Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah Berdirinya Masjid Jami' Tegalsari di Ponorogo, Jawa Timur

22 Maret 2024   07:57 Diperbarui: 22 Maret 2024   08:01 2583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendirian Masjid Tegalsari 

Masjid Tegalsari merupakan salah satu masjid yang memiliki sejarah panjang di Indonesia, didirikan sekitar abad ke-18, berlokasi di desa Tegalsari, kecamatan Jetis, kabupaten Ponorogo. Sejarahnya melibatkan tokoh ulama besar, Kyai Ageng Hasan Besari, yang hidup sekitar tahun 1742 pada masa pemerintahan Pakubuwono II. Masjid ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi warisan berharga bagi masyarakat Indonesia. Salah satu keunikan masjid ini adalah koleksi kitab yang terpelihara dengan baik di dalamnya, berumur antara 150-170 tahun, yang diketahui ditulis oleh Ranggawarsita, seorang tokoh intelektual pada zamannya.

Kompleks Masjid Tegalsari saat ini telah menjadi destinasi wisata religius yang populer di Ponorogo. Peran masjid ini tidak terbatas hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat penyebaran ajaran Islam di wilayah tersebut pada masa lampau. Selain sebagai pusat kegiatan keagamaan, Masjid Tegalsari juga menjadi tempat berdirinya Pesantren Tegalsari yang terkenal. Pesantren ini menjadi salah satu institusi pendidikan Islam yang sangat terkemuka, menarik ribuan santri dari berbagai wilayah di Jawa dan sekitarnya.

Kesohorannya tidak hanya sebatas lokal, tetapi juga nasional, dengan alumni terkenal seperti Ranggawarsita, seorang pujangga Jawa yang memiliki kontribusi besar dalam kebudayaan Jawa, dan tokoh pergerakan nasional H.O.S Cokroaminoto. Secara keseluruhan, Masjid Tegalsari bukan hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi simbol sejarah, kebudayaan, dan pendidikan Islam di Indonesia, yang tetap dihormati dan dijaga nilainya hingga saat ini.

Masjid Tegalsari diduga dibangun sekitar pertengahan abad ke-18 oleh Kyai Ageng Hasan Besari. Pada mulanya, struktur masjid tersebut masih sederhana. Namun, kemudian cucunya, Kyai Kasan Besari, memperluas bangunan masjid tersebut untuk dapat menampung lebih banyak jamaah. Kyai Kasan Besari juga terkenal sebagai tokoh yang berhasil mengislamkan masyarakat Ponorogo hingga ke lereng Gunung Lawu. Menurut cerita yang berkembang di kalangan masyarakat setempat, proses pembangunan Masjid Tegalsari tidak berjalan mulus. Dikatakan bahwa tiang-tiang yang terbuat dari kayu jati awalnya tidak mampu berdiri tegak. Namun, dengan kelebihan spiritual yang dimiliki oleh Kyai Kasan Besari, kayu tersebut konon kemudian ditampar olehnya. Kejadian yang aneh terjadi, di mana kayu yang tadinya lemah tak berdaya tiba-tiba mampu berdiri tegak, bahkan menjadi tiang utama dalam bangunan Masjid Tegalsari.

Namun, masalah tersebut tidak berhenti sampai di situ. Salah satu tiang masjid yang berada di pojok juga mengalami kendala, di mana ujungnya tidak tajam sehingga tidak dapat dipasang ke tiang lainnya. Dengan keahlian spiritualnya, Kyai Kasan Besari dikatakan melakukan suatu ritual atau tindakan yang membuat ujung kayu tersebut menjadi tajam secara ajaib. Dengan cara ini, tiang tersebut dapat dipasang kembali ke tiang utama tanpa menggunakan paku. Kisah-kisah seperti ini menjadi bagian dari mitos atau legenda yang melingkupi sejarah pembangunan Masjid Tegalsari. Meskipun tidak dapat dipastikan kebenarannya, cerita-cerita tersebut menjadi bagian dari warisan budaya yang dilestarikan oleh masyarakat setempat. Masjid Tegalsari tetap menjadi landmark penting dan pusat kegiatan keagamaan di wilayah Ponorogo hingga saat ini.

Arsitektur Unik 

Dokumen Pribadi: Foto di Masjid Jami' Tegalsari Ponorogo
Dokumen Pribadi: Foto di Masjid Jami' Tegalsari Ponorogo
Menurut laporan dari Tribunnews.com, awal mula pendirian Masjid Tegalsari diprakarsai oleh Kiai Ageng Muhammad Basyari, seorang ulama karismatik yang memiliki peran penting dalam penyebaran agama Islam di Ponorogo dan sekitarnya. Arsitektur Masjid Tegalsari sendiri memiliki keunikan tersendiri. Di dalam bangunan masjid terdapat 36 tiang yang kokoh, semuanya terbuat dari kayu jati dan dipasang tanpa menggunakan paku. Setiap kayu jati diperkuat dengan pasak kayu, menambah kekokohan struktur bangunan tersebut. Masjid ini memperlihatkan gaya arsitektur Jawa yang khas, dengan ciri khas 36 tiang dan atap berbentuk kerucut. Jumlah tiang yang tepat 36 buah ini diyakini memiliki makna spiritual yang mendalam, karena jumlah tersebut (3+6=9) sama dengan jumlah wali/wali songo, yaitu sembilan tokoh sufi yang dianggap menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Konsep atap berbentuk kerucut juga tidak hanya sekadar desain fisik, melainkan mengandung simbolisme yang dalam, menggambarkan keagungan Allah SWT dalam bentuk yang visual.

Keseluruhan, Masjid Tegalsari bukan hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi representasi dari nilai-nilai spiritual dan keindahan arsitektur Jawa. Keberadaannya menjadi bukti sejarah penting dalam penyebaran Islam di wilayah Ponorogo dan menjadi salah satu destinasi wisata religius yang menarik perhatian banyak orang. Tak hanya itu, kubah Masjid Tegalsari juga terkenal karena terbuat dari tanah liat, yang merupakan jenis gerabah, yang keasliannya masih terjaga hingga kini. Bangunan masjid ini memiliki atap tumpang tiga yang terletak di sebelah barat. Struktur atap ini didukung oleh empat saka guru, 12 sakarawa, dan 24 saka pinggir, yang berfungsi sebagai penyangga atap tajug. Penyangga ini dipasang menggunakan sistem ceblokan, dan kondisi kayu penyangganya saat ini masih kuat meskipun telah berusia.

Namun, terdapat bagian bangunan yang mengalami kerusakan karena faktor usia, yaitu mimbar. Untuk mengatasi hal ini, kini terdapat mimbar kayu berukir yang merupakan replika dari mimbar asli. Selanjutnya, di sebelah timur masjid terdapat pendopo dengan atap limasan, gaya bangunan khas Jawa. Hal ini berbeda dengan bangunan baru di sisi timur yang memiliki atap kubah yang terbuat dari bahan metal. Tak lupa, di depan masjid terdapat rumah Kiai Ageng Besari. Hingga saat ini, kondisi rumah tersebut masih terawat dengan baik dan menjadi salah satu objek wisata religi yang menarik bagi pengunjung. Rumah ini merupakan bagian penting dari kompleks Masjid Tegalsari, memberikan dimensi sejarah yang lebih dalam tentang kehidupan Kiai Ageng Besari dan peranannya dalam pengembangan agama Islam di wilayah tersebut.

Kompleks Masjid Tegalsari terbagi menjadi tiga bagian yang berbeda peran dan fungsi:

  • Dalem Gede: Merupakan sebuah kerajaan kecil yang pada masa lampau berperan sebagai pusat pemerintahan lokal. Dalem Gede menjadi tempat berkumpulnya tokoh-tokoh penting serta menjadi pusat kegiatan administratif dan pemerintahan pada zamannya.
  • Masjid: Merupakan bangunan utama dalam kompleks Masjid Tegalsari, yang menjadi pusat kegiatan keagamaan dan ibadah bagi umat Islam di sekitarnya. Masjid ini memiliki nilai historis dan arsitektur yang khas, mencerminkan kekayaan budaya dan spiritual masyarakat setempat.
  • Komplek makam Kyai Ageng Hasan Besari dan Nyai Ageng Hasan Besari: Merupakan lokasi pemakaman dari Kyai Ageng Hasan Besari dan istrinya, Nyai Ageng Hasan Besari. Tempat ini dianggap sakral oleh masyarakat sebagai tempat peristirahatan terakhir dari tokoh-tokoh penting dalam sejarah Islam di wilayah tersebut. Makam ini juga menjadi objek ziarah dan tempat spiritual bagi pengunjung yang datang untuk menghormati dan merenungkan warisan spiritual mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun