Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Lintang Kemukus: Mitos atau Fenomena Alam yang Menakjubkan?

20 Desember 2024   11:16 Diperbarui: 20 Desember 2024   11:16 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest.com/dailysia 

Lintang Kemukus, atau yang lebih dikenal dengan sebutan bintang berekor atau komet, telah lama menjadi bagian dari kisah-kisah dalam tradisi masyarakat Jawa. Fenomena langit yang langka ini kerap memancing kekaguman sekaligus ketakutan, sehingga melahirkan beragam mitos dan kepercayaan turun-temurun. Dalam kebudayaan Jawa, kemunculan Lintang Kemukus sering dianggap sebagai pertanda besar, baik berupa bencana alam, pergolakan sosial, hingga perubahan zaman.

Namun, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, manusia mulai memahami komet dari sudut pandang astronomi. Penjelasan ilmiah mengenai struktur, pergerakan, dan sifat alami komet perlahan menggantikan kepercayaan lama yang sarat simbolisme. Artikel ini bertujuan untuk menelusuri akar mitos tentang Lintang Kemukus dalam budaya Jawa sekaligus menjelaskan fenomena ini melalui pendekatan ilmiah, sehingga pembaca dapat memahami perpaduan unik antara tradisi dan sains dalam memaknai keajaiban langit.

Mitos dan Sejarah di Balik Lintang Kemukus

Dalam tradisi budaya Jawa, Lintang Kemukus sering kali dipandang sebagai simbol pembawa pesan buruk yang memiliki kaitan erat dengan peristiwa besar yang mengguncang masyarakat. Menurut Dwi Cahyono, seorang arkeolog dari Universitas Negeri Malang, mitos ini memiliki akar sejarah yang kuat, terutama dari era Mataram Islam. Pada masa tersebut, kemunculan komet kerap dianggap sebagai isyarat dari alam yang menggambarkan adanya malapetaka yang akan datang, seperti pagebluk (wabah penyakit) atau gangguan sosial-politik yang meresahkan.

Kepercayaan ini tidak muncul tanpa alasan. Dalam konteks sosial pada zaman itu, masyarakat belum memiliki pemahaman ilmiah tentang fenomena langit, sehingga segala hal yang tidak biasa cenderung dihubungkan dengan takhayul dan mitos. Arah munculnya Lintang Kemukus, misalnya, sering ditafsirkan sebagai petunjuk kondisi yang akan terjadi di wilayah tertentu. Jika komet muncul dari arah tertentu, maka itu dianggap sebagai tanda akan terjadinya konflik antar penguasa, bencana alam, atau kesulitan ekonomi yang menimpa rakyat.

Interpretasi semacam ini menjadi bagian dari kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun. Meski kini pengetahuan ilmiah telah memberikan penjelasan rasional mengenai komet, kepercayaan terhadap mitos Lintang Kemukus masih tetap hidup di beberapa kalangan masyarakat Jawa, mencerminkan perpaduan antara tradisi leluhur dan pandangan modern terhadap fenomena alam.

Penjelasan Ilmiah: Meteor dan Komet dalam Perspektif Astronomi

Berbeda dengan pandangan mitos yang berkembang dalam budaya Jawa, penjelasan ilmiah mengenai Lintang Kemukus disampaikan oleh Emanuel Sungging Mumpuni, seorang peneliti dari LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional). Menurutnya, fenomena ini pada dasarnya adalah kejadian astronomis yang melibatkan komet atau meteor, yang terkadang terlihat seperti bintang berekor. Komet adalah benda langit yang terdiri dari es, debu, dan material lainnya, yang akan mengeluarkan ekor terang ketika mendekati Matahari. Fenomena ini juga bisa muncul sebagai bagian dari hujan meteor, yaitu ketika partikel-partikel kecil dari komet terbakar saat memasuki atmosfer Bumi.

Sungging menegaskan bahwa kemunculan komet atau meteor ini tidak memiliki hubungan kausalitas dengan bencana atau peristiwa buruk di Bumi. Penjelasan tersebut didasarkan pada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa komet hanyalah bagian dari dinamika alam semesta dan tidak membawa pengaruh langsung terhadap kejadian di Bumi, kecuali dalam kasus yang sangat jarang, seperti tumbukan benda langit.

Ia juga menjelaskan bahwa kepercayaan masyarakat yang mengaitkan kemunculan Lintang Kemukus dengan bencana lebih bersifat mitos dan interpretasi budaya. Pandangan ini lahir dari kebutuhan manusia pada masa lalu untuk memahami hal-hal yang tidak biasa melalui simbolisme, terutama ketika pengetahuan ilmiah belum berkembang. Dengan demikian, Sungging mengajak masyarakat untuk melihat fenomena seperti Lintang Kemukus sebagai fenomena astronomi yang luar biasa, tanpa mengaitkannya dengan pertanda buruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun