Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa dan Guru PAUD

Terkadang, saya hanya seorang mahasiswa yang berusaha menulis hal-hal bermanfaat serta menyuarakan isu-isu hangat.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Tidur di Bulan Ramadan 1445 H: Antara Ibadah dan Kesehatan

22 Maret 2024   16:52 Diperbarui: 22 Maret 2024   16:58 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest.com/miftahulhusna 

Durasi tidur selama bulan Ramadan memang menjadi perhatian penting, terutama karena jadwal berubah dan aktivitas ibadah yang lebih intens. Mari kita bahas beberapa hal terkait tidur selama bulan puasa: 

1. Durasi Tidur Ideal 

Pinterest.com/wsj 
Pinterest.com/wsj 

Selama bulan puasa, perubahan jadwal tidur seringkali menjadi masalah yang sering dihadapi oleh banyak orang. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan tidur yang menjadi lebih larut malam dan bangun lebih pagi untuk menjalani sahur. Jika tidak dikelola dengan baik, pola tidur yang tidak teratur ini dapat mengganggu ibadah selama bulan puasa. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui durasi tidur yang ideal selama bulan puasa.

Berdasarkan informasi dari health.detik.com, dr. Marinda Asiah Nuril Haya, seorang Pengajar Prodi Kedokteran Keluarga FKUI yang memiliki gelar MMed Sci dan PhD, secara umum, orang dewasa memerlukan sekitar tujuh sampai sembilan jam untuk mendapatkan durasi tidur yang ideal. Namun, selama bulan puasa dengan adanya perubahan jadwal yang signifikan, dr. Marinda menyarankan agar masyarakat tidur paling sedikit empat jam dalam sehari.

Hal ini bermakna bahwa walaupun durasi tidur yang ideal adalah tujuh sampai sembilan jam, selama bulan puasa, kebutuhan minimum tidur yang disarankan adalah empat jam. Meskipun demikian, penting juga untuk memperhatikan kualitas tidur serta faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi kesehatan tidur, seperti pola makan dan aktivitas fisik. Dengan demikian, dalam menjalani ibadah puasa, disarankan untuk tetap memprioritaskan kesehatan tidur dengan memastikan mendapatkan durasi tidur yang cukup sesuai dengan kebutuhan individu, meskipun dalam kondisi berpuasa.

Dikutip dari health.detik.com. "Untuk itu kita perlu menjaga pola tidur, sehingga setidaknya tidur minimal empat jam berturut-turut, paling minimal. Supaya jam biologis kita pun tetap teratur, sebisa mungkin waktu kita tidur dan waktu kita bangunnya itu konstan selama bulan puasa, supaya ritmenya teratur," ucap dr Nuril.

Pada umumnya, orang dewasa membutuhkan sekitar tujuh hingga sembilan jam tidur setiap malam untuk menjaga kesehatan dan kinerja tubuh yang optimal. Namun, selama bulan puasa, perubahan jadwal kegiatan dapat mengakibatkan gangguan pada pola tidur seseorang. Oleh karena itu, disarankan untuk tetap menjaga konsistensi dalam pola tidur meskipun sedang menjalani ibadah puasa. 

Agar tetap menjaga jam biologis tubuh agar tetap teratur, sangat disarankan untuk memperoleh minimal empat jam tidur secara berturut-turut selama bulan puasa. Meskipun durasi ini lebih pendek dari kebutuhan tidur normal, tetapi hal ini dapat membantu menjaga keseimbangan tubuh dan mencegah terjadinya gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kurang tidur.

Dengan memprioritaskan minimal empat jam tidur berturut-turut selama bulan puasa, diharapkan masyarakat dapat menjalani ibadah dengan lebih baik dan tetap menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Namun, tetap perlu diingat bahwa kualitas tidur juga penting, sehingga diperlukan upaya untuk menciptakan lingkungan tidur yang nyaman dan menghindari faktor-faktor yang dapat mengganggu tidur selama bulan puasa.

2. Kualitas Tidur 

Pinterest.com/miftahulhusna 
Pinterest.com/miftahulhusna 

Dikarenakan kecenderungan penyingkatan jam tidur selama bulan puasa, peningkatan kualitas tidur menjadi suatu hal yang penting. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan masyarakat untuk meningkatkan kualitas tidur, salah satunya adalah dengan memberikan jeda waktu antara waktu makan terakhir saat berbuka puasa dengan waktu tidur. Menurut informasi dari health.detik.com, dr. Nuril juga menyarankan agar masyarakat menerapkan sistem 'kompensasi' untuk mengatasi kurangnya durasi tidur. Sebagai contoh, seorang ibu rumah tangga yang perlu bangun lebih awal untuk menyiapkan menu sahur dapat mencari waktu untuk tidur lebih banyak di lain waktu. Kompensasi tidur dapat dilakukan setelah melaksanakan salat Subuh atau selama istirahat siang bagi yang bekerja pada pagi hari.

Dikutip dari health.detik.com."Sisanya ini bisa dikompensasi misal setelah salat subuh. Kita bisa juga waktu istirahat jam siang misalnya sejam istirahat tuh di kantor, power nap sekitar 30 menit untuk menebus hutang tidur itu," kata dr Nuril.

Namun, dr. Nuril menekankan pentingnya menjaga konsistensi dalam ritme tidur. Hal ini penting untuk menjaga agar jam biologis tubuh tetap teratur. Dengan menjaga konsistensi jam tidur, akan membantu mencegah gangguan pada ritme sirkadian tubuh yang dapat mempengaruhi kesehatan dan kinerja secara keseluruhan. Dengan demikian, penting bagi masyarakat yang menjalani ibadah puasa untuk mengadopsi praktik-praktik yang dapat meningkatkan kualitas tidur, seperti memberikan jeda antara makan terakhir dengan tidur serta melakukan kompensasi tidur secara bijaksana, namun tetap memperhatikan konsistensi dalam ritme tidur agar dapat menjaga keseimbangan tubuh selama bulan puasa.

Kualitas tidur memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan tubuh. Beberapa tips untuk meningkatkan kualitas tidur adalah sebagai berikut:

  • Memberikan jeda antara waktu makan dan tidur: Setelah berbuka puasa, disarankan untuk memberikan jeda sekitar dua jam sebelum tidur. Hal ini membantu sistem pencernaan tubuh untuk bekerja secara optimal sebelum memasuki fase istirahat.
  • Melakukan kompensasi tidur: Apabila terjadi kekurangan tidur, cobalah untuk melakukan kompensasi dengan tidur lebih awal di malam berikutnya atau dengan mengambil istirahat siang. Kompensasi tidur ini dapat membantu mengembalikan kebutuhan tidur yang terganggu akibat perubahan jadwal selama bulan puasa.
  • Memperhatikan 10 hari terakhir bulan Ramadan: Pada 10 malam terakhir, juga dikenal sebagai malam Lailatul Qadar, dianjurkan untuk meningkatkan ibadah. Meskipun begadang untuk ibadah sangat dianjurkan dalam beberapa tradisi, penting untuk tetap memperhatikan keseimbangan antara ibadah dan kesehatan. Jika memungkinkan, usahakan untuk mengatur waktu tidur dengan bijaksana sehingga tetap mendapatkan istirahat yang cukup untuk menjaga kesehatan tubuh.

Dengan menerapkan tips-tips di atas, diharapkan masyarakat dapat meningkatkan kualitas tidur mereka selama bulan puasa dan menjaga kesehatan serta kesejahteraan tubuh secara keseluruhan.

3. Efek Begadang hingga Waktu Sahur 

Pinterest.com/taufik_ar08 
Pinterest.com/taufik_ar08 

Masyarakat seringkali memiliki beragam cara dalam menjalankan ibadah puasa, termasuk di antaranya adalah kebiasaan begadang untuk menunggu waktu sahur kemudian dilanjutkan dengan tidur siang. Namun, dari segi kesehatan, praktik begadang seperti ini sebaiknya dihindari karena dapat membahayakan kesehatan tubuh. Berdasarkan kutipan dari berbagai sumber, begadang selama bulan Ramadan umumnya dibagi menjadi tiga kategori, sesuai dengan fatwa Syaikh Abdul-'Aziz Aalu Syaikh dari Fataawa Ash-Shiyaam.

Begadang sangat dianjurkan jika bertujuan untuk melakukan ibadah, seperti dzikir, berdoa, shalat, membaca Al-Qur'an, dan aktivitas ibadah lainnya, terutama pada 10 hari terakhir di bulan Ramadan. Sebagaimana disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, "Adalah Nabi Muhammad biasa menggabungkan antara shalat malam dan tidur. Namun, ketika telah tiba 10 malam terakhir Ramadan, beliau melakukan begadang dan mengencangkan ikat pinggangnya." Dalam konteks ini, begadang yang diperbolehkan tidak seharusnya menyebabkan seseorang melewatkan waktu subuh dan dzuhur karena tertidur. Artinya, meskipun seseorang menghabiskan waktu malam dengan begadang untuk beribadah, ia tetap harus memastikan bahwa ia bangun tepat waktu untuk menunaikan shalat subuh dan tidak sampai tertidur hingga melewatkan waktu dzuhur.

Hal ini menunjukkan pentingnya menjaga keseimbangan antara ibadah malam dengan kewajiban shalat pada waktu yang telah ditentukan. Begadang yang diperbolehkan adalah yang tidak mengganggu kewajiban-kewajiban agama lainnya dan tidak menyebabkan keterlambatan atau pengabaian terhadap ibadah yang telah diwajibkan, seperti shalat subuh dan dzuhur. Dengan demikian, begadang dalam konteks ibadah selama 10 hari terakhir Ramadan sangat dianjurkan, namun tetap harus diimbangi dengan kepatuhan terhadap kewajiban-kewajiban agama yang lainnya agar tidak mengganggu keseimbangan spiritual dan kesehatan tubuh.

Rasulullah menunjukkan bahwa beliau tidak menyukai tidur sebelum waktu shalat Isya dan memilih untuk berbincang-bincang setelah shalat Isya. Oleh karena itu, tidak disarankan untuk begadang di bulan Ramadan hanya untuk kegiatan seperti berbicara-bicara, berkumpul, makan-makan, atau menonton film karena hal ini memiliki status hukum makruh. Meskipun hanya memiliki status hukum makruh, jika seseorang melakukan hal tersebut hingga melewatkan waktu shalat subuh dan dzuhur, maka hal itu menjadi haram untuk dilakukan. Hal ini menunjukkan pentingnya menjaga keseimbangan antara aktivitas dunia dengan kewajiban agama, terutama dalam menjaga kewajiban shalat.

Begadang untuk aktivitas yang dilarang agama seperti berbincang-bincang yang tidak bermanfaat, berjudi, mabuk-mabukkan, berzina, dan sejenisnya, memiliki status hukum haram. Lebih lanjut, jika keesokan harinya seseorang yang melakukan hal tersebut tidur sepanjang hari dan tidak sempat melaksanakan aktivitas dan ibadah yang menjadi kewajibannya, maka hal itu merupakan perbuatan yang sangat tidak dianjurkan. 

Dengan demikian, seseorang harus berhati-hati dalam memilih aktivitas yang dilakukan saat begadang di bulan Ramadan, memastikan bahwa aktivitas tersebut tidak bertentangan dengan ajaran agama dan tidak mengganggu pelaksanaan kewajiban-kewajiban agama lainnya. Selain itu, penting juga untuk menjaga keseimbangan antara istirahat dan ibadah agar dapat menjalani ibadah puasa dengan penuh keberkahan dan ketaqwaan.

  • Dampak Kesehatan: Begadang memiliki potensi untuk membahayakan kesehatan seseorang. Terlalu sering melakukan begadang dapat mengganggu konsentrasi, mempengaruhi kemampuan ingatan, serta meningkatkan risiko terhadap berbagai masalah kesehatan. Begadang secara berulang-ulang dapat menyebabkan gangguan pada ritme tidur seseorang, yang pada gilirannya dapat memengaruhi kesehatan secara keseluruhan.
  • Ibadah dan Kesehatan: Melakukan begadang untuk tujuan ibadah, seperti dzikir, membaca Al-Qur'an, dan berdoa, sangat dianjurkan karena dapat meningkatkan spiritualitas dan koneksi dengan Allah. Namun, disarankan untuk menghindari begadang yang hanya untuk aktivitas sosial atau hiburan semata, seperti berkumpul, makan-makan, atau menonton film, karena hal tersebut tidak hanya dapat mengganggu ibadah tetapi juga dapat berdampak negatif pada kesehatan seseorang. Dengan memprioritaskan begadang untuk aktivitas ibadah yang bermanfaat, seseorang dapat menjaga keseimbangan antara spiritualitas dan kesehatan tubuhnya.

Semoga kita semua dapat memelihara kesehatan dan melaksanakan ibadah dengan baik selama bulan suci ini, tahun 1445 Hijriah atau 2024 Masehi! Dengan menjaga kesehatan tubuh dan beribadah secara konsisten, diharapkan kita dapat meraih berkah dan keberkatan dari bulan Ramadan ini. Semoga setiap amal ibadah yang kita lakukan diterima oleh Allah SWT dan membawa manfaat bagi diri kita serta orang-orang di sekitar kita. Amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun