Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mencari Sensasi di Bulan Ramadhan

12 Maret 2024   07:47 Diperbarui: 12 Maret 2024   07:50 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto ilustrasi, benarkan godaan wanita lebih besar dari godaan setan/ pexels.com/bondowoso.jatimnetwork.com

Sinopsis

Di bulan Ramadhan, saat umat Islam menahan diri dari hawa nafsu, sekelompok orang justru mencari sensasi dengan menjelajahi dunia mokel di siang hari. Bagi mereka, bulan Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga tentang menguji batas diri dan mencari kesenangan terlarang. Cerita ini mengikuti kisah beberapa karakter yang memiliki alasan berbeda untuk mencari mokel di bulan Ramadhan. Ada yang ingin melampiaskan rasa penasaran, ada yang ingin mencari pelarian dari kenyataan, dan ada yang ingin menantang norma agama dan sosial.

Di tengah pencarian mereka, mereka harus menghadapi berbagai rintangan dan konsekuensi. Mereka harus berhati-hati agar tidak ketahuan oleh orang lain, karena jika mereka tertangkap, mereka akan dihukum dan dikucilkan oleh masyarakat. Cerita ini bukan hanya tentang sensasi dan dosa, tetapi juga tentang eksplorasi diri, pencarian makna hidup, dan pertentangan antara keinginan dan norma agama.

Bab 1: Bisikan di Siang yang Terik

Matahari tepat berada di atas kepala, memancarkan sinarnya tanpa ampun. Alam terasa enggan berbisik, dibungkam oleh hawa panas yang menyengat. Di kantin langganan yang remang-remang, Arief meringis pelan sambil menyeruput teh tawar yang  dingin. Tenggorokannya kering, dahaga akibat puasa semakin menjadi.

"Tahan bentar lagi, bro. Maghrib tinggal hitungan jam," ujar Anton, teman akrab Arief, sambil melahap gorengan pesanannya.

Arief mengangguk pelan. Ibadah puasa di hari pertama memang selalu terasa berat.  Namun, bukan dahaga yang sebenarnya menyiksa Arief saat ini.  Ada hasrat lain yang menggeliat, dahaga  akan sesuatu yang terlarang, sesuatu yang hanya bisa ia akses di jam-jam  seperti ini.

"Lo liat postingan Sarah belum?" bisik Anton tiba-tiba,  mengedipkan sebelah matanya penuh  arti.

Arief  tersentak. Sarah. Nama itu  seperti  alarm yang  membangunkan  gelisahnya.  Perempuan  itu  adalah  "sumber  air"  bagi  kehausan  terlarangnya  di  bulan  puasa  selama  dua  tahun  berturut-turut.

"Posting  apa?"  sahut  Arief  pura-pura  tak  tahu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun