Dikarenakan kecenderungan penyingkatan jam tidur selama bulan puasa, peningkatan kualitas tidur menjadi suatu hal yang penting. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan masyarakat untuk meningkatkan kualitas tidur, salah satunya adalah dengan memberikan jeda waktu antara waktu makan terakhir saat berbuka puasa dengan waktu tidur. Menurut informasi dari health.detik.com, dr. Nuril juga menyarankan agar masyarakat menerapkan sistem 'kompensasi' untuk mengatasi kurangnya durasi tidur. Sebagai contoh, seorang ibu rumah tangga yang perlu bangun lebih awal untuk menyiapkan menu sahur dapat mencari waktu untuk tidur lebih banyak di lain waktu. Kompensasi tidur dapat dilakukan setelah melaksanakan salat Subuh atau selama istirahat siang bagi yang bekerja pada pagi hari.
Dikutip dari health.detik.com."Sisanya ini bisa dikompensasi misal setelah salat subuh. Kita bisa juga waktu istirahat jam siang misalnya sejam istirahat tuh di kantor, power nap sekitar 30 menit untuk menebus hutang tidur itu," kata dr Nuril.
Namun, dr. Nuril menekankan pentingnya menjaga konsistensi dalam ritme tidur. Hal ini penting untuk menjaga agar jam biologis tubuh tetap teratur. Dengan menjaga konsistensi jam tidur, akan membantu mencegah gangguan pada ritme sirkadian tubuh yang dapat mempengaruhi kesehatan dan kinerja secara keseluruhan. Dengan demikian, penting bagi masyarakat yang menjalani ibadah puasa untuk mengadopsi praktik-praktik yang dapat meningkatkan kualitas tidur, seperti memberikan jeda antara makan terakhir dengan tidur serta melakukan kompensasi tidur secara bijaksana, namun tetap memperhatikan konsistensi dalam ritme tidur agar dapat menjaga keseimbangan tubuh selama bulan puasa.
Kualitas tidur memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan tubuh. Beberapa tips untuk meningkatkan kualitas tidur adalah sebagai berikut:
- Memberikan jeda antara waktu makan dan tidur: Setelah berbuka puasa, disarankan untuk memberikan jeda sekitar dua jam sebelum tidur. Hal ini membantu sistem pencernaan tubuh untuk bekerja secara optimal sebelum memasuki fase istirahat.
- Melakukan kompensasi tidur: Apabila terjadi kekurangan tidur, cobalah untuk melakukan kompensasi dengan tidur lebih awal di malam berikutnya atau dengan mengambil istirahat siang. Kompensasi tidur ini dapat membantu mengembalikan kebutuhan tidur yang terganggu akibat perubahan jadwal selama bulan puasa.
- Memperhatikan 10 hari terakhir bulan Ramadan: Pada 10 malam terakhir, juga dikenal sebagai malam Lailatul Qadar, dianjurkan untuk meningkatkan ibadah. Meskipun begadang untuk ibadah sangat dianjurkan dalam beberapa tradisi, penting untuk tetap memperhatikan keseimbangan antara ibadah dan kesehatan. Jika memungkinkan, usahakan untuk mengatur waktu tidur dengan bijaksana sehingga tetap mendapatkan istirahat yang cukup untuk menjaga kesehatan tubuh.
Dengan menerapkan tips-tips di atas, diharapkan masyarakat dapat meningkatkan kualitas tidur mereka selama bulan puasa dan menjaga kesehatan serta kesejahteraan tubuh secara keseluruhan.
3. Efek Begadang hingga Waktu SahurÂ
Masyarakat seringkali memiliki beragam cara dalam menjalankan ibadah puasa, termasuk di antaranya adalah kebiasaan begadang untuk menunggu waktu sahur kemudian dilanjutkan dengan tidur siang. Namun, dari segi kesehatan, praktik begadang seperti ini sebaiknya dihindari karena dapat membahayakan kesehatan tubuh. Berdasarkan kutipan dari berbagai sumber, begadang selama bulan Ramadan umumnya dibagi menjadi tiga kategori, sesuai dengan fatwa Syaikh Abdul-'Aziz Aalu Syaikh dari Fataawa Ash-Shiyaam.
Begadang sangat dianjurkan jika bertujuan untuk melakukan ibadah, seperti dzikir, berdoa, shalat, membaca Al-Qur'an, dan aktivitas ibadah lainnya, terutama pada 10 hari terakhir di bulan Ramadan. Sebagaimana disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, "Adalah Nabi Muhammad biasa menggabungkan antara shalat malam dan tidur. Namun, ketika telah tiba 10 malam terakhir Ramadan, beliau melakukan begadang dan mengencangkan ikat pinggangnya." Dalam konteks ini, begadang yang diperbolehkan tidak seharusnya menyebabkan seseorang melewatkan waktu subuh dan dzuhur karena tertidur. Artinya, meskipun seseorang menghabiskan waktu malam dengan begadang untuk beribadah, ia tetap harus memastikan bahwa ia bangun tepat waktu untuk menunaikan shalat subuh dan tidak sampai tertidur hingga melewatkan waktu dzuhur.
Hal ini menunjukkan pentingnya menjaga keseimbangan antara ibadah malam dengan kewajiban shalat pada waktu yang telah ditentukan. Begadang yang diperbolehkan adalah yang tidak mengganggu kewajiban-kewajiban agama lainnya dan tidak menyebabkan keterlambatan atau pengabaian terhadap ibadah yang telah diwajibkan, seperti shalat subuh dan dzuhur. Dengan demikian, begadang dalam konteks ibadah selama 10 hari terakhir Ramadan sangat dianjurkan, namun tetap harus diimbangi dengan kepatuhan terhadap kewajiban-kewajiban agama yang lainnya agar tidak mengganggu keseimbangan spiritual dan kesehatan tubuh.