Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa dan Guru PAUD

Terkadang, saya hanya seorang mahasiswa yang berusaha menulis hal-hal bermanfaat serta menyuarakan isu-isu hangat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mahasiswi Katolik di Kampus Islam: Menghadapi Tantangan dengan Toleransi

11 Maret 2024   17:54 Diperbarui: 11 Maret 2024   18:03 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
uin-alauddin.ac.id/Kampus UIN Alauidin Makassar 

Mahasiswi Katolik Berani Kuliah di UIN Alauddin Makassar 

Katalinya L Tukan, atau yang akrab disapa Katlyn, seorang mahasiswi Katolik asal Flores Timur, memilih menempuh pendidikan di UIN Alauddin Makassar, sebuah institusi pendidikan tinggi yang berbasis Islam. Keputusan ini telah menimbulkan berbagai pertanyaan dan keraguan, terutama dari pihak keluarganya. Hal ini menjadi topik yang menarik untuk dibahas secara mendalam. Katalinya L Tukan, atau biasa dipanggil Katlyn, adalah seorang perempuan yang berasal dari Flores Timur. Ia tampil sebagai seorang mahasiswi yang memiliki latar belakang keagamaan Katolik. Namun, dalam menentukan jalannya pendidikan, ia memilih untuk mengejar studinya di UIN Alauddin Makassar, sebuah institusi pendidikan tinggi yang berlandaskan Islam. Pilihan tersebut menjadi subjek perbincangan yang mendalam dan kompleks, terutama di lingkungan keluarganya. 

Keputusan Katlyn untuk menempuh pendidikan di UIN Alauddin Makassar menimbulkan berbagai pertanyaan dan keraguan, terutama di kalangan keluarganya. Dinamika ini mencerminkan perbincangan yang kompleks mengenai identitas keagamaan dan pendidikan seseorang. Selain itu, hal ini juga menyoroti nilai-nilai toleransi dan pluralisme dalam masyarakat yang beragam seperti di Indonesia.  Perlu dipahami bahwa pilihan Katlyn untuk berkuliah di UIN Alauddin Makassar adalah keputusan yang penuh pertimbangan. Hal ini mungkin didorong oleh berbagai faktor, seperti ketertarikan pada program studi yang ditawarkan, lingkungan akademik yang kondusif, atau bahkan nilai-nilai keagamaan yang ingin ia eksplorasi lebih jauh. Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa keputusan tersebut merupakan bagian dari perjalanan pribadinya dalam mencari ilmu dan pengalaman. 

Dalam konteks yang lebih luas, pilihan Katlyn juga mengajarkan kita tentang pentingnya menghormati dan menghargai pilihan individu dalam menjalani kehidupan dan pendidikan mereka. Meskipun mungkin terdapat perbedaan dalam keyakinan agama, namun penting untuk tetap memupuk sikap saling menghormati dan mendukung satu sama lain.  Dengan demikian, keputusan Katlyn untuk menempuh pendidikan di UIN Alauddin Makassar menjadi sebuah cerminan dari dinamika masyarakat yang beragam, di mana nilai-nilai toleransi, saling penghargaan, dan pluralisme menjadi landasan untuk memperkuat persatuan dan kebersamaan dalam keberagaman.

uin-alauddin.ac.id/Kampus UIN Alauidin Makassar 
uin-alauddin.ac.id/Kampus UIN Alauidin Makassar 

Namun, Katlyn memiliki tekad yang teguh untuk menimba ilmu di UIN karena biaya pendidikan yang terjangkau dan letak kampus yang dekat dengan kampung halamannya. Pilihan ini diambil dengan pertimbangan yang matang, mempertimbangkan faktor finansial dan geografis yang memengaruhi aksesibilitas pendidikan bagi dirinya. Katlyn memilih untuk menempuh studi dalam jurusan Ilmu Perpustakaan dengan harapan dapat membawa perubahan dalam persepsi masyarakat terhadap profesi pustakawan. Keputusannya ini menggambarkan komitmen yang kuat untuk mengubah pandangan yang mungkin belum sepenuhnya dihargai atau dipahami oleh masyarakat umum mengenai peran dan pentingnya seorang pustakawan dalam pembangunan pengetahuan dan literasi.

"Karena biaya kampusnya murah dan lebih dekat dengan kampung halaman. Jadi kalau liburan bisa pulang kampung," kata Katlyn.

Pilihan Katlyn untuk memilih jurusan Ilmu Perpustakaan juga mengindikasikan ketertarikan yang mendalam terhadap bidang ini serta kesadaran akan potensi kontribusi yang dapat diberikan melalui profesinya di masa depan. Dengan demikian, keputusan tersebut bukan hanya didasarkan pada pertimbangan finansial semata, tetapi juga pada aspirasi untuk memberikan kontribusi positif dalam masyarakat melalui pilihan karier yang dipilihnya. Melalui pilihan ini, Katlyn menunjukkan keberanian dan komitmen untuk mengejar impian dan tujuan pendidikannya dengan memilih jalur yang mungkin kurang umum atau dianggap tidak lazim dalam konteks latar belakang keagamaannya. 

Hal ini mencerminkan semangat untuk meraih ilmu dan memberikan dampak positif dalam masyarakat, terlepas dari faktor-faktor eksternal yang mungkin menjadi kendala. Dalam konteks yang lebih luas, sikap Katlyn juga mencerminkan pentingnya kesadaran akan nilai-nilai pendidikan sebagai alat untuk perubahan dan kemajuan sosial. Keputusannya untuk menempuh pendidikan di UIN Alauddin Makassar dan memilih jurusan Ilmu Perpustakaan sebagai sarana untuk membawa perubahan sosial menunjukkan bahwa pendidikan tidak hanya sekadar meraih gelar, tetapi juga merupakan sarana untuk mengembangkan diri dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa.

Menyesuaikan Diri dengan Lingkungan Baru 

Sebagai mahasiswi Katolik yang berada di lingkungan kampus yang didominasi oleh Islam, Katlyn harus menghadapi berbagai situasi yang tidak biasa. Dia sering diajak untuk melaksanakan salat oleh teman-temannya, yang merupakan aktivitas rutin dalam kehidupan keagamaan di lingkungan kampus tersebut. Pada awalnya, Katlyn hanya menjawab bahwa dia "tidak salat," mengira bahwa teman-temannya akan memahami bahwa alasan tersebut mungkin karena situasi seperti sedang haid. Namun, ketika teman-temannya melihat Katlyn membuat tanda salib saat makan siang, mereka terkejut dan baru menyadari bahwa Katlyn adalah seorang Katolik. Reaksi ini menyoroti betapa langkanya interaksi antara individu dari latar belakang agama yang berbeda di lingkungan tersebut, sehingga membuat pemahaman mengenai praktik keagamaan satu sama lain menjadi kurang jelas.

"Lalu ketika jam makan siang, saya membuat tanda salib. Mereka terkejut," ungkap Katlyn.

Peristiwa ini juga menunjukkan pentingnya komunikasi terbuka dan pengertian antarindividu dalam lingkungan yang beragam. Meskipun mungkin terdapat perbedaan dalam praktik keagamaan, namun dengan berkomunikasi dan memahami satu sama lain, kita dapat menghindari kesalahpahaman dan membangun hubungan yang harmonis dan saling menghargai di antara berbagai kelompok keagamaan. Bagi Katlyn, pengalaman ini mungkin merupakan tantangan yang memperkuat kesadaran akan identitas keagamaannya dan memperdalam pemahamannya tentang nilai-nilai toleransi dan saling penghargaan. 

Sebaliknya, bagi teman-temannya, pengalaman ini dapat menjadi pembelajaran tentang keragaman agama dan pentingnya menghormati kebebasan beragama individu. Dengan demikian, peristiwa ini mencerminkan dinamika yang kompleks dan pentingnya dialog antarindividu dari berbagai latar belakang keagamaan dalam masyarakat yang beragam. Hal ini menegaskan perlunya memperkuat nilai-nilai toleransi, pengertian, dan kerjasama antarindividu dari berbagai kelompok keagamaan untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan harmonis.

Salah satu contoh situasi yang dialami Katlyn adalah ketika ia diharuskan mengikuti program menghafal juz 30 Al-Qur'an di awal masa perkuliahan. Untungnya, dosen yang bertanggung jawab memahami kondisinya dan memberikan alternatif tugas yang dapat ia kerjakan. Peristiwa ini mencerminkan pentingnya sensitivitas dan pengertian dari pihak akademik terhadap keberagaman agama di lingkungan kampus. Dalam konteks ini, tindakan dosen yang memberikan alternatif tugas kepada Katlyn menunjukkan inklusivitas dalam pendekatan akademik. Dosen tersebut mempertimbangkan kebutuhan dan keterbatasan individu tanpa mengorbankan prinsip-prinsip akademik atau agama yang dianutnya. Hal ini menegaskan pentingnya pendekatan yang fleksibel dan inklusif dalam memberikan pendidikan, terutama di lingkungan yang multikultural dan multiagama.

Bagi Katlyn, pengalaman ini mungkin merupakan pembelajaran yang memperkuat kesadaran akan pentingnya komunikasi terbuka dan kerjasama antara mahasiswa dan dosen dalam menghadapi perbedaan kebutuhan individu. Sebaliknya, bagi dosen dan pihak akademik, pengalaman ini dapat menjadi kesempatan untuk memperdalam pemahaman mereka tentang keberagaman agama dan pentingnya mengakomodasi kebutuhan individu dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, peristiwa ini tidak hanya mencerminkan sikap inklusif dalam pendekatan akademik, tetapi juga menegaskan nilai-nilai toleransi, pengertian, dan saling menghormati dalam lingkungan pendidikan yang beragam. Hal ini menjadi landasan penting dalam membangun lingkungan pendidikan yang inklusif dan mendukung bagi semua individu, tanpa memandang latar belakang agama atau kepercayaan mereka.

Katlyn juga mengalami situasi di mana ia diminta untuk mengenakan hijab sebagai tanda penghormatan dalam lingkungan kampus yang didominasi oleh Islam. Namun, Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan dengan tegas menjelaskan bahwa tidak ada aturan yang memaksa mahasiswi non-Islam untuk mengenakan hijab. Peristiwa ini mencerminkan pentingnya klarifikasi dan penegakan kebijakan yang adil dan inklusif dalam lingkungan pendidikan. Penjelasan dari Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan menegaskan prinsip-prinsip kesetaraan dan kebebasan beragama dalam kampus tersebut, serta menunjukkan komitmen untuk menghormati kebebasan individu dalam menentukan pilihan berpakaian sesuai dengan keyakinan dan identitas mereka.

"Karena belum ada aturan terkait pemakaian hijab oleh mahasiswi non Islam," kata Ketua Jurusan.

"Karena selama UIN berdiri katanya belum ada mahasiswi non Islam yang masuk di UIN, kecuali mahasiswa," jelasnya

Bagi Katlyn, pengalaman ini mungkin menjadi pembelajaran tentang pentingnya menjaga hak-hak individu dan kebebasan beragama, serta kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur dalam menangani perbedaan dalam lingkungan yang beragam. Sebaliknya, bagi pihak otoritas akademik, pengalaman ini dapat menjadi kesempatan untuk memperkuat kebijakan yang inklusif dan memastikan bahwa hak-hak dan kebutuhan semua mahasiswa, tanpa memandang latar belakang agama, dihormati dan dipertahankan. Dengan demikian, peristiwa ini tidak hanya mencerminkan pentingnya prinsip-prinsip kesetaraan dan kebebasan beragama dalam pendidikan tinggi, tetapi juga menegaskan komitmen untuk membangun lingkungan pendidikan yang inklusif, di mana semua individu merasa dihargai dan didukung dalam mengejar pendidikan mereka.

Menghadapi Tantangan dan Intoleransi 

Meskipun Katlyn mendapat penerimaan yang positif dari sebagian besar dosen dan mahasiswa, namun tidak jarang dia juga menghadapi situasi di mana dia bertemu dengan individu yang tidak toleran terhadap keyakinannya. Beberapa mahasiswa bahkan menggunakan keyakinannya sebagai subjek bercandaan, dan terdapat juga dosen yang mempertanyakan kebenaran imannya. Peristiwa-peristiwa ini menggambarkan tantangan yang dihadapi Katlyn dalam menjalani kehidupan kampus yang beragam. Sikap tidak toleran terhadap keyakinan agama seseorang dapat menciptakan lingkungan yang tidak nyaman dan merugikan bagi individu tersebut. Selain itu, penggunaan keyakinan seseorang sebagai bahan bercandaan juga dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan bahkan menyakiti perasaan individu yang bersangkutan.

Bagi Katlyn, pengalaman ini mungkin merupakan ujian yang menguji ketahanan dan kepercayaan dirinya dalam menghadapi sikap tidak toleran dan pelecehan terhadap keyakinannya. Dia mungkin harus belajar untuk memperkuat mentalnya dan mengembangkan strategi untuk menghadapi situasi-situasi semacam itu dengan bijaksana dan berdampak positif. Dalam konteks yang lebih luas, peristiwa-peristiwa ini menyoroti perlunya pendidikan dan kesadaran tentang nilai-nilai toleransi, penghargaan, dan saling menghormati dalam masyarakat yang multikultural. Lingkungan pendidikan harus menjadi tempat yang aman dan inklusif bagi semua individu, di mana perbedaan keyakinan dihargai dan dihormati, bukan dijadikan sebagai subjek cemoohan atau perdebatan.

Selain itu, pihak otoritas akademik juga harus aktif dalam menegakkan nilai-nilai kesetaraan dan mengatasi sikap tidak toleran dalam lingkungan kampus. Dosen dan staf akademik perlu memberikan contoh positif dalam memperlakukan semua mahasiswa dengan hormat dan mengatasi segala bentuk diskriminasi atau pelecehan berdasarkan keyakinan agama. Dengan demikian, peristiwa-peristiwa ini menunjukkan perlunya upaya bersama dalam membangun lingkungan pendidikan yang inklusif dan memastikan bahwa semua individu merasa aman dan dihargai dalam mengejar pendidikan mereka.

Walaupun merasa tersakiti, Katlyn belajar untuk tidak terpengaruh oleh kata-kata dan perilaku orang lain. Dia memusatkan perhatiannya pada studinya dan membangun hubungan pertemanan dengan individu-individu yang toleran dan menghargai keragaman. Sikap yang diambil oleh Katlyn mencerminkan kedewasaan emosional dan ketegasan dalam menghadapi cobaan serta tantangan yang dihadapinya. Dengan tidak terpengaruh oleh sikap negatif dari orang lain, Katlyn menunjukkan kemampuan untuk tetap fokus pada tujuan dan impian pendidikannya, tanpa terjatuh dalam lingkaran negatif dari sikap tidak toleran dan tidak menghargai.

"Saya kadang merasa sakit hati. Tapi kembali lagi bahwa kita tidak bisa mengendalikan apa yang orang lain katakan dan lakukan kepada kita," tutur Katlyn.

Lebih dari itu, dengan memilih menjalin pertemanan dengan individu-individu yang toleran dan menghargai perbedaan, Katlyn menempatkan dirinya dalam lingkungan yang mendukung dan membangun. Pertemanan yang dibangun di atas nilai-nilai saling menghargai dan toleransi akan membantu Katlyn dalam menjaga keseimbangan emosionalnya dan terus berkembang sebagai individu yang kuat dan positif. Bagi Katlyn, pengalaman ini mungkin menjadi sebuah pembelajaran yang berharga dalam memahami nilai-nilai kesabaran, ketahanan, dan keberanian dalam menghadapi rintangan dan ketidaksetujuan dari lingkungan sekitarnya. 

Dengan memilih untuk tetap berfokus pada studinya dan menjalin pertemanan yang positif, Katlyn menunjukkan kemampuannya untuk mengatasi rintangan dan tetap maju menuju cita-citanya. Dalam konteks yang lebih luas, sikap Katlyn juga menjadi contoh bagi kita semua tentang pentingnya memilih untuk tidak terpengaruh oleh sikap negatif dan mengarahkan energi kita pada hal-hal yang membangun dan bermanfaat. Dengan membangun hubungan yang didasarkan pada nilai-nilai toleransi dan saling menghargai, kita dapat menciptakan lingkungan yang inklusif dan harmonis bagi semua individu, di mana setiap orang dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun