Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa dan Guru PAUD

Terkadang, saya hanya seorang mahasiswa yang berusaha menulis hal-hal bermanfaat serta menyuarakan isu-isu hangat.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Majelis Dzikir dan Shalawat di Mushola Baitul Muttaqin: Ngaji Kitab "Uqud al-Lijain" seputar Ibadah Ramadan 1445 H

15 Maret 2024   06:56 Diperbarui: 15 Maret 2024   07:32 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Pribadi: Ustad Sholihin

Tadi malam, pada hari Kamis tanggal 14 Maret 2024, setelah melaksanakan Shalat Tarawih, diadakanlah sebuah kegiatan di Mushola Baitul Muttaqin yang terletak di Jalan Brigjen Katamso Nomor 15, Dukuh Krajan, Desa Plosojenar, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Rijalul Ansor dan Banser, yang merupakan organisasi keagamaan dan keamanan di wilayah tersebut. Kegiatan ini merupakan Majelis Dzikir dan Shalawat yang bertujuan untuk meningkatkan kecintaan dan kecakapan dalam berzikir serta memperbanyak pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Acara tersebut tidak hanya terbatas pada lantunan dzikir dan shalawat, tetapi juga melibatkan pengajian kitab kuning berjudul "Syarah 'Uqud al-Lijain fi Bayani Huquq al-Zawjain." Pengajian kitab kuning ini disampaikan oleh seorang Kyai bernama Khoirut Toat. Kyai Khoirut Toat adalah seorang ulama yang dihormati dan diakui keilmuannya dalam lingkungan tersebut. Beliau memberikan penjelasan secara mendalam dan rinci mengenai isi dari kitab kuning tersebut.

"Syarah 'Uqud al-Lijain fi Bayani Huquq al-Zawjain" merupakan sebuah kitab yang membahas mengenai hak dan kewajiban antara suami dan istri dalam rumah tangga menurut perspektif Islam. Kitab ini menguraikan secara detail tentang berbagai aspek yang berkaitan dengan hubungan suami istri, termasuk hak dan tanggung jawab keduanya, serta tata cara yang dianjurkan dalam menjalani kehidupan berumah tangga yang harmonis sesuai dengan ajaran agama Islam. Dengan adanya kegiatan Majelis Dzikir dan Shalawat serta pengajian kitab kuning ini, diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada para jamaah tentang ajaran Islam, khususnya dalam hal memperkokoh hubungan keluarga dan meningkatkan kesalehan dalam kehidupan sehari-hari. Semoga kegiatan tersebut menjadi amal yang bermanfaat dan mendapat ridha dari Allah SWT.

Dokumen Pribadi: Ustad Sholihin
Dokumen Pribadi: Ustad Sholihin

Acara dimulai dengan mengalunkan Mahalul Qiyam, yang merupakan salah satu dzikir berupa pujian kepada Nabi Muhammad SAW yang sering dilantunkan pada malam-malam tertentu, termasuk malam Jumat. Selanjutnya, dilakukan pembacaan Surah Yasin dan tahlil, yang merupakan amalan sunnah yang sering dilakukan untuk menghormati dan mengenang para almarhum. Pembacaan tahlil biasanya diiringi dengan doa-doa untuk keberkahan dan ampunan bagi para almarhum.

Setelah itu, dilakukan Istighosah, suatu bentuk dzikir yang bertujuan untuk memohon pertolongan dan ampunan kepada Allah SWT. Istighosah dipimpin oleh seorang Ustadz yang bernama Sholihin. Ustadz Sholihin memimpin dzikir ini dengan penuh kekhusyukan dan penghayatan, membimbing para jamaah untuk memperdalam makna dari setiap ucapan dzikir yang mereka lantunkan. Dengan rangkaian kegiatan tersebut, diharapkan para jamaah dapat meraih berkah dan ampunan dari Allah SWT serta mendapatkan manfaat spiritual yang besar. Semoga kegiatan tersebut juga menjadi sarana untuk memperkuat keimanan dan meningkatkan kebersamaan di antara para jamaah.

Dzikir dan Keutamaan Shalat Tarawih 

Dokumen Pribadi: Kyai Khoirut Toat
Dokumen Pribadi: Kyai Khoirut Toat

Kyai Toat menyampaikan (keutamaan) khusus bagi yang mengikuti kegiatan Majelis Dzikir dan Keutamaan Shalat Tarawih:

1. Setiap perjalanan atau langkah yang diambil oleh setiap individu menuju majelis dzikir dan pengajian ini dianggap sebagai ibadah yang bernilai pahala selama satu tahun penuh. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya kegiatan beribadah dan kebaikan, bahkan dari hal-hal yang terlihat sepele sekalipun. Konsep ini menunjukkan bahwa setiap tindakan yang dilakukan dengan niat yang tulus untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT akan dihitung sebagai amal ibadah yang bernilai di sisi-Nya. 

Dengan demikian, setiap langkah yang diambil oleh para jamaah untuk menghadiri majelis dzikir dan pengajian ini, baik dari rumah mereka masing-masing maupun dari tempat-tempat lain, akan dihitung sebagai bagian dari ibadah mereka. Dengan pemahaman ini, diharapkan para jamaah akan semakin termotivasi untuk aktif berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan seperti ini, karena setiap langkah yang mereka ambil dianggap sebagai investasi amal yang akan membawa manfaat dan keberkahan bagi mereka dalam kehidupan dunia dan akhirat. 

2. Shalat Tarawih pada malam pertama memiliki makna penting dalam agama Islam, di mana dosa-dosa yang dilakukan oleh seorang individu akan diampuni oleh Allah SWT, sebagaimana halnya dosa-dosa yang diampuni saat seseorang baru dilahirkan ke dunia. Pengampunan dosa ini diberikan oleh Allah SWT sebagai bagian dari rahmat-Nya yang luas kepada hamba-Nya yang taat dan beribadah. Shalat Tarawih pada malam pertama bulan Ramadan merupakan momen yang istimewa, di mana umat Islam memiliki kesempatan untuk membersihkan diri dari dosa-dosa masa lalu dan memulai lembaran baru dalam kehidupan spiritual mereka.

Pentingnya momen ini memotivasi umat Islam untuk menjalankan ibadah dengan penuh kekhusyukan dan kesungguhan, karena pengampunan yang diberikan oleh Allah SWT pada malam tersebut sangatlah besar nilainya. Dengan demikian, setiap individu diharapkan dapat memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya, merenungkan dosa-dosanya, bertobat dengan sungguh-sungguh, dan berupaya untuk memperbaiki diri dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Pengampunan dosa pada malam pertama Shalat Tarawih memperlihatkan kemurahan dan kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya yang berusaha mendekatkan diri kepada-Nya. Hal ini juga menjadi motivasi bagi umat Islam untuk terus memperbaiki diri dan menjaga keutamaan-keutamaan ibadah, sehingga dapat meraih keberkahan dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.

3. Pada malam kedua Shalat Tarawih, Allah SWT mengampuni dosa-dosa individu yang melaksanakan ibadah tersebut, serta dosa-dosa orang tua mereka jika mereka beragama Islam. Pengampunan dosa ini merupakan bagian dari rahmat dan kebaikan Allah SWT yang diberikan kepada hamba-Nya yang beribadah dengan tulus dan ikhlas. Malam kedua Shalat Tarawih memegang makna penting dalam agama Islam, karena dalam momen tersebut umat Islam diberi kesempatan untuk membersihkan diri dari dosa-dosa yang telah dilakukan, baik oleh diri mereka sendiri maupun dosa-dosa orang tua mereka. Hal ini menunjukkan bahwa pengampunan yang diberikan oleh Allah SWT sangatlah luas dan mencakup semua lapisan masyarakat, termasuk keluarga dan leluhur kita.

Pentingnya momen ini memberikan motivasi tambahan bagi umat Islam untuk menjalankan ibadah dengan penuh kekhusyukan dan kesungguhan, serta memperbanyak doa untuk memohon ampunan bagi diri sendiri dan juga bagi orang tua mereka. Dengan demikian, setiap individu diharapkan dapat memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya, merenungkan dosa-dosa yang telah dilakukan, bertobat dengan sungguh-sungguh, dan berupaya untuk memperbaiki diri dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Pengampunan dosa pada malam kedua Shalat Tarawih menggambarkan kemurahan dan kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya yang berusaha mendekatkan diri kepada-Nya. Hal ini juga menjadi motivasi bagi umat Islam untuk terus memperbaiki diri dan menjaga keutamaan-keutamaan ibadah, sehingga dapat meraih keberkahan dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.

4. Pada malam ketiga Shalat Tarawih, Allah SWT mengampuni dosa-dosa yang telah dilakukan oleh individu di masa lalu. Pengampunan ini merupakan bagian dari rahmat dan kemurahan-Nya yang diberikan kepada hamba-Nya yang beribadah dengan tulus dan ikhlas. Malam ketiga Shalat Tarawih memiliki makna penting dalam agama Islam, karena pada malam tersebut umat Islam diberi kesempatan untuk menghapus dosa-dosa yang telah dilakukan di masa lalu. Hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT Maha Pengampun dan memberikan kesempatan kepada hamba-Nya untuk memulai lembaran baru dalam kehidupan spiritual mereka.

Pentingnya momen ini memberikan dorongan bagi umat Islam untuk menjalankan ibadah dengan lebih tekun dan sungguh-sungguh, serta untuk melakukan introspeksi diri yang mendalam. Dengan demikian, setiap individu diharapkan dapat memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya, merenungkan dosa-dosa yang telah dilakukan di masa lalu, bertobat dengan sungguh-sungguh, dan berupaya untuk menjadi pribadi yang lebih baik di masa mendatang. Pengampunan dosa pada malam ketiga Shalat Tarawih menegaskan bahwa Allah SWT adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Hal ini juga menjadi pengingat bagi umat Islam tentang pentingnya bertaubat dan memperbaiki diri serta menjalani kehidupan yang lebih taat kepada-Nya. Dengan demikian, diharapkan umat Islam dapat meraih keberkahan dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.

5. Pada malam keempat Shalat Tarawih, pahala yang diperoleh oleh individu yang melaksanakan ibadah tersebut setara dengan pahala membaca kitab suci Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Quran. Hal ini menunjukkan tingginya nilai dan keutamaan ibadah yang dilakukan pada malam tersebut. Malam keempat Shalat Tarawih memiliki makna penting dalam agama Islam, di mana individu diberi kesempatan untuk meraih pahala yang besar dengan menjalankan ibadah dengan penuh kekhusyukan dan kekhusyukan. Pahala yang setara dengan membaca kitab suci Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Quran menegaskan keagungan dan keutamaan ibadah pada malam tersebut.

Pentingnya momen ini memberikan motivasi tambahan bagi umat Islam untuk menjalankan ibadah dengan lebih tekun dan sungguh-sungguh, serta untuk memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian, setiap individu diharapkan dapat merenungkan nilai dan keutamaan ibadah yang dilakukan pada malam keempat Shalat Tarawih, serta berupaya untuk menjaga kekhusyukan dan kekhusyukan dalam ibadah mereka. Pahala yang setara dengan membaca kitab suci Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Quran pada malam keempat Shalat Tarawih menjadi pengingat bagi umat Islam tentang pentingnya menjalankan ibadah dengan penuh kekhusyukan. Dengan demikian, diharapkan umat Islam dapat meraih keberkahan dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.

6. Pada malam kelima Shalat Tarawih, pahala yang diperoleh oleh individu yang melaksanakan ibadah tersebut setara dengan pahala shalat di Masjidil Haram, yang memiliki nilai pahala setara dengan melakukan 100.000 shalat di masjid lain. Hal ini menunjukkan keutamaan dan keagungan ibadah pada malam tersebut, sebagaimana disebutkan dalam ajaran agama Islam. Selain itu, Shalat Tarawih di Masjid Nabawi memberikan pahala yang setara dengan shalat fardhu, yang memiliki nilai setara dengan melakukan 1000 shalat di tempat lain. Hal ini menunjukkan tingginya nilai ibadah yang dilakukan di Masjid Nabawi pada malam tersebut, yang memberikan motivasi tambahan bagi umat Islam untuk menjalankan ibadah dengan penuh kekhusyukan dan kekhusyukan.

Sementara itu, shalat di Masjidil Aqsa memberikan pahala yang setara dengan melakukan 500 rakaat shalat di masjid lain. Hal ini menunjukkan keutamaan ibadah di Masjidil Aqsa pada malam tersebut, yang menjadi dorongan bagi umat Islam untuk menjalankan ibadah dengan lebih tekun dan sungguh-sungguh. Pentingnya momen ini memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk meraih pahala yang besar dengan menjalankan ibadah dengan penuh kekhusyukan dan kekhusyukan. Dengan demikian, setiap individu diharapkan dapat memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya, merenungkan nilai dan keutamaan ibadah yang dilakukan pada malam kelima Shalat Tarawih, serta berupaya untuk menjaga kekhusyukan dan kekhusyukan dalam ibadah mereka. Pahala yang setara dengan melakukan ibadah di Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjidil Aqsa pada malam kelima Shalat Tarawih menjadi pengingat bagi umat Islam tentang keagungan dan kemuliaan tempat-tempat suci tersebut dalam ajaran agama Islam. Dengan demikian, diharapkan umat Islam dapat meraih keberkahan dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.

Pembahasan Kitab Kuning 

Dokumen Pribadi: Kitab Uqud al-Lijain fi Bayani Huquq al-Zawjain
Dokumen Pribadi: Kitab Uqud al-Lijain fi Bayani Huquq al-Zawjain

Dalam kajian kitab kuning "Syarah 'Uqud al-Lijain fi Bayani Huquq al-Zawjain", dibahas mengenai pentingnya kesabaran dan keteguhan dalam menjalani kehidupan berumah tangga. Beberapa poin penting yang disorot dalam kajian ini adalah:

1. Suami yang menunjukkan kesabaran dan kesetiaan terhadap istri akan memperoleh pahala yang besar, sebagaimana pahala yang dicapai oleh Nabi Ayyub. Nabi Ayyub dikenal sebagai sosok yang memiliki kesabaran dan keteguhan hati yang luar biasa dalam menghadapi cobaan yang sangat berat, seperti kehilangan harta, keluarga, dan kesehatan. Dalam kehidupan Nabi Ayyub, Allah SWT menguji kesabaran dan keteguhan imannya melalui cobaan-cobaan yang sangat berat. Meskipun mengalami kemunduran besar dalam kehidupannya, termasuk kehilangan harta benda, kesembilan belas anak, dan kesehatan fisiknya yang terganggu parah, Nabi Ayyub tetap teguh dalam imannya kepada Allah SWT.

Kisah Nabi Ayyub memberikan pelajaran yang dalam tentang arti kesabaran dan keteguhan dalam menghadapi cobaan. Meskipun dalam keadaan yang sulit, Nabi Ayyub tidak pernah mengeluh atau menyalahkan Allah SWT. Sebaliknya, beliau tetap bersabar dan menjaga keimanan serta keteguhan hatinya. Dengan demikian, analogi yang dibuat antara kesabaran dan kesetiaan seorang suami terhadap istri dengan kesabaran dan keteguhan Nabi Ayyub dalam menghadapi cobaan, memberikan gambaran yang jelas tentang pentingnya sikap tersebut dalam menjalani kehidupan berumah tangga. Kesetiaan dan kesabaran suami merupakan bentuk pengorbanan yang sangat dihargai di dalam agama Islam, dan akan memperoleh pahala yang besar di sisi Allah SWT, sebagaimana yang diperoleh oleh Nabi Ayyub.

2. Kisah Nabi Ayyub merupakan cerminan yang sempurna tentang kepatuhan dan kesabaran kepada Allah SWT dalam menghadapi cobaan yang sangat berat. Meskipun diuji dengan kehilangan segala harta, keluarga, dan kesehatannya, Nabi Ayyub tetap menunjukkan kesabaran dan kekuatan iman yang luar biasa kepada Allah SWT. Dalam kisahnya, Nabi Ayyub menerima ujian yang sangat berat dari Allah SWT. Beliau kehilangan segala kekayaan dan keberkahan hidupnya secara tiba-tiba, termasuk harta benda yang melimpah, keluarga yang besar, dan kesehatan yang baik. Namun, Nabi Ayyub tidak pernah mengeluh atau meragukan keadilan dan kebijaksanaan Allah SWT.

Dalam setiap ujian yang diberikan, Nabi Ayyub tetap bersabar dan menunjukkan keteguhan iman yang tidak goyah kepada Allah SWT. Beliau terus berdoa dan berserah diri kepada-Nya, tanpa mengeluh atau menyalahkan takdir-Nya. Bahkan ketika cobaan semakin berat dengan penyakit yang melanda tubuhnya, Nabi Ayyub tetap mempertahankan kesabaran dan kepercayaannya kepada Allah SWT. Kisah Nabi Ayyub menjadi teladan bagi umat manusia tentang arti sejati dari kesabaran dan kepatuhan kepada Allah SWT. Meskipun diuji dengan cobaan yang sangat berat dan melanda dalam segala aspek kehidupannya, Nabi Ayyub tetap teguh dan kokoh dalam iman dan keyakinannya kepada Allah SWT. Dengan demikian, kisah ini memberikan inspirasi dan pembelajaran yang mendalam bagi umat Islam tentang pentingnya menjaga kesabaran dan kepatuhan dalam menghadapi ujian hidup.

3. Dalam perbandingan antara kisah Nabi Ayyub yang diuji dengan kehidupan yang sulit dan kisah Nabi Sulaiman yang diberikan kekayaan dan kemakmuran oleh Allah SWT, terdapat pelajaran yang berharga tentang cobaan dan ujian dalam kehidupan manusia. Meskipun Nabi Ayyub mengalami cobaan yang sangat berat, yang meliputi kehilangan harta, keluarga, dan kesehatan, Nabi Sulaiman justru diberikan kemakmuran dan kekayaan yang melimpah ruah oleh Allah SWT. Namun demikian, kisah Nabi Sulaiman juga mengandung pelajaran yang penting tentang ujian dan cobaan dalam kehidupan. Meskipun hidup dalam kemewahan dan kekayaan, Nabi Sulaiman juga diuji dalam keimanannya kepada Allah SWT. Allah SWT memberikan cobaan kepada Nabi Sulaiman untuk menguji kepatuhannya dan memperkuat imannya.

Dengan demikian, kedua kisah ini menunjukkan bahwa cobaan dan ujian tidak hanya dialami oleh mereka yang hidup dalam kesulitan dan penderitaan, tetapi juga oleh mereka yang hidup dalam kemakmuran dan keberlimpahan. Setiap individu, tanpa memandang keadaan materi atau sosialnya, akan menghadapi ujian dan cobaan dalam kehidupannya. Pelajaran yang dapat dipetik dari perbandingan ini adalah pentingnya menjaga keimanan dan keteguhan hati dalam menghadapi segala cobaan hidup, baik itu dalam keadaan sulit maupun dalam keadaan sejahtera. Cobaan dan ujian merupakan bagian dari ujian kehidupan yang harus dihadapi dengan kesabaran, kekuatan iman, dan kepatuhan kepada Allah SWT. Dengan demikian, perbandingan antara kisah Nabi Ayyub dan Nabi Sulaiman memberikan pengertian yang lebih mendalam tentang makna sejati dari cobaan dan ujian dalam kehidupan manusia.

Dengan membahas kisah Nabi Ayyub dan Nabi Sulaiman, kajian ini mengajarkan umat Islam tentang pentingnya kesabaran dan keteguhan dalam menghadapi segala cobaan hidup, baik dalam keadaan sulit maupun dalam keadaan sejahtera. Hal ini juga menjadi pengingat bahwa ujian dan cobaan merupakan bagian dari ujian kehidupan yang harus dihadapi dengan kesabaran dan keteguhan iman kepada Allah SWT.

Tanya Jawab

Dokumen Pribadi: Kyai Khoirut Toat
Dokumen Pribadi: Kyai Khoirut Toat

1. Sholat Witir merupakan salah satu jenis sholat sunnah yang dilakukan pada malam hari, biasanya setelah melaksanakan sholat sunnah tahajjud atau sholat tarawih. Sholat Witir memiliki fleksibilitas dalam jumlah rakaat yang boleh dilakukan, dengan minimal 1 rakaat dan maksimal 11 rakaat. Meskipun demikian, yang dianjurkan dalam pelaksanaan Sholat Witir adalah dengan melakukan sholat dalam 2 rakaat awal, kemudian memberikan salam setelah selesai. Setelah itu, dilanjutkan dengan 1 rakaat tambahan sebelum akhirnya memberikan salam kembali. 

Dengan demikian, total rakaat yang dilakukan adalah 3, dengan pola 2 rakaat awal, salam, dan 1 rakaat terakhir. Pola ini merupakan praktik yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW dan merupakan amalan yang banyak dilakukan oleh umat Muslim. Meskipun demikian, tetaplah menjadi pilihan bagi individu untuk melaksanakan Sholat Witir dengan jumlah rakaat yang sesuai dengan keyakinan dan praktik mereka, selama masih berada dalam rentang minimal 1 rakaat dan maksimal 11 rakaat yang telah ditetapkan.

2. Zakat Fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap individu Muslim pada akhir bulan Ramadan sebagai bentuk kepedulian terhadap mereka yang kurang mampu. Mayoritas ulama sepakat bahwa zakat fitrah harus dikeluarkan dalam bentuk makanan pokok yang umum dikonsumsi di masyarakat setempat, seperti beras, gandum, atau kurma. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa kaum yang membutuhkan mendapatkan makanan yang mencukupi untuk merayakan hari raya Idul Fitri dengan layak. Penggunaan uang sebagai pengganti zakat fitrah tidak sah menurut mayoritas ulama, karena zakat fitrah memiliki ketentuan khusus dalam bentuk makanan. Namun, terdapat pengecualian dalam madzhab Hanafi, yang memperbolehkan penggunaan uang sebagai alternatif pembayaran zakat fitrah.

 Meskipun demikian, pengecualian ini tetap dianggap kontroversial dan menjadi perbedaan pandangan antara madzhab dalam masalah ini. Penggunaan makanan pokok sebagai zakat fitrah memiliki manfaat yang jelas, yaitu memastikan bahwa kaum yang membutuhkan mendapatkan kebutuhan pokok mereka secara langsung dan tepat waktu. Dengan demikian, zakat fitrah tidak hanya bertujuan untuk membersihkan harta, tetapi juga sebagai bentuk kepedulian sosial dan solidaritas antar sesama umat Muslim.

3. Amil Zakat merupakan individu atau lembaga yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mengumpulkan, mendistribusikan, dan mengelola zakat yang diterima dari masyarakat kepada mereka yang berhak menerimanya. Amil zakat berperan sebagai perantara antara masyarakat yang memberikan zakat dan penerima zakat, serta bertanggung jawab untuk memastikan bahwa zakat tersebut disalurkan kepada yang membutuhkan dengan tepat dan efisien. Dalam pelaksanaan tugasnya, amil zakat diperbolehkan untuk memperoleh sebagian kecil dari jumlah zakat yang diterima sebagai biaya operasional dalam proses pengumpulan, pendistribusian, dan pengelolaan zakat. Namun, besarnya biaya operasional yang diperbolehkan tidak boleh melebihi batas yang ditetapkan secara adil dan wajar.

Pengaturan mengenai besarnya biaya operasional yang dapat diterima oleh amil zakat biasanya ditetapkan berdasarkan konsensus dan kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat, seperti organisasi zakat, ulama, dan masyarakat yang memberikan zakat. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa biaya operasional yang diterima tidak merugikan penerima zakat dan tidak mengurangi manfaat dari zakat yang telah diberikan. Dengan demikian, amil zakat memiliki peran yang penting dalam pengelolaan dana zakat dan harus menjalankan tugasnya dengan transparan, bertanggung jawab, dan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Hal ini merupakan bagian dari upaya untuk memastikan efektivitas dan keadilan dalam penyaluran zakat kepada mereka yang membutuhkan.

4. Hutang Puasa adalah kewajiban agama bagi seseorang yang memiliki hari puasa yang belum diganti karena alasan tertentu, seperti sakit atau perjalanan, yang menyebabkan mereka tidak dapat berpuasa pada waktu yang ditentukan. Dalam Islam, jika seseorang memiliki hutang puasa yang belum dilunasi dan kemudian meninggal dunia sebelum melunasinya, maka kewajiban tersebut akan menjadi tanggung jawab keluarganya. Keluarga yang ditinggalkan oleh individu yang memiliki hutang puasa yang belum dilunasi wajib untuk melunasi hutang tersebut sebagai penggantinya. Ini merupakan bagian dari kewajiban mereka kepada Allah SWT dan merupakan upaya untuk menjaga kesucian dan ketaatan agama yang ditinggalkan oleh individu yang telah meninggal.

Hutang puasa dapat dicicil selama masih mampu untuk melunasinya. Namun, jika individu tersebut meninggal dunia sebelum sempat melunasi hutang puasanya, maka keluarganya tetap bertanggung jawab untuk melunasi hutang tersebut secara penuh. Kewajiban ini harus dipenuhi sebagai bagian dari upaya untuk menunaikan amanah agama dan menghindari dosa atas kelalaian dalam melaksanakan kewajiban beragama. Dengan demikian, melunasi hutang puasa yang ditinggalkan oleh individu yang telah meninggal merupakan tindakan yang diperintahkan dalam Islam sebagai bagian dari tanggung jawab dan ketaatan kepada Allah SWT. Ini juga merupakan bentuk penghormatan kepada roh individu yang telah meninggal, dengan memastikan bahwa kewajiban agama mereka dipenuhi dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun