Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Menelan Pahit Menuai Manis: Menerima Nasihat dengan Lapang Dada

15 Maret 2024   17:50 Diperbarui: 15 Maret 2024   18:14 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nasihat, serupa dengan obat pahit yang memiliki sifat menyembuhkan. Memberikannya terkadang terasa mudah, namun melangkah untuk menerimanya sering kali terasa berat. Sebab, nasihat sering kali bertentangan dengan hawa nafsu yang menggoda. Essay ini bertujuan untuk menggali pentingnya sikap terbuka dalam menerima nasihat, sebagaimana menjadi kunci untuk meraih keberkahan di dunia dan akhirat. 

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita mendapati diri kita terjebak dalam dilema antara keinginan dan kebenaran. Meskipun terkadang sulit untuk menerima nasihat yang disampaikan, terbukanya hati untuk menerima nasihat dari orang lain adalah langkah awal menuju kesempurnaan diri dan penerimaan keberkahan dari Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu, dalam pembahasan ini akan diuraikan secara mendalam mengenai pentingnya sikap terbuka dalam menerima nasihat, serta dampak positifnya terhadap kehidupan manusia dalam meraih keberkahan di dunia dan akhirat.

Pembiakan Penyakit Hati: Menolak Nasihat 

Nasihat yang tidak diindahkan dapat diibaratkan sebagai penyakit yang dibiarkan berkembang tanpa penanganan. Orang yang sangat tertarik pada ilmu dunia sering kali menjadi terlena. Mereka cenderung menganggap bahwa pendidikan formal dan pencapaian jabatan yang mapan adalah jaminan utama untuk mencapai kesuksesan dan kebahagiaan. 

Kelompok ini sering kali terperangkap dalam pemikiran filosofis yang menekankan teori tanpa mengimplementasikan ilmu dalam prakteknya. Mereka kurang memahami pentingnya mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki untuk memberikan dampak positif dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai akibatnya, mereka mungkin gagal mengenali nilai sejati dari pengetahuan yang mereka peroleh dan terjebak dalam siklus pencarian materi dan prestise, tanpa memperhatikan aspek spiritual dan nilai-nilai moral yang esensial untuk mencapai kebahagiaan yang berkelanjutan.

Padahal, Rasulullah shallallahu alaihi wassalam dalam hadis yang sahih mengingatkan, 

   أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ، عَالِمٌ لَا يَنْفَعُهُ اللّٰهُ بِعِلْمِهِ  حديث رواية الطبراني

Artinya: "Orang yang paling sedih seksaannya pada hari kiamat nanti ialah seorang alim yang tidak memberi manfaat akan dia oleh Allah taala dengan ilmunya." (HR. At-Tabarani).

Hadis ini menegaskan bahwa pengetahuan yang tidak diikuti dengan amal yang baik akan menjadi beban di hari akhirat. Artinya, hanya memiliki pengetahuan tanpa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari akan menjadi sia-sia di hadapan Allah. Rasulullah mengajarkan bahwa pentingnya tidak hanya mengumpulkan pengetahuan, tetapi juga menggunakannya untuk melakukan amal yang baik, karena itulah yang benar-benar akan membawa keberkahan dan manfaat dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Kisah Teladan: Ketika Ilmu Berubah Tak Berarti 

Imam Junaidi al-Baghdadi, seorang sufi besar dari abad ke-3 Hijriah, memberikan penegasan yang mendalam. Beliau pernah mengalami pengalaman di mana beliau bertemu dengan seseorang dalam mimpi. Orang tersebut bertanya tentang keadaan beliau setelah meninggal dunia. Imam Junaidi menjawab dengan tegas, "Segala pengetahuan yang dimiliki, baik yang bersifat lahir maupun batin, telah lenyap. Yang tersisa hanyalah beberapa rakaat shalat malam yang sempat kami lakukan." Kisah ini memberikan gambaran yang kuat bahwa di akhirat, amal perbuatan yang baik menjadi penentu utama nasib seseorang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun