perempuan yang memiliki kecantikan yang mencolok sebaiknya berlaku sopan kepada lelaki yang tidak berniat baik dan memiliki kecenderungan buruk dalam hatinya.
K.H. Ahmad Bahauddin Nursalim, yang lebih dikenal sebagai Gus Baha, adalah seorang ulama terkemuka yang lahir pada tanggal 29 September 1970 di Rembang. Beliau dikenal sebagai seorang pakar dalam bidang tafsir Al-Qur'an. Beliau telah memberikan pernyataan yang menarik perhatian banyak orang. Dalam pernyataannya tersebut, Gus Baha menyatakan bahwaPernyataan ini mengandung pesan penting mengenai perlunya menjaga diri dari orang-orang yang mungkin memiliki niat tidak baik. Gus Baha menekankan bahwa dalam interaksi dengan orang-orang seperti itu, perempuan yang cantik harus tetap menjaga sikap sopan dan menjaga batasan-batasan yang tepat. Hal ini bertujuan untuk melindungi diri mereka dari potensi bahaya yang mungkin timbul dari orang-orang yang memiliki penyakit dalam hati mereka.
Dalam konteks ini, "sopan" dapat diartikan sebagai sikap yang menjaga martabat diri dan menghormati orang lain, sementara "penyakit di hati" merujuk pada sifat-sifat negatif seperti kejahatan, ketidakjujuran, atau niat buruk terhadap orang lain. Pesan yang disampaikan oleh Gus Baha mengandung nilai-nilai perlindungan diri dan kebijaksanaan dalam berinteraksi dengan orang-orang di sekitar kita.
Dengan demikian, pernyataan Gus Baha ini tidak hanya memberikan pandangan tentang tata krama dan kesopanan, tetapi juga mengajak untuk memahami bahwa ketika berurusan dengan orang-orang yang tidak baik, kehati-hatian dan kesadaran akan pentingnya menjaga diri merupakan hal yang sangat penting.
Pernyataan ini didasarkan pada firman Allah dalam surah Al-Ahzab ayat 32;
Baca juga: Tradisi Buka Puasa Bersama di Bulan Ramadan 1445 H: Dari Sejarah hingga Maknanya di Era Modernيٰنِسَاۤءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَاَحَدٍ مِّنَ النِّسَاۤءِ اِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِيْ فِيْ قَلْبِهٖ مَرَضٌ وَّقُلْنَ قَوْلًا مَّعْرُوْفًاۚ ٣٢
Artinya: "Wahai istri-istri Nabi, kamu tidaklah seperti perempuan-perempuan yang lain jika kamu bertakwa. Maka, janganlah kamu merendahkan suara (dengan lemah lembut yang dibuat-buat) sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik."
Dalam ayat ini, Allah memberikan peringatan kepada istri-istri Nabi Muhammad , yang dikenal dengan julukan "Ummahatul Mu'minin" (Ibu Para Mukminin). Mereka tidak dapat disamakan dengan perempuan mukmin mana pun dalam hal keutamaan dan penghormatan, asalkan mereka benar-benar bertakwa. Kedudukan istri-istri Nabi tersebut sangat istimewa karena suami mereka adalah "Sayyidul Anbiya' wal Mursalin" (Pemimpin Para Nabi dan Rasul).
Oleh karena itu, jika mereka berbicara dengan orang lain, terutama dengan orang-orang fasik atau munafik yang niat baiknya diragukan, mereka dilarang untuk merendahkan suara mereka yang dapat menimbulkan perasaan kurang baik terhadap kesucian dan kehormatan mereka. Hal ini penting karena mereka merupakan istri-istri Nabi yang harus dihormati dan dijaga kehormatannya.
Setelah wafatnya Nabi Muhammad , istri-istri beliau tidak boleh dinikahi oleh siapa pun. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surah Al-Ahzab (33:53), yang menyatakan bahwa tidak boleh menyakiti hati Rasulullah dan tidak boleh menikahi istri-istrinya selama-lamanya setelah beliau wafat.
Allah menegaskan bahwa tindakan tersebut sangatlah besar dosanya di sisi-Nya. Dari penjelasan ini, dapat disimpulkan bahwa perempuan yang bertakwa, seperti istri-istri Nabi, tidak perlu tunduk dalam berbicara kepada lelaki yang memiliki hati yang berpenyakit. Mereka diharapkan untuk menjaga martabat dan kehormatan mereka, serta untuk berinteraksi dengan penuh kesadaran akan keutamaan dan kedudukan mereka dalam pandangan Allah.