Dengan demikian, total rakaat yang dilakukan adalah 3, dengan pola 2 rakaat awal, salam, dan 1 rakaat terakhir. Pola ini merupakan praktik yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW dan merupakan amalan yang banyak dilakukan oleh umat Muslim. Meskipun demikian, tetaplah menjadi pilihan bagi individu untuk melaksanakan Sholat Witir dengan jumlah rakaat yang sesuai dengan keyakinan dan praktik mereka, selama masih berada dalam rentang minimal 1 rakaat dan maksimal 11 rakaat yang telah ditetapkan.
2. Zakat Fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap individu Muslim pada akhir bulan Ramadan sebagai bentuk kepedulian terhadap mereka yang kurang mampu. Mayoritas ulama sepakat bahwa zakat fitrah harus dikeluarkan dalam bentuk makanan pokok yang umum dikonsumsi di masyarakat setempat, seperti beras, gandum, atau kurma. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa kaum yang membutuhkan mendapatkan makanan yang mencukupi untuk merayakan hari raya Idul Fitri dengan layak. Penggunaan uang sebagai pengganti zakat fitrah tidak sah menurut mayoritas ulama, karena zakat fitrah memiliki ketentuan khusus dalam bentuk makanan. Namun, terdapat pengecualian dalam madzhab Hanafi, yang memperbolehkan penggunaan uang sebagai alternatif pembayaran zakat fitrah.
 Meskipun demikian, pengecualian ini tetap dianggap kontroversial dan menjadi perbedaan pandangan antara madzhab dalam masalah ini. Penggunaan makanan pokok sebagai zakat fitrah memiliki manfaat yang jelas, yaitu memastikan bahwa kaum yang membutuhkan mendapatkan kebutuhan pokok mereka secara langsung dan tepat waktu. Dengan demikian, zakat fitrah tidak hanya bertujuan untuk membersihkan harta, tetapi juga sebagai bentuk kepedulian sosial dan solidaritas antar sesama umat Muslim.
3. Amil Zakat merupakan individu atau lembaga yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mengumpulkan, mendistribusikan, dan mengelola zakat yang diterima dari masyarakat kepada mereka yang berhak menerimanya. Amil zakat berperan sebagai perantara antara masyarakat yang memberikan zakat dan penerima zakat, serta bertanggung jawab untuk memastikan bahwa zakat tersebut disalurkan kepada yang membutuhkan dengan tepat dan efisien. Dalam pelaksanaan tugasnya, amil zakat diperbolehkan untuk memperoleh sebagian kecil dari jumlah zakat yang diterima sebagai biaya operasional dalam proses pengumpulan, pendistribusian, dan pengelolaan zakat. Namun, besarnya biaya operasional yang diperbolehkan tidak boleh melebihi batas yang ditetapkan secara adil dan wajar.
Pengaturan mengenai besarnya biaya operasional yang dapat diterima oleh amil zakat biasanya ditetapkan berdasarkan konsensus dan kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat, seperti organisasi zakat, ulama, dan masyarakat yang memberikan zakat. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa biaya operasional yang diterima tidak merugikan penerima zakat dan tidak mengurangi manfaat dari zakat yang telah diberikan. Dengan demikian, amil zakat memiliki peran yang penting dalam pengelolaan dana zakat dan harus menjalankan tugasnya dengan transparan, bertanggung jawab, dan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Hal ini merupakan bagian dari upaya untuk memastikan efektivitas dan keadilan dalam penyaluran zakat kepada mereka yang membutuhkan.
4. Hutang Puasa adalah kewajiban agama bagi seseorang yang memiliki hari puasa yang belum diganti karena alasan tertentu, seperti sakit atau perjalanan, yang menyebabkan mereka tidak dapat berpuasa pada waktu yang ditentukan. Dalam Islam, jika seseorang memiliki hutang puasa yang belum dilunasi dan kemudian meninggal dunia sebelum melunasinya, maka kewajiban tersebut akan menjadi tanggung jawab keluarganya. Keluarga yang ditinggalkan oleh individu yang memiliki hutang puasa yang belum dilunasi wajib untuk melunasi hutang tersebut sebagai penggantinya. Ini merupakan bagian dari kewajiban mereka kepada Allah SWT dan merupakan upaya untuk menjaga kesucian dan ketaatan agama yang ditinggalkan oleh individu yang telah meninggal.
Hutang puasa dapat dicicil selama masih mampu untuk melunasinya. Namun, jika individu tersebut meninggal dunia sebelum sempat melunasi hutang puasanya, maka keluarganya tetap bertanggung jawab untuk melunasi hutang tersebut secara penuh. Kewajiban ini harus dipenuhi sebagai bagian dari upaya untuk menunaikan amanah agama dan menghindari dosa atas kelalaian dalam melaksanakan kewajiban beragama. Dengan demikian, melunasi hutang puasa yang ditinggalkan oleh individu yang telah meninggal merupakan tindakan yang diperintahkan dalam Islam sebagai bagian dari tanggung jawab dan ketaatan kepada Allah SWT. Ini juga merupakan bentuk penghormatan kepada roh individu yang telah meninggal, dengan memastikan bahwa kewajiban agama mereka dipenuhi dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H