Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa dan Guru PAUD

Terkadang, saya hanya seorang mahasiswa yang berusaha menulis hal-hal bermanfaat serta menyuarakan isu-isu hangat.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

NU Anjurkan Shalat Tarawih 20 Rakaat dan Shalat Witir 3 Rakaat, Lengkap dengan Doanya

17 Maret 2024   12:53 Diperbarui: 17 Maret 2024   13:13 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keutamaan Shalat Tarawih dan Witir 

Bulan Ramadan 1445 H merupakan bulan yang penuh berkah dan ampunan dalam agama Islam. Salah satu ibadah yang sangat istimewa dilakukan pada bulan ini adalah pelaksanaan shalat Tarawih dan witir. Kedua shalat sunah ini dilakukan oleh umat Islam di seluruh dunia, termasuk organisasi masyarakat Nahdlatul Ulama (NU). Shalat Tarawih memiliki berbagai keutamaan, di antaranya adalah pengampunan dosa-dosa yang telah lalu. Sedangkan shalat witir juga memiliki keutamaan, salah satunya adalah dijauhkannya pelakunya dari api neraka dan diampuninya dosa-dosa yang telah dilakukan. Pelaksanaan kedua shalat ini merupakan bagian yang sangat penting dalam ibadah selama bulan Ramadan, di mana umat Islam berupaya memperbanyak amal ibadah dan memohon ampunan serta ridha Allah SWT.

Tata Cara Shalat Tarawih dan Witir NU 

Pinterest.com/artikelrumah123 
Pinterest.com/artikelrumah123 

Nahdlatul Ulama (NU) mengikuti mazhab Syafi'i dalam pelaksanaan ajaran Islam. Menurut mazhab Syafi'i, salat Tarawih dilakukan sebanyak 20 rakaat dengan 10 kali salam. Setiap dua rakaat diakhiri dengan salam. Pandangan ini didukung oleh beberapa ulama Syafi'i, termasuk Imam Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari dalam kitabnya, Fathul Mu'in. Dalam kitab tersebut, disimpulkan bahwa shalat Tarawih sebanyak 20 rakaat.

Menurut kutipan dari buku "Masalah Garis Perbatasan Nahdlatul Ulama" karya Cholil Nafis, Imam Zainuddin al-Malibari menyatakan dalam Fath al-Mu'in: "Shalat Tarawih hukumnya sunnah, 20 rakaat dan 10 salam pada setiap malam di bulan Ramadan. Karena ada hadits: Barangsiapa melaksanakan (shalat Tarawih) di malam Ramadan dengan iman dan mengharap pahala, maka dosanya yang terdahulu diampuni. Setiap dua rakaat harus salam. Jika shalat Tarawih 4 rakaat dengan satu kali salam maka hukumnya tidak sah..." (Fath al Mu'in, Zainuddin al-Malibari, Dar al Fikr, juz I, halaman 360).

Dengan demikian, shalat Tarawih yang dilakukan oleh NU sebanyak 20 rakaat dengan 10 kali salam merupakan pelaksanaan ajaran mazhab Syafi'i yang telah disepakati oleh ulama-ulama terkemuka dalam tradisi NU. Hal ini menjadi bagian penting dalam amalan ibadah selama bulan Ramadan, di mana umat Islam berusaha memperbanyak ibadah dan memohon ampunan serta ridha Allah SWT.

Kharijah bin Khudzafah al-Adawi meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah yang Maha mulia lagi Maha perkasa telah memberikan satu salat kepada kalian, yang lebih baik bagi kalian daripada binatang yang paling baik, yaitu shalat witir. Dan Dia menjadikannya bagi kalian antara salat Isya sampai terbit fajar." (HR Abu Dawud)

Dalam kalangan Nahdlatul Ulama (NU), umumnya dilakukan shalat Tarawih sebanyak 20 rakaat yang kemudian diikuti dengan salat witir sebanyak 3 rakaat. Praktik ini dipahami dan diamalkan berdasarkan prinsip ajaran Islam yang bermazhab. NU mengikuti sistem bermazhab dalam menjalankan ajaran Islam, dan salah satu mazhab yang dianut adalah mazhab Syafi'i. 

Hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip yang terdapat dalam tradisi NU yang menghargai warisan ilmiah dan praktik beribadah yang telah diwariskan oleh para ulama terdahulu. Dalam konteks ini, shalat Tarawih sebanyak 20 rakaat dan witir sebanyak 3 rakaat merupakan bagian penting dari praktik ibadah selama bulan Ramadan yang sesuai dengan ajaran mazhab Syafi'i yang menjadi pijakan ajaran NU. Praktik ini menjadi salah satu wujud dari komitmen NU dalam menjalankan ajaran Islam dengan berlandaskan pada pemahaman yang kokoh dan sistematis, sesuai dengan prinsip-prinsip yang diwariskan oleh para ulama.

Tata Cara Shalat Tarawih dan witir NU

Pinterest.com/itssi1
Pinterest.com/itssi1

Shalat Tarawih

Shalat Tarawih menurut mayoritas mazhab Syafi'i terdiri dari sebanyak 20 rakaat dengan sepuluh salam. Pendapat ini didasarkan pada hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi melalui jalur Ibnu Abbas. 

 أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي فِي شَهْرِ رَمَضَانَ فِي غَيْرِ جَمَاعَةٍ عِشْرِينَ رَكْعَةً وَالْوِتْرَ

Artinya, "Sungguh Nabi Muhammad saw melakukan shalat di bulan Ramadhan tanpa berjamaah sebanyak dua puluh rakaat dan (ditambah) shalat witir."

Dalam hadis tersebut disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW melakukan shalat di bulan Ramadan tanpa berjamaah sebanyak dua puluh rakaat, kemudian diikuti dengan shalat witir. Selain hadis tersebut, dalil lain yang digunakan oleh mayoritas ulama mazhab Syafi'i adalah tindakan sahabat Umar bin Khattab RA yang mengumpulkan umat Islam untuk melaksanakan shalat Tarawih sebanyak 20 rakaat secara berjamaah di masjid.
Dalam pelaksanaan shalat Tarawih, terdapat serangkaian langkah atau gerakan ibadah yang harus dilakukan dengan tertib dan penuh khushu'. Langkah-langkah tersebut antara lain:

  • Lafal niat shalat tarawih sebagai makmum,  اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى  Artinya: "Aku menyengaja sembahyang sunnah tarawih dua rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai makmum karena Allah swt."
  • Takbiratul Ihram: Mengangkat tangan dan mengucapkan "Allahu Akbar" untuk memulai shalat.
  • Membaca doa iftitah: Membaca doa pembukaan shalat.
  • Membaca ta'awudz: Membaca "A'udhu billahi minasy syaithanirrajim" untuk memohon perlindungan kepada Allah dari gangguan setan yang terkutuk.
  • Membaca surat Al-Fatihah: Membaca surat Al-Fatihah sebagai bacaan wajib dalam setiap rakaat shalat.
  • Membaca surat-surat pendek: Membaca surat-surat pendek setelah Al-Fatihah dalam beberapa rakaat.
  • Ruku': Rukuk atau membungkukkan badan dengan tuma'ninah (tenang) dan memohon rahmat Allah.
  •  I'tidal: Bangkit dari ruku' dan berdiri tegak dengan tuma'ninah.
  •  Berdiri untuk melakukan sujud: Berdiri sejenak sebelum melakukan sujud.
  •  Sujud: Bersujud kepada Allah dengan penuh khusyuk.
  • Tahiyat: Duduk antara dua sujud dan membaca tasyahhud.
  • Sujud kedua: Bersujud kepada Allah dengan penuh khusyuk.
  • Berdiri untuk rakaat berikutnya
  • Membaca dua kalimat sahadat: Membaca dua kalimat syahadat sebagai tanda kesaksian atas keesaan Allah dan kenabian Muhammad SAW.
  • Membaca shalawat Ibrahimi: Membaca doa salawat kepada Nabi Ibrahim dan keturunannya.
  • Salam: Mengakhiri shalat dengan mengucapkan salam ke kanan dan kiri.

Dengan memperhatikan urutan dan tata cara tersebut, umat Islam yang mengikuti mazhab Syafi'i dapat menjalankan shalat Tarawih dengan benar sesuai dengan tuntunan yang telah ditetapkan. Tindakan ini kemudian diikuti oleh para sahabat, sesuai dengan ajaran dan tuntunan Rasulullah SAW yang menyerukan umat Islam untuk selalu berpedoman pada sunnah beliau dan sunnah al-Khulafaur Rasyidin setelahnya, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali radhiyallahu 'anhum. Rasulullah SAW bersabda,

 عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ مِنْ بَعْدِيْ 

Artinya, “Berpegang teguhlah kalian semua dengan sunnahku dan sunnah al-Khulâfâ’ur Râsyidîn sesudahku.” (az-Zuhaili, al-Fiqhul Islâmi, juz II, halaman 226). 

Berdasarkan dalil di atas, ulama mazhab Syafi'i menyepakati bahwa jumlah rakaat shalat Tarawih yang lebih utama adalah 20 rakaat. Pendapat ini diperkuat oleh pemahaman bahwa para Khulafaur Rasyidin merupakan pemimpin-pemimpin yang paling dekat dengan ajaran Rasulullah SAW dan menjalankan sunnah beliau dengan baik. Secara teknis, para ulama sepakat bahwa shalat Tarawih dilakukan dengan 10 kali salam. Artinya, setiap dua rakaat shalat Tarawih ditutup dengan salam, kemudian dilanjutkan kembali dengan dua rakaat dan salam, begitu seterusnya hingga mencapai jumlah 20 rakaat. Dengan demikian, pelaksanaan shalat Tarawih dengan 10 kali salam menjadi praktik yang dijalankan sesuai dengan pemahaman dan tuntunan ajaran Islam, khususnya dalam mazhab Syafi'i yang dianut oleh sebagian besar umat Islam, termasuk Nahdlatul Ulama.

Shalat Witir

Seperti yang dijelaskan dalam buku "Panduan Sholat Rasulullah" oleh Imam Abu Wafa, ibadah sunnah shalat witir memiliki fleksibilitas dalam jumlah rakaatnya. Shalat witir boleh dilakukan dengan jumlah rakaat yang berbeda-beda, yaitu 1 rakaat, 3 rakaat, 5 rakaat, 7 rakaat, 9 rakaat, 11 rakaat, atau 13 rakaat. Namun, jumlah rakaat shalat witir tidak boleh melebihi 13 rakaat. 

Ketentuan ini berdasarkan hadits dari Abu Ayyub Al-Ansahri radhiyallahu 'anhu, di mana Rasulullah SAW bersabda, "Witir itu hal seorang Muslim, maka barang siapa yang ingin shalat witir sebanyak 5 rakaat silakan, barang siapa yang ingin shalat witir sebanyak 3 rakaat silakan, dan barang siapa yang ingin shalat witir 1 rakaat silakan." (HR. Abu Dawud no.1422, Ibnu Majjah no.1990, dan An-Nasai no.1710, hasan shahih).

Adapun dalil untuk shalat witir sebanyak 13 rakaat diriwayatkan oleh Ummu Salamah radhiyallahu 'anha, yang berkata, "Rasulullah SAW shalat witir sebanyak 13 rakaat, ketika beliau sudah berumur dan lemah, beliau shalat witir sebanyak 7 rakaat." (HR. Tirmidzi no.457, An-Nasai no.1708, Ahmad no.26738, hasan shahih).

 Dengan demikian, umat Islam diperbolehkan untuk melakukan shalat witir dengan jumlah rakaat yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan, dengan batasan maksimal 13 rakaat. Fleksibilitas ini memungkinkan setiap individu untuk menjalankan ibadah dengan cara yang sesuai dengan keadaan dan preferensi masing-masing, tetapi tetap berlandaskan pada ajaran dan tuntunan yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. 

Dalam pelaksanaan shalat Witir 2 rakaat, terdapat serangkaian langkah atau gerakan ibadah yang harus dilakukan dengan tertib dan penuh khushu'. Langkah-langkah tersebut antara lain:

  • Lafal niat shalat witir sebagai makmum   اُصَلِّى سُنَّةَ مِنَ الوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى  Artinya, "Aku menyengaja shalat sunah bagian dari shalat witir dua rakaat dengan menghadap kiblat, tunai sebagai makmum karena Allah Ta'ala."                                                               
  • Takbiratul Ihram: Mengangkat tangan dan mengucapkan "Allahu Akbar" untuk memulai shalat.
  • Membaca doa iftitah: Membaca doa pembukaan shalat.
  • Membaca ta'awudz: Membaca "A'udhu billahi minasy syaithanirrajim" untuk memohon perlindungan kepada Allah dari gangguan setan yang terkutuk.
  • Membaca surat Al-Fatihah: Membaca surat Al-Fatihah sebagai bacaan wajib dalam setiap rakaat shalat.
  • Membaca surat-surat pendek: Membaca surat-surat pendek setelah Al-Fatihah dalam beberapa rakaat.
  • Ruku': Rukuk atau membungkukkan badan dengan tuma'ninah (tenang) dan memohon rahmat Allah.
  •  I'tidal: Bangkit dari ruku' dan berdiri tegak dengan tuma'ninah.
  •  Berdiri untuk melakukan sujud: Berdiri sejenak sebelum melakukan sujud.
  •  Sujud: Bersujud kepada Allah dengan penuh khusyuk.
  • Tahiyat: Duduk antara dua sujud dan membaca tasyahhud.
  • Sujud kedua: Bersujud kepada Allah dengan penuh khusyuk.
  • Berdiri untuk rakaat berikutnya
  • Membaca dua kalimat sahadat: Membaca dua kalimat syahadat sebagai tanda kesaksian atas keesaan Allah dan kenabian Muhammad SAW.
  • Membaca shalawat Ibrahimi: Membaca doa salawat kepada Nabi Ibrahim dan keturunannya.
  • Salam: Mengakhiri shalat dengan mengucapkan salam ke kanan dan kiri.

Dalam pelaksanaan shalat Witir 1 rakaat, terdapat serangkaian langkah atau gerakan ibadah yang harus dilakukan dengan tertib dan penuh khushu'. Langkah-langkah tersebut antara lain:

  • Lafal niat shalat witir sebagai makmum    اُصَلِّى سُنَّةَ الوِتْرِ رَكْعَةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى  Artinya, "Aku niat shalat sunnah witir satu rakaat dengan menghadap kiblat, sebagai makmum karena Allah SWT."                                                  
  • Takbiratul Ihram: Mengangkat tangan dan mengucapkan "Allahu Akbar" untuk memulai shalat.
  • Membaca doa iftitah: Membaca doa pembukaan shalat.
  • Membaca ta'awudz: Membaca "A'udhu billahi minasy syaithanirrajim" untuk memohon perlindungan kepada Allah dari gangguan setan yang terkutuk.
  • Membaca surat Al-Fatihah: Membaca surat Al-Fatihah sebagai bacaan wajib dalam setiap rakaat shalat.
  • Membaca surat-surat pendek: Membaca surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas atau membaca surat Al-Ikhlas sebanyak 3 kali.
  • Ruku': Rukuk atau membungkukkan badan dengan tuma'ninah (tenang) dan memohon rahmat Allah.
  •  I'tidal: Bangkit dari ruku' dan berdiri tegak dengan tuma'ninah.
  •  Berdiri untuk melakukan sujud: Berdiri sejenak sebelum melakukan sujud.
  •  Sujud: Bersujud kepada Allah dengan penuh khusyuk.
  • Tahiyat: Duduk antara dua sujud dan membaca tasyahhud.
  • Sujud kedua: Bersujud kepada Allah dengan penuh khusyuk.
  • Membaca dua kalimat sahadat: Membaca dua kalimat syahadat sebagai tanda kesaksian atas keesaan Allah dan kenabian Muhammad SAW.
  • Membaca shalawat Ibrahimi: Membaca doa salawat kepada Nabi Ibrahim dan keturunannya.
  • Salam: Mengakhiri shalat dengan mengucapkan salam ke kanan dan kiri.

Doa Shalat Tarawih NU 

Pinterest.com/blogkaruhun/merdeka.com
Pinterest.com/blogkaruhun/merdeka.com

  اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ، وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ، وَلِلصَّلَاةِ حَافِظِيْنَ، وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ، وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ، وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ، وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ، وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ، وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ، وَفِي الْاٰخِرَةِ رَاغِبِيْنَ، وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ، وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ، وَعَلَى الْبَلَاءِ صَابِرِيْنَ، وَتَحْتَ لِوَاءِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ، وَعَلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْن، وَإِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ، وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ، وَعَلَى سَرِيْرِ الْكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ، وَبِحُوْرٍعِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ، وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاِسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ، وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ، وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفًّى شَارِبِيْنَ، بِأَكْوَابٍ وَّأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِّنْ مَعِيْنٍ مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُولئِكَ رَفِيْقًا، ذٰلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيْمًا، اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا فِي هٰذِهِ لَيْلَةِ الشَّهْرِ الشَّرِيْفَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ الْمَقْبُوْلِيْنَ، وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاٰلِه وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ 

Artinya: "Yaa Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya, yang memenuhi kewajiban-kewajiban, yang memelihara salat, yang mengeluarkan zakat, yang mencari apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu, yang berpegang pada petunjuk, yang berpaling dari kebatilan, yang zuhud di dunia, yang menyenangi akhirat, yang ridha dengan qadla-Mu (ketentuan-Mu), yang mensyukuri nikmat, yang sabar atas segala musibah, yang berada di bawah panji-panji junjungan kami, Nabi Muhammad, pada hari kiamat, yang mengunjungi telaga (Nabi Muhammad), yang masuk ke dalam surga, yang selamat dari api neraka, yang duduk di atas ranjang kemuliaan, yang menikah dengan para bidadari, yang mengenakan berbagai sutra ,yang makan makanan surga, yang minum susu dan madu murni dengan gelas, cangkir, dan cawan bersama orang-orang yang Engkau beri nikmat dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang terbaik. Itulah keutamaan (anugerah) dari Allah, dan cukuplah bahwa Allah Maha Mengetahui. Ya Allah, jadikanlah kami pada malam yang mulia dan diberkahi ini termasuk orang-orang yang bahagia dan diterima amalnya, dan janganlah Engkau jadikan kami tergolong orang-orang yang celaka dan ditolak amalnya. Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya atas junjungan kami Muhammad, serta seluruh keluarga dan sahabat beliau. Berkat rahmat-Mu, wahai Yang Paling Penyayang di antara yang penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam."

Doa ini merupakan ungkapan yang penuh keimanan dan pengharapan kepada Allah SWT. Dalam doa ini, kita memohon kepada Allah agar diberi kesempurnaan iman, menjalankan kewajiban-kewajiban agama seperti salat dan zakat, serta mencari keridhaan-Nya. Doa ini juga menyatakan tekad untuk menjauhi kebatilan, menempuh jalan kehidupan yang penuh ketakwaan, serta meraih kesuksesan di dunia dan akhirat. Kita juga memohon agar diberi kekuatan untuk bersabar dalam menghadapi cobaan hidup, serta agar diberi tempat yang mulia di sisi-Nya pada hari kiamat. Doa ini juga menggambarkan kebahagiaan dan keberkahan di surga, di mana kita akan mendapat kenikmatan yang tiada tara bersama para nabi, orang-orang shiddiqin, syuhada, dan orang-orang saleh.

Selain itu, doa ini juga menggambarkan kerendahan hati dan penghambaan kita kepada Allah SWT, serta rasa syukur atas segala nikmat yang diberikan-Nya. Doa ini diakhiri dengan memohon agar Allah SWT memberkahi Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya, serta memohon rahmat-Nya yang melimpah pada seluruh makhluk-Nya. Dengan doa ini, kita mengakui kekuasaan dan kemurahan Allah SWT, serta memohon perlindungan dan keberkahan-Nya dalam setiap langkah hidup kita. Doa ini mencerminkan keimanan yang teguh dan pengharapan yang tak berbatas kepada Allah SWT, Sang Pencipta dan Penyayang.

Bacaan doa shalat Tarawih Nahdlatul Ulama (NU) tersebut dikutip dari laman NU Online dan juga tersedia dalam buku "Panduan Shalat untuk Perempuan" karya Nurul Jazimah. Doa tersebut merupakan bagian penting dari pelaksanaan ibadah shalat Tarawih yang diamalkan oleh anggota NU.

Pengutipan doa shalat Tarawih dari sumber-sumber tersebut menunjukkan bahwa NU sebagai organisasi Islam yang besar dan memiliki basis pengikut yang luas, memiliki standar tertentu dalam menjalankan ibadah, termasuk dalam pelaksanaan shalat Tarawih. Dengan menyediakan panduan dan referensi yang terperinci seperti dalam buku "Panduan Shalat untuk Perempuan", NU memastikan bahwa umatnya dapat menjalankan ibadah dengan tepat sesuai dengan ajaran Islam yang dianut, sekaligus memfasilitasi para perempuan dalam pelaksanaan ibadah shalat dengan memberikan panduan yang sesuai dengan kebutuhan dan keadaan mereka.

Doa Shalat Witir NU

Pinterest.com/Heartless___123 
Pinterest.com/Heartless___123 

  اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لاَ أُحْصِى ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ 

Artinya: "Ya Allah, aku berlindung dengan ridha-Mu dari kemurkaan-Mu, aku berlindung dengan maaf-Mu dari hukuman-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa-Mu. Aku tidak bisa menyebut semua pujian kepada-Mu, sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri."  

Doa ini merupakan ungkapan pengabdian dan permohonan perlindungan kepada Allah SWT. Dalam doa ini, kita memohon kepada Allah agar diberi keridhaan-Nya yang menghindarkan kita dari murka-Nya, serta diberi ampunan-Nya yang menghindarkan kita dari hukuman-Nya. Selain itu, kita juga memohon perlindungan kepada Allah dari siksaan-Nya yang menimpa orang-orang yang melanggar perintah-Nya.

Ungkapan dalam doa ini mencerminkan kesadaran kita akan keagungan dan kekuasaan Allah SWT, serta keterbatasan kita sebagai hamba-Nya. Kita mengakui bahwa hanya dengan ridha dan ampunan-Nya, kita dapat terhindar dari murka dan hukuman-Nya. Selain itu, kita juga menyadari bahwa segala puji dan keagungan hanya pantas bagi Allah SWT, yang Maha Sempurna dalam segala hal. Dikutip dari "Kumpulan Doa & Dzikir Ramadhan" karya Ammi Nur Bait, terdapat bacaan doa shalat witir. Doa ini merupakan bagian penting dalam pelaksanaan ibadah shalat witir yang diamalkan oleh umat Islam. Dengan mengutip doa ini dari sumber yang terpercaya seperti karya Ammi Nur Bait, maka doa ini menjadi rujukan yang sah bagi umat Islam dalam melaksanakan shalat witir.

Doa shalat witir adalah ekspresi dari pengabdian dan permohonan kepada Allah SWT untuk melimpahkan rahmat-Nya, mengampuni dosa-dosa, memberikan petunjuk, serta memberkahi kehidupan umat-Nya. Melalui doa ini, umat Islam menyampaikan penghormatan, pengakuan, dan kerinduan kepada Allah SWT sebagai Pencipta dan Pengatur segala sesuatu. Dengan mengutip doa shalat witir dari karya "Kumpulan Doa & Dzikir Ramadhan" karya Ammi Nur Bait, doa ini menjadi bagian dari warisan keilmuan dan keagamaan yang disampaikan kepada umat Islam, membantu mereka dalam meningkatkan kualitas ibadah mereka dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun