Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mahasiswi Katolik di Kampus Islam: Menghadapi Tantangan dengan Toleransi

11 Maret 2024   17:54 Diperbarui: 11 Maret 2024   18:03 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai mahasiswi Katolik yang berada di lingkungan kampus yang didominasi oleh Islam, Katlyn harus menghadapi berbagai situasi yang tidak biasa. Dia sering diajak untuk melaksanakan salat oleh teman-temannya, yang merupakan aktivitas rutin dalam kehidupan keagamaan di lingkungan kampus tersebut. Pada awalnya, Katlyn hanya menjawab bahwa dia "tidak salat," mengira bahwa teman-temannya akan memahami bahwa alasan tersebut mungkin karena situasi seperti sedang haid. Namun, ketika teman-temannya melihat Katlyn membuat tanda salib saat makan siang, mereka terkejut dan baru menyadari bahwa Katlyn adalah seorang Katolik. Reaksi ini menyoroti betapa langkanya interaksi antara individu dari latar belakang agama yang berbeda di lingkungan tersebut, sehingga membuat pemahaman mengenai praktik keagamaan satu sama lain menjadi kurang jelas.

"Lalu ketika jam makan siang, saya membuat tanda salib. Mereka terkejut," ungkap Katlyn.

Peristiwa ini juga menunjukkan pentingnya komunikasi terbuka dan pengertian antarindividu dalam lingkungan yang beragam. Meskipun mungkin terdapat perbedaan dalam praktik keagamaan, namun dengan berkomunikasi dan memahami satu sama lain, kita dapat menghindari kesalahpahaman dan membangun hubungan yang harmonis dan saling menghargai di antara berbagai kelompok keagamaan. Bagi Katlyn, pengalaman ini mungkin merupakan tantangan yang memperkuat kesadaran akan identitas keagamaannya dan memperdalam pemahamannya tentang nilai-nilai toleransi dan saling penghargaan. 

Sebaliknya, bagi teman-temannya, pengalaman ini dapat menjadi pembelajaran tentang keragaman agama dan pentingnya menghormati kebebasan beragama individu. Dengan demikian, peristiwa ini mencerminkan dinamika yang kompleks dan pentingnya dialog antarindividu dari berbagai latar belakang keagamaan dalam masyarakat yang beragam. Hal ini menegaskan perlunya memperkuat nilai-nilai toleransi, pengertian, dan kerjasama antarindividu dari berbagai kelompok keagamaan untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan harmonis.

Salah satu contoh situasi yang dialami Katlyn adalah ketika ia diharuskan mengikuti program menghafal juz 30 Al-Qur'an di awal masa perkuliahan. Untungnya, dosen yang bertanggung jawab memahami kondisinya dan memberikan alternatif tugas yang dapat ia kerjakan. Peristiwa ini mencerminkan pentingnya sensitivitas dan pengertian dari pihak akademik terhadap keberagaman agama di lingkungan kampus. Dalam konteks ini, tindakan dosen yang memberikan alternatif tugas kepada Katlyn menunjukkan inklusivitas dalam pendekatan akademik. Dosen tersebut mempertimbangkan kebutuhan dan keterbatasan individu tanpa mengorbankan prinsip-prinsip akademik atau agama yang dianutnya. Hal ini menegaskan pentingnya pendekatan yang fleksibel dan inklusif dalam memberikan pendidikan, terutama di lingkungan yang multikultural dan multiagama.

Bagi Katlyn, pengalaman ini mungkin merupakan pembelajaran yang memperkuat kesadaran akan pentingnya komunikasi terbuka dan kerjasama antara mahasiswa dan dosen dalam menghadapi perbedaan kebutuhan individu. Sebaliknya, bagi dosen dan pihak akademik, pengalaman ini dapat menjadi kesempatan untuk memperdalam pemahaman mereka tentang keberagaman agama dan pentingnya mengakomodasi kebutuhan individu dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, peristiwa ini tidak hanya mencerminkan sikap inklusif dalam pendekatan akademik, tetapi juga menegaskan nilai-nilai toleransi, pengertian, dan saling menghormati dalam lingkungan pendidikan yang beragam. Hal ini menjadi landasan penting dalam membangun lingkungan pendidikan yang inklusif dan mendukung bagi semua individu, tanpa memandang latar belakang agama atau kepercayaan mereka.

Katlyn juga mengalami situasi di mana ia diminta untuk mengenakan hijab sebagai tanda penghormatan dalam lingkungan kampus yang didominasi oleh Islam. Namun, Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan dengan tegas menjelaskan bahwa tidak ada aturan yang memaksa mahasiswi non-Islam untuk mengenakan hijab. Peristiwa ini mencerminkan pentingnya klarifikasi dan penegakan kebijakan yang adil dan inklusif dalam lingkungan pendidikan. Penjelasan dari Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan menegaskan prinsip-prinsip kesetaraan dan kebebasan beragama dalam kampus tersebut, serta menunjukkan komitmen untuk menghormati kebebasan individu dalam menentukan pilihan berpakaian sesuai dengan keyakinan dan identitas mereka.

"Karena belum ada aturan terkait pemakaian hijab oleh mahasiswi non Islam," kata Ketua Jurusan.

"Karena selama UIN berdiri katanya belum ada mahasiswi non Islam yang masuk di UIN, kecuali mahasiswa," jelasnya

Bagi Katlyn, pengalaman ini mungkin menjadi pembelajaran tentang pentingnya menjaga hak-hak individu dan kebebasan beragama, serta kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur dalam menangani perbedaan dalam lingkungan yang beragam. Sebaliknya, bagi pihak otoritas akademik, pengalaman ini dapat menjadi kesempatan untuk memperkuat kebijakan yang inklusif dan memastikan bahwa hak-hak dan kebutuhan semua mahasiswa, tanpa memandang latar belakang agama, dihormati dan dipertahankan. Dengan demikian, peristiwa ini tidak hanya mencerminkan pentingnya prinsip-prinsip kesetaraan dan kebebasan beragama dalam pendidikan tinggi, tetapi juga menegaskan komitmen untuk membangun lingkungan pendidikan yang inklusif, di mana semua individu merasa dihargai dan didukung dalam mengejar pendidikan mereka.

Menghadapi Tantangan dan Intoleransi 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun