Emoji telah berkembang dari sekadar ikon piksel sederhana menjadi bahasa visual universal yang memainkan peran penting dalam komunikasi digital. Sejak diperkenalkan pada akhir 1990-an oleh Shigetaka Kurita, emoji terus bertransformasi berkat standarisasi Unicode dan adopsi luas oleh platform teknologi besar seperti Apple dan Google. Popularitas emoji tidak hanya didorong oleh kemampuannya untuk menyampaikan emosi dan memperkaya ekspresi diri, tetapi juga karena kesederhanaan dan efisiensinya dalam memperpendek komunikasi serta membangun koneksi antar pengguna.
Seiring waktu, emoji menjadi lebih inklusif dengan penambahan warna kulit, representasi gender, dan simbol untuk penyandang disabilitas, mencerminkan keberagaman masyarakat global. Perayaan Hari Emoji Sedunia pada 17 Juli pun menjadi momen untuk mengakui dampak besar emoji dalam menghubungkan orang-orang di seluruh dunia.
Dengan lebih dari 3.600 emoji yang tersedia saat ini, inovasi terus berlanjut. Masa depan emoji diperkirakan akan mencakup personalisasi, animasi, dan integrasi lebih mendalam dengan teknologi baru seperti AR, VR, dan AI. Perjalanan emoji dari Jepang hingga menjadi bagian integral dari komunikasi modern menunjukkan kekuatannya sebagai alat yang dinamis, fleksibel, dan terus relevan dalam menjembatani berbagai bahasa dan budaya di era digital. Emoji tidak hanya memperkaya komunikasi tetapi juga mempertegas keberadaan manusia dalam dunia yang semakin terkoneksi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H