam Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar, kita dapat membangun SDM yang unggul, adaptif, dan kompetitif di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H