Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Evolusi Emoji: Dari Piksel Sederhana hingga Bahasa Universal

12 Desember 2024   15:37 Diperbarui: 12 Desember 2024   15:40 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest.com/mamunhossen27

Dalam era komunikasi digital, emoji telah berkembang menjadi bahasa universal yang melampaui batas kata dan budaya. Simbol-simbol visual ini tidak lagi sekadar ornamen dalam pesan, melainkan menjadi alat penting untuk mengekspresikan emosi, menambahkan konteks, dan memperkaya interaksi. Dari pesan singkat hingga posting di media sosial, emoji mampu menyampaikan makna yang sering kali sulit dijelaskan hanya dengan kata-kata. Artikel ini akan mengupas sejarah dan evolusi emoji, mengungkap bagaimana simbol-simbol kecil ini bertransformasi menjadi elemen penting dalam komunikasi modern.

Kelahiran Emoji di Jepang

Kisah emoji berawal dari Jepang pada akhir 1990-an, ketika Shigetaka Kurita, seorang desainer di NTT Docomo, menciptakan set emoji pertama pada tahun 1999. Set ini terdiri dari 176 gambar berukuran 12x12 piksel yang dirancang untuk memperkaya pengalaman komunikasi pada platform i-mode Docomo, layanan internet seluler yang sangat populer di Jepang saat itu. Kurita ingin memberikan cara baru untuk menyampaikan emosi dan informasi secara visual, mengatasi keterbatasan karakter dalam pesan teks. Hal ini sejalan dengan tujuan utamanya, yaitu meningkatkan efisiensi komunikasi dengan elemen visual yang dapat dipahami secara universal. Nama "emoji" sendiri berasal dari kata Jepang "e" yang berarti gambar, dan "moji" yang berarti karakter.

Namun, sebelum karya Kurita dikenal luas, cikal bakal emoji sebenarnya telah muncul lebih awal. Pada tahun 1997, operator telepon Jepang SoftBank (saat itu J-Phone) memperkenalkan ponsel SkyWalker DP-211SW, yang dilengkapi dengan set emoji pertama di dunia. Sayangnya, inovasi ini tidak mendapat perhatian besar atau adopsi luas seperti emoji karya Kurita. Keberhasilan emoji dari Docomo terletak pada desain yang lebih intuitif dan relevan dengan kebutuhan pengguna, yang akhirnya menjadikan emoji sebagai bagian penting dari budaya komunikasi digital.

Standarisasi dan Ekspansi Global

Salah satu tonggak penting dalam evolusi emoji adalah proses standarisasi yang dilakukan oleh Unicode Consortium pada tahun 2010. Setelah melalui proses pengajuan yang dipelopori oleh Google, emoji secara resmi dimasukkan ke dalam standar pengkodean teks universal Unicode. Langkah ini sangat signifikan karena memastikan bahwa emoji dapat ditampilkan secara konsisten di berbagai perangkat, sistem operasi, dan platform. Dengan standarisasi ini, simbol-simbol emoji tidak lagi hanya terbatas pada sistem tertentu, melainkan menjadi bagian dari komunikasi global.

Adopsi emoji semakin meluas ketika platform besar mulai mengintegrasikannya ke dalam produk mereka. Pada tahun 2011, Apple memperkenalkan keyboard emoji di sistem operasi iOS, memberikan akses mudah bagi pengguna iPhone untuk menyisipkan emoji dalam pesan mereka. Langkah Apple ini diikuti oleh Android pada tahun 2013, yang juga menyediakan dukungan penuh untuk emoji di perangkat mereka. Kombinasi antara standarisasi Unicode dan dukungan dari platform besar ini mengubah emoji dari fitur yang sebelumnya dianggap tambahan menjadi elemen utama dalam komunikasi digital. Kini, hampir semua aplikasi perpesanan, media sosial, dan platform digital menjadikan emoji sebagai fitur bawaan yang esensial, mengukuhkan peran emoji dalam kehidupan sehari-hari.

Diversifikasi dan Inklusivitas

Dengan popularitas emoji yang terus meningkat, muncul tuntutan dari berbagai pihak untuk menciptakan representasi yang lebih beragam dan inklusif dalam simbol visual ini. Unicode Consortium merespons kebutuhan ini pada tahun 2015 dengan memperkenalkan variasi warna kulit pada emoji manusia. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk memilih warna kulit yang sesuai dengan identitas mereka, yang dilakukan melalui penerapan standar Fitzpatrick scale, sebuah skala yang digunakan dalam dermatologi untuk mengklasifikasikan warna kulit.

Langkah ini diikuti dengan pengenalan representasi gender yang lebih beragam, termasuk emoji yang menggambarkan perempuan dan laki-laki dalam berbagai profesi, serta opsi netral gender untuk mencerminkan pengalaman hidup yang lebih inklusif. Selain itu, Unicode Consortium juga menambahkan emoji yang dirancang khusus untuk mengakomodasi penyandang disabilitas, seperti simbol kursi roda, alat bantu dengar, tangan prostetik, dan anjing pemandu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun