Transformasi Pembelajaran Implementasi Kurikulum Merdeka Menuju Indonesia Emas 2045:Â Melalui efektifitas model pembelajaran discovery learning
Oleh: Ahmad Rusdiana
Guru-guru, sebagai pilar utama dan ujung tombak pendidikan, menghadapi kesulitan dalam mengintegrasikan pendekatan tersebut ke dalam proses belajar dan pembelajaran sehari-hari. Selain itu, terdapat pula kendala dalam persiapan dan pemanfaatan teknologi serta sumber daya belajar. Ini tentu saja berdampak pada suasana belajar yang kurang mendukung dan tidak mewujudkan proses merdeka belajar yang diinginkan. Sebagaimana kita ketahui bahwa saat ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, secara masif menggaungkan dan menerapkan tahap demi tahap proses merdeka belajar melalui kurikulum merdeka. Lingkungan belajar dan sumber daya yang ada di sekitar sekolah/madrasah juga belum dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung pembelajaran, terlebih lagi untuk memenuhi tuntutan merdeka belajar. Ketidakmampuan guru dalam melakukan evaluasi dan penilaian yang spesifik dalam konteks discovery learning juga merupakan hambatan signifikan. Penilaian yang tidak akurat dapat mengakibatkan ketidakmampuan untuk melacak perkembangan peserta didik dan membantu mereka mencapai potensi belajar yang maksimal. Hal ini adalah problem yang sistematik dalam proses belajar dan pembelajaran dan dapat ditemui di setiap sekolah/madrasah.
Integrasi strategi discovery learning membantu peserta didik untuk tidak hanya memahami konsep-konsep konten materi pelajaran, akan tetapi mengembangkan keterampilan berpikir yang esensial dalam menghadapi dinamika kehidupan modern, yaitu analytical, critical, dan creative thinking. Akhirnya, keberhasilan pelatihan ini menunjukkan pentingnya kolaborasi antara peserta dan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan saling berbagi ide, pengalaman, dan pemahaman, komunitas pendidik dapat menjadi agen perubahan (social change agency) yang kuat dalam mendorong inovasi dan peningkatan berkelanjutan. Keinginan akan inovasi belajar dan pembelajaran, terutama melalui discovery learning, bukan hanya tanggung jawab para pendidik tetapi juga suatu keniscayaan untuk menjawab tuntutan dan tantangan masa kini hingga masa yang akan datang. Kesuksesan pelatihan ini berpotensi menginspirasi dan memotivasi pengembangan praktik pendidikan, kependidikan, belajar, dan pembelajaran yang lebih baik, sehingga karenanya dapat menciptakan dampak yang lebih besar dalam dunia pendidikan nasional.
Dalam konteks Guru Profesional dan implementasi Kurikulum Merdeka serta Merdeka Belajar, model pembelajaran discovery learning dapat menjadi alat yang sangat efektif. Mari kita kembangkan pembahasannya berdasarkan tiga model deskripsi yang telah disebutkan oleh Bicknell-Holmes dan Hoffman (2000):
Pertama: Eksplorasi dan Penyelesaian Masalah: Discovery learning menekankan pada eksplorasi siswa terhadap materi pembelajaran serta kemampuan mereka untuk menyelesaikan masalah secara mandiri. Dalam konteks Kurikulum Merdeka, guru dapat memfasilitasi pengalaman belajar langsung dengan memberikan tantangan atau masalah yang relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Misalnya, dalam pembelajaran matematika, guru dapat memberikan permasalahan realistik yang membutuhkan pemecahan masalah kreatif dari siswa, seperti merancang rencana keuangan untuk acara sekolah atau merancang taman bermain dengan luas yang terbatas. Dengan demikian, siswa tidak hanya memperoleh pemahaman konseptual, tetapi juga mengembangkan keterampilan pemecahan masalah yang berguna dalam kehidupan nyata.
Kedua: Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa: Discovery learning menempatkan siswa sebagai subjek aktif dalam proses pembelajaran. Dalam konteks Kurikulum Merdeka, guru dapat mengintegrasikan berbagai aktivitas pembelajaran yang memperhatikan minat, kebutuhan, dan keberagaman siswa. Misalnya, dalam pembelajaran bahasa, guru dapat mengorganisir kegiatan seperti permainan peran, diskusi kelompok, atau proyek kolaboratif yang memungkinkan siswa untuk mengambil peran aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Dengan cara ini, guru tidak hanya menjadi penyampai informasi, tetapi juga menjadi fasilitator yang membimbing siswa dalam proses pembelajaran mereka.
Ketiga: Integrasi Pengetahuan Baru dengan Pengetahuan yang Ada: Salah satu keunggulan discovery learning adalah kemampuannya untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Dalam konteks Kurikulum Merdeka, guru dapat merancang pengalaman pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk membuat hubungan antara konsep-konsep baru dengan pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya. Misalnya, dalam pembelajaran sains, guru dapat menggunakan eksperimen atau observasi lapangan untuk memungkinkan siswa membuat koneksi antara teori dan pengamatan mereka sendiri. Dengan cara ini, siswa tidak hanya memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang materi, tetapi juga mengembangkan kemampuan mereka untuk memahami hubungan antar konsep.
Dalam implementasi Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar, guru profesional memiliki peran yang sangat penting dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran yang bermakna dan efektif. memperhatiakan Sintak discovery learning, Dalam pembelajaran discovery learning, guru berperan penting sebagai pembimbing untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar lebih aktif terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam menyiapkan model pembelajaran ini, guru harus mengetahui sintak pembelajaran discovery learning sebagai berikut: (1) Stimulation (Pemberian Rangsang) Tahap stimulation ini artinya tahap memberi rangsangan. (2) Problem Statement (Pernyataan atau Identifikasi Masalah) (3) Data Collection (Pengumpulan Data); (4) Data Processing (Pengolahan Data) (5) Verification (Pembuktian); (6) Generalization (menarik kesimpulan atau generalisasi).
Dengan memanfaatkan model pembelajaran discovery learning, guru dapat memfasilitasi pengalaman belajar yang menarik, relevan, dan memungkinkan siswa untuk menjadi subjek aktif dalam konstruksi pengetahuan mereka sendiri. Sebagai contoh konkret, seorang guru bahasa dapat menggunakan pendekatan discovery learning dengan mengorganisir proyek penulisan kolaboratif di mana siswa bekerja sama untuk membuat buku cerita berdasarkan pengalaman pribadi mereka. Dengan demikian, guru tidak hanya mengintegrasikan berbagai aspek kurikulum, tetapi juga memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, komunikasi, dan kolaborasi yang penting dalam era pendidikan yang berpusat pada siswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H