Mohon tunggu...
Ahmad Rusdiana
Ahmad Rusdiana Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Pendidikan, Peneliti, Pengabdian Kepada Masyarakat-Pendiri Pembina Yayasan Pendidikan Al-Misbah Cipadung Bandung- Pendiri Pembina Yayasan Tresna Bhakti Cinyasag-Panawangan-Ciamis Jawa Barat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Membaca dan Menulis Dengan Moto Belajar dan Mengabdi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menyonsong Indonesia Emas 2045: Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek dalam Implentasi Kurikulum Merdeka

13 Mei 2024   04:43 Diperbarui: 13 Mei 2024   05:52 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyongsong Indonesia Emas 2045: Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek dalam Imlementasi Kurikulum Merdeka

Kurikulum merdeka merupakan solusi dari kurikulum yang bersifat kaku dan terlalu teoritisdi Indonesia. Kurikulum merdeka merupakan kurikulum yang bersifat fleksibel dan dapat menyesuaikan kondisi sekitar peserta didik. Kurikulum ini bersifat heterogen dan berpusat pada peserta didik. Untuk mendukung hal ini maka dibutuhkan model yang sesuai. Jenis project based learning merupakan jenis belajar mengajar yang sesuai dengan hal tersebut, karena melibatkan siswa mengerjakan proyek dunia nyata secara langsung. Memungkinkan peserta didik memiliki jiwa mandiri, kreatif dan inovatif serta mengimplementasikannya ke dalam proyek nyata; melalui Pembelajaran berbasis proyek.

Pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning/PBL) telah diakui secara luas sebagai pendekatan yang efektif dalam meningkatkan keterampilan siswa, khususnya dalam hal keterampilan kritis, kreatif, dan pemecahan masalah. Dalam konteks implementasi Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar, guru profesional perlu memahami karakteristik PBL dan mengintegrasikannya ke dalam praktik pembelajaran mereka. Pertama; Mempertimbangkan Gagasan dan Masalah Krusial: Guru profesional dalam PBL harus mendorong siswa untuk mempertimbangkan gagasan-gagasan yang relevan dengan proyek yang sedang mereka kerjakan. Ini melibatkan mengidentifikasi masalah-masalah krusial yang membutuhkan pemecahan dan merancang proyek-proyek yang berkaitan dengan kebutuhan dan minat siswa.

Kedua; Prosedur Investigasi: Dalam PBL, siswa dilibatkan dalam proses investigasi yang mendalam untuk memahami masalah yang dihadapi dan menemukan solusi yang memadai. Guru profesional bertindak sebagai fasilitator yang membimbing siswa melalui proses ini, memberikan arahan dan dukungan yang diperlukan untuk memastikan pemahaman yang baik tentang materi yang dipelajari.

Ketiga: Relevansi dengan Kebutuhan dan Kepentingan Siswa: Guru profesional harus memastikan bahwa proyek-proyek yang dirancang dalam PBL memiliki relevansi langsung dengan kebutuhan dan kepentingan siswa. Ini dapat dilakukan dengan memperhitungkan latar belakang, minat, dan tujuan belajar individu siswa dalam merancang dan melaksanakan proyek-proyek pembelajaran.

Keempat: Produksi dan Presentasi Karya Mandiri yang Berpusat pada Siswa: PBL menempatkan siswa di pusat pembelajaran, memungkinkan mereka untuk menghasilkan karya-karya yang bermakna dan autentik. Guru profesional berperan dalam memberikan panduan dan dukungan yang diperlukan untuk memastikan bahwa siswa dapat menghasilkan produk akhir yang berkualitas tinggi dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kelima: Memanfaatkan Keterampilan Kreatif dan Berpikir Kritis: Guru profesional harus mengintegrasikan keterampilan kreatif dan berpikir kritis ke dalam desain dan implementasi PBL. Ini melibatkan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ide-ide baru, menganalisis informasi dengan kritis, dan membuat keputusan yang informasi berdasarkan.

Keenam: Berkaitan dengan Masalah-Masalah Faktual yang Otentik: PBL harus mengaitkan pembelajaran dengan masalah-masalah dunia nyata yang relevan dan otentik. Guru profesional harus bekerja sama dengan siswa untuk mengidentifikasi dan mengeksplorasi masalah-masalah ini, memastikan bahwa pembelajaran yang terjadi memiliki dampak yang nyata dalam konteks kehidupan sehari-hari.

Dalam konteks implementasi Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar, karakteristik PBL ini menjadi penting karena mereka mendukung visi pembelajaran yang berpusat pada siswa, yang memberi mereka otonomi dan tanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri. Guru profesional perlu mengadopsi peran sebagai fasilitator pembelajaran yang mendukung dan mendorong siswa dalam menjalani pengalaman pembelajaran yang bermakna dan memperkuat keterampilan yang diperlukan untuk sukses di era global yang terus berubah. perlu memerhatikan Sintak Tahapan dalam Pembelajaran Project Based Learning Adapun tahap-tahap penerapan versi project based learning yakni (Abidin, 2014, hlm. 172:  Sebelum Proyek: Fase ini adalah aktivitas di luar kelas yang didalamnya pendidik menyusun uraian project, menyediakan alat atau perantara asal pelajaran pendukung pembelajaran, serta menyediakan situasi belajar mengajar. Tahap 1: Mendeteksi masalah. Pada tahap ini peserta didik mencermati objek yang telah ditentukan yang diminati agar bisa mengenal masalah serta mengembangkan formulanya. Tahap 2: Mengembangkan model serta rencana tata cara project. Dalam fase dua ini, peserta didik bekerja sama bersama kumpulan temannya dan guru agar memulai rencana project yang akan mereka buat, menetapkan schedule kerja project tersebut, serta menyiapkan perlengkapan dan lain sebagainya. Tahap 3: Pada saat melakukan observasi, di tahap tiga ini peserta didik melaksanakan aktivitas awal observasi sebagai desain awal produk yang akan mereka kembangkan. Hasil penelitian akan berupa data yang terkumpul yang akan dianalisis dengan menggunakan metode menguraikan bukti yang signifikan berdasarkan hasil observasi. Tahap 4: Desain Benda/Pengembangan Prototipe. Peserta didik memulai ciptaan produknya sesuai dengan perencanaan dan observasi yang sudah mereka lakukan. Tahap 5: Pengukuran, evaluasi, serta revisi hasil ciptaan. Pada saat ini, peserta didik meninjau lagi ciptaannya, mengidentifikasi kekurangannya, dan memperbaikinya. Tahap ini berlangsung dengan menanyakan opini, komentar, serta anjuran kumpulan teman lainnya, dan disertai wawancara guru. Tahap 6: Penyelesaian serta Peluncuran Ciptaan. Pada saat ini peserta didik menyelesaikan dan mempublikasikan produk sesuai desain yang dibuat. Sesudah proyek: Sesudah proyek adalah tahap evaluasi yang dilaksanakan oleh guru, memberikan pemantapan, anjuran, dan masukan untuk penyempurnaan ciptaan hasil karya siswa.

Untuk mendukung hal ini maka dibutuhkan model yang sesuai. Jenis project based learning merupakan jenis belajar mengajar yang sesuai dengan hal tersebut, karena melibatkan siswa mengerjakan proyek dunia nyata secara langsung. Memungkinkan peserta didik memiliki jiwa mandiri, kreatif dan inovatif serta mengimplementasikannya ke dalam proyek nyata. Wallahu A'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun