Oleh karena itu, Gus Baha menganjurkan agar perempuan tidak bersikap terlalu sopan terhadap lelaki yang memiliki pemikiran buruk, agar terhindar dari kesalahpahaman yang dapat merugikan perempuan. Namun, beliau juga menegaskan bahwa pengajaran sopan santun kepada perempuan tetap harus dilakukan. Hanya saja, dalam beberapa kondisi tertentu, kebutuhan akan sopan santun bisa tidak relevan karena ada hal lain yang lebih penting.
Gus Baha menekankan pentingnya kesadaran dalam mengatur tingkat sopan santun sesuai dengan konteks dan situasi yang ada. Meskipun sopan santun merupakan nilai yang penting dalam agama dan budaya, namun terlalu berlebihan dalam penerapannya dapat menimbulkan kesalahpahaman dan bahkan merugikan perempuan.Â
Oleh karena itu, perlunya keseimbangan antara memberikan pengajaran sopan santun kepada perempuan dengan pemahaman akan situasi yang membutuhkan sikap yang lebih tegas. Pendapat Gus Baha menggarisbawahi bahwa dalam kasus-kasus di mana sopan santun tidak relevan atau bahkan dapat menimbulkan risiko, penting bagi perempuan untuk memahami hal ini dan bertindak sesuai dengan kebutuhan situasi.Â
Kesadaran akan konteks dan kebutuhan situasi memungkinkan perempuan untuk menjaga diri mereka sendiri dan menghindari konsekuensi yang merugikan akibat dari penerapan sopan santun yang tidak tepat.
Gus Baha juga memberikan contoh lain yang menggambarkan situasi di mana biasanya santriwati menunjukkan sikap sopan dengan menunduk dan tidak berani melihat wajah kiai mereka. Namun, ketika kiai tersebut menghadapi situasi darurat, seperti terpeleset atau mengalami kesulitan, maka santriwati diharapkan untuk segera mendekat dan memberikan bantuan.Â
Dalam contoh yang diberikan oleh Gus Baha, terlihat bahwa sopan santun tetap menjadi prinsip yang diperlukan dalam interaksi antara santriwati dan kiai mereka. Namun, ketika situasi darurat atau keadaan mendesak terjadi, prioritas utama adalah memberikan bantuan dan pertolongan kepada kiai tersebut.Â
Hal ini menunjukkan bahwa dalam kondisi tertentu, kebutuhan akan tindakan yang mendesak dapat mengatasi kepatutan sopan santun yang biasanya ditekankan. Pendapat Gus Baha menggarisbawahi pentingnya memahami bahwa dalam situasi tertentu, prinsip-prinsip seperti sopan santun harus disesuaikan dengan kebutuhan mendesak. Hal ini menunjukkan fleksibilitas dalam penerapan nilai-nilai moral dan etika, di mana terdapat pengecualian yang dapat diterima dalam keadaan tertentu, seperti dalam situasi darurat.
Pendapat Gus Baha ini tentu saja memunculkan berbagai tanggapan dari masyarakat. Ada yang setuju dengan pendapatnya karena dianggap sesuai dengan ajaran agama yang terdapat dalam Al-Qur'an. Namun, di sisi lain, ada juga yang tidak setuju karena dianggap bertentangan dengan budaya dan adat ketimuran yang telah lama menjadi bagian integral dari masyarakat.Â
Mereka yang setuju dengan pendapat Gus Baha merujuk pada ajaran agama Islam yang menekankan pentingnya kesopanan dan kepatutan dalam berinteraksi antara lelaki dan perempuan. Argumen mereka didasarkan pada firman Allah dalam Al-Qur'an yang menegaskan perlunya menjaga martabat dan kesucian dalam pergaulan antara kedua jenis kelamin.
Namun, di sisi lain, terdapat pendapat yang tidak setuju dengan Gus Baha. Mereka berargumen bahwa pandangan tersebut tidak selaras dengan nilai-nilai budaya dan adat ketimuran yang telah menjadi bagian penting dari identitas masyarakat Indonesia. Mereka cenderung memandang bahwa sikap sopan santun yang berlebihan merupakan ekspresi dari nilai-nilai tradisional yang patut dijunjung tinggi dalam masyarakat.Â