Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyelami Kedalaman Jiwa: Memahami Teori Kepribadian Sigmund Freaud

5 Maret 2024   21:46 Diperbarui: 5 Maret 2024   21:49 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teori kepribadian yang diusulkan oleh Sigmund Freud pada tahun 1923 merupakan sebuah kerangka pemahaman yang mendalam mengenai kompleksitas jiwa manusia. Dalam teori ini, Freud menggambarkan jiwa manusia seperti sebuah lautan yang dalam, di mana terdapat struktur-struktur yang beragam dan tersembunyi. Analogi ini memperlihatkan betapa kompleksnya manusia dalam aspek psikologisnya. Pada permukaan, Freud mengidentifikasi adanya pikiran sadar yang terlihat seperti gunung es yang hanya sebagian kecilnya terlihat di atas permukaan. Di sini, ego berperan sebagai nahkoda yang mengelola dan mengatur kesadaran serta interaksi individu dengan dunia luar. Ego berfungsi sebagai mediator antara tuntutan realitas eksternal dan kebutuhan-kebutuhan internal individu. 

Namun, di bawah permukaan pikiran sadar, terdapat alam bawah sadar yang jauh lebih luas dan kompleks. Di sini terdapat id, yang merupakan reservoir naluri dan dorongan-dorongan dasar yang tidak terkontrol. Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan tanpa memedulikan realitas atau moralitas. Freud memandang id sebagai bagian yang paling primitif dan tak terjaga dari kepribadian manusia. Selain itu, terdapat juga superego, yang merupakan panduan moral internal individu. Superego terbentuk dari internalisasi aturan-aturan dan norma-norma yang diajarkan oleh masyarakat serta pengalaman-pengalaman masa lalu. Fungsi superego adalah untuk mengendalikan dan menilai perilaku individu berdasarkan standar moral yang internal.

Interaksi antara ketiga elemen ini, yaitu ego, id, dan superego, menciptakan dinamika yang kompleks dalam kepribadian manusia. Analoginya adalah seperti tarian tak kasat mata di mana setiap elemen saling berinteraksi dan memengaruhi satu sama lainnya. Tarian ini mengarahkan tindakan dan reaksi individu dengan cara yang halus dan kompleks, seringkali tanpa disadari oleh individu itu sendiri. Dalam teori Freud, konflik antara ketiga struktur ini dapat menyebabkan berbagai macam masalah psikologis dan perilaku yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan mengamati pikiran sadar saja. Oleh karena itu, untuk memahami secara menyeluruh tentang perilaku dan kepribadian manusia, kita perlu menelusuri dan memahami interaksi yang terjadi di dalam alam bawah sadar ini.

Id: Kekuatan Primal yang Tersembunyi 

sahrulddv/Pinterest.com
sahrulddv/Pinterest.com

Id, dalam teori kepribadian Sigmund Freud, diibaratkan sebagai bayi yang baru lahir, yang didorong oleh hasrat dan kebutuhan dasar yang primitif. Id mencari kesenangan dan berupaya untuk menghindari rasa sakit tanpa memperhitungkan konsep moral atau konsekuensi dari tindakannya. Id beroperasi berdasarkan prinsip "kenikmatan" (pleasure principle), yang artinya ia menuntut pemuasan instan dari keinginan-keinginannya tanpa memperdulikan realitas atau pertimbangan yang lebih luas. Id merupakan bagian dari kepribadian yang tersembunyi di alam bawah sadar. Sebagai bagian yang paling primitif dari kepribadian manusia, id terdiri dari dorongan-dorongan naluri yang mendasar, seperti dorongan seksual dan agresif, serta kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya seperti makanan dan keamanan.

Id tidak terpengaruh oleh pertimbangan moral atau realitas eksternal. Ia hanya berfokus pada memuaskan kebutuhan-kebutuhannya sesuai dengan dorongan-dorongan yang ada. Sebagai contoh, jika seseorang merasa lapar, id akan mendorongnya untuk segera memenuhi keinginan tersebut tanpa mempertimbangkan apakah saat itu tepat atau tidak, atau apakah makanan tersebut tersedia atau tidak. Dalam kehidupan sehari-hari, id sering kali terlibat dalam konflik dengan ego dan superego. Ego berusaha untuk memediasi antara tuntutan-tuntutan id dengan realitas eksternal, sementara superego memberikan pengaruh moral yang mencoba menekan atau mengatur perilaku sesuai dengan norma-norma dan aturan-aturan yang ada dalam masyarakat. Meskipun id sering dianggap sebagai aspek yang tidak terkendali dan primitif dari kepribadian, keberadaannya memiliki peran penting dalam memahami perilaku manusia. Freud meyakini bahwa pemahaman akan keberadaan dan fungsi id dapat membantu dalam pengobatan gangguan-gangguan psikologis serta dalam pengembangan diri individu secara keseluruhan.

Ego: Sang Penengah yang Realistis 

kabarumat.co
kabarumat.co

Ego, dalam teori kepribadian Sigmund Freud, berperan sebagai mediator yang mencoba menyeimbangkan tuntutan-tuntutan mendesak dari id dengan realitas dunia luar. Ego berusaha mencari cara untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang berasal dari id secara aman dan terkendali, dengan mempertimbangkan norma-norma sosial dan konsekuensi-konsekuensi logis dari tindakannya. Ego beroperasi berdasarkan prinsip "realitas" (reality principle), yang berarti bahwa ia menunda pemuasan kebutuhan-kebutuhan dari id saat diperlukan dan mencari solusi-solusi yang adaptif untuk mengatasi konflik-konflik yang timbul. Ego adalah bagian dari kepribadian yang berada di antara pikiran sadar dan alam bawah sadar. Peran utamanya adalah untuk memfasilitasi interaksi individu dengan dunia luar, mempertimbangkan realitas eksternal dan berbagai pertimbangan yang terkait. Dalam melakukan tugasnya, ego mengintegrasikan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber, termasuk informasi dari id, superego, serta pengamatan dan pengalaman individu.

Ego berusaha untuk menghindari konflik antara tuntutan-tuntutan id yang impulsif dengan realitas yang ada di luar diri individu. Misalnya, jika id menginginkan sesuatu yang tidak realistis atau tidak layak, ego akan mencoba menunda keinginan tersebut dan mencari cara yang lebih realistis dan sesuai dengan keadaan sebenarnya. Selain itu, ego juga berperan dalam mengatur dan menyesuaikan perilaku individu dengan norma-norma sosial yang berlaku. Hal ini mencakup pengendalian diri, penundaan gratifikasi, serta pengambilan keputusan yang mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi yang mungkin terjadi.

Dalam konteks konflik internal antara id dan superego, ego berperan sebagai penengah yang mencoba menemukan solusi kompromi yang memuaskan kedua belah pihak. Dengan demikian, ego memainkan peran yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan dan stabilitas kepribadian individu. Freud menganggap bahwa ketidakseimbangan atau disfungsi dalam fungsi ego dapat menyebabkan berbagai macam masalah psikologis, seperti kecemasan, depresi, atau gangguan kepribadian. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam mengenai peran dan fungsi ego merupakan hal yang penting dalam upaya pemahaman dan pengembangan diri individu.

Superego: Suara Hati yang Menghakimi 

store.payloadz.com
store.payloadz.com

Superego, dalam teori kepribadian Sigmund Freud, diibaratkan sebagai representasi internalisasi norma dan nilai moral yang diterima dari orang tua dan masyarakat. Ia berfungsi sebagai suara hati yang menilai dan menghakimi tindakan individu, mendorong ego untuk berperilaku sesuai dengan standar moral dan idealisme yang telah dipahami. Superego dapat dianggap sebagai 'malaikat di bahu' yang memberikan panduan moral dalam pengambilan keputusan. Superego bertanggung jawab atas pembentukan dan penerapan aturan moral yang internal dalam kepribadian individu. Ini termasuk norma-norma yang diterima dalam masyarakat dan nilai-nilai yang dipahami dari lingkungan keluarga. Dalam menjalankan tugasnya, superego memegang peran penting dalam mengatur dan mengendalikan perilaku individu agar sesuai dengan standar moral yang dipegang.

Prinsip yang menggerakkan superego adalah "kesempurnaan" (perfection principle). Ini berarti bahwa superego menuntut tindakan yang bermoral dan terhormat dari individu, bahkan ketika dorongan-dorongan yang berasal dari id mungkin menginginkan hal yang berbeda. Superego menekankan pentingnya mengutamakan nilai-nilai moral dan menjaga integritas diri, bahkan jika hal tersebut memerlukan pengorbanan atau penundaan kepuasan. Dalam kehidupan sehari-hari, superego seringkali berperan sebagai pengontrol diri yang memberikan peringatan atau penilaian terhadap tindakan-tindakan yang dianggap tidak sesuai dengan standar moral yang ada. Misalnya, ketika seseorang merasa cenderung untuk melakukan tindakan yang melanggar norma-norma atau nilai-nilai moral, superego akan muncul sebagai suara hati yang mengingatkan individu akan konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul.

Namun, konflik dapat terjadi antara superego dengan id dan ego. Ketika id menginginkan kepuasan yang segera tanpa memedulikan pertimbangan moral, dan ego berjuang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan-kebutuhan id dengan realitas, superego bisa memberikan tekanan tambahan untuk memastikan bahwa tindakan yang diambil sesuai dengan standar moral yang ditetapkan. Freud percaya bahwa perkembangan dan integrasi yang sehat dari superego dalam kepribadian seseorang penting untuk keseimbangan psikologis dan sosial yang baik. Gangguan dalam fungsi superego dapat menyebabkan berbagai masalah psikologis, seperti perasaan bersalah yang berlebihan, kecemasan, atau perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai moral yang dipegang individu. Oleh karena itu, pemahaman dan pengelolaan superego merupakan aspek penting dalam proses pengembangan diri individu.

Tarian Dinamis Ketiga Kekuatan 

wsj.com
wsj.com

Interaksi dinamis antara id, ego, dan superego membentuk sebuah panggung internal yang penuh dengan drama dalam teori kepribadian Sigmund Freud. Di panggung ini, id mendorong dengan hasrat-hasratnya yang primitif, ego bertindak sebagai mediator yang menengahi antara tuntutan-tuntutan id dan realitas eksternal, sementara superego memberikan arahan moral yang mengarahkan perilaku individu. Panggung ini menjadi pusat konflik dan ketegangan yang menjadi sumber energi yang menggerakkan perilaku manusia. Id, sebagai aspek yang paling primitif dari kepribadian, didorong oleh dorongan-dorongan naluri yang tak terkendali, seperti hasrat seksual dan agresif, serta kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya seperti makanan dan keamanan. Ego, di sisi lain, berusaha untuk menemukan keseimbangan antara kebutuhan-kebutuhan id dengan realitas yang ada, mempertimbangkan norma-norma sosial dan konsekuensi-konsekuensi logis dari tindakannya. Sedangkan superego, yang memegang peran sebagai penjaga moral internal, memberikan arahan dan menghakimi tindakan individu berdasarkan standar moral yang telah diterima dari lingkungan sosialnya.

Konflik dan ketegangan antara ketiga elemen ini menciptakan dinamika yang kompleks dalam kepribadian manusia. Ketika dorongan-dorongan primitif dari id bertentangan dengan tuntutan-tuntutan moral dari superego, ego harus bekerja keras untuk menemukan solusi yang memuaskan semua pihak. Misalnya, ketika id menginginkan kepuasan segera tanpa memedulikan konsekuensi moral atau realitas eksternal, ego harus menemukan cara untuk menunda keinginan tersebut atau mencari solusi yang memadai. Panggung ini menjadi tempat di mana konflik internal terjadi, seringkali tanpa disadari oleh individu itu sendiri. Interaksi yang terjadi antara ketiga elemen ini menciptakan pola-pola perilaku yang kompleks dan terkadang sulit dipahami. Namun demikian, pemahaman yang mendalam tentang dinamika ini dapat membantu dalam menjelaskan berbagai macam masalah psikologis dan perilaku manusia. Freud percaya bahwa pemahaman yang lebih baik tentang interaksi antara id, ego, dan superego dapat membantu individu dalam mengatasi konflik internal dan mengembangkan kepribadian yang lebih sehat. Oleh karena itu, panggung internal ini menjadi fokus penting dalam teori kepribadian Freud dan psikoanalisis secara umum.

Kekuatan Teori Freud 

Teori Freud menyajikan suatu kerangka kerja yang revolusioner dalam pemahaman motivasi dan perilaku manusia. Teori ini membuka jalan bagi eksplorasi mendalam terhadap alam bawah sadar, pengaruh masa kanak-kanak, dan peran mekanisme pertahanan diri dalam pembentukan kepribadian individu. Freud menggambarkan bahwa sebagian besar dari motivasi manusia, serta pola perilaku yang kompleks, memiliki akar yang tersembunyi dalam alam bawah sadar. Ini menandakan bahwa tidak semua aspek keinginan dan dorongan kita disadari secara langsung, tetapi memiliki pengaruh yang kuat terhadap tindakan dan pikiran kita.

Selain itu, Freud menyoroti pentingnya pengaruh pengalaman masa kanak-kanak dalam membentuk kepribadian. Menurutnya, pengalaman-pengalaman ini, terutama yang terjadi pada tahap-tahap perkembangan awal, memiliki dampak jangka panjang dalam membentuk struktur psikologis individu. Freud percaya bahwa konflik yang tidak terselesaikan atau pengalaman traumatis pada masa kanak-kanak dapat membentuk pola perilaku dan pikiran yang kompleks di masa dewasa. Teori Freud juga mengungkapkan pentingnya mekanisme pertahanan diri dalam membentuk kepribadian individu. Mekanisme pertahanan diri ini adalah cara-cara yang digunakan oleh ego untuk melindungi diri dari konflik internal atau ancaman yang terjadi dalam alam bawah sadar. Contoh dari mekanisme pertahanan diri ini termasuk penyangkalan, proyeksi, dan pemindahan.

 Freud menyatakan bahwa penggunaan mekanisme pertahanan diri ini dapat membantu individu mengatasi kecemasan dan ketegangan yang muncul akibat konflik antara id, ego, dan superego.Secara keseluruhan, teori Freud memperluas pandangan kita tentang sifat kompleks dari manusia. Dengan mengeksplorasi alam bawah sadar, pengaruh masa kanak-kanak, dan peran mekanisme pertahanan diri, teori ini membantu kita memahami lebih dalam tentang asal usul dan dinamika perilaku manusia.

Kritik dan Batasan 

Walaupun teori Freud dianggap sebagai sebuah terobosan yang signifikan dalam pemahaman psikologi manusia, ia tidak luput dari kritik. Salah satu kritik utama terhadap teori Freud adalah determinisme psikisnya, yang menekankan pengaruh masa lalu dan alam bawah sadar, yang dianggap oleh sebagian orang meremehkan peran kehendak bebas dan kesadaran. Determinisme psikis dalam teori Freud menyatakan bahwa perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman masa lalu, terutama yang terjadi pada masa kanak-kanak, dan bahwa banyak dari dorongan-dorongan dan motivasi yang mempengaruhi tindakan kita berada di luar kendali kesadaran kita. Hal ini menimbulkan kontroversi karena beberapa orang berpendapat bahwa teori ini mengabaikan atau mengurangi peran kehendak bebas dan kesadaran individu dalam menentukan tindakan mereka.

Selain itu, pandangan Freud tentang seksualitas juga menjadi sasaran kritik. Freud menekankan pentingnya seksualitas dalam pembentukan kepribadian individu, dan mengaitkan banyak konflik psikologis dengan perkembangan seksual pada masa kanak-kanak. Namun, pandangannya tentang seksualitas ini dianggap terlalu sentral dan kontroversial oleh sebagian kalangan, karena beberapa orang merasa bahwa ia terlalu mempersempit atau mengabaikan faktor-faktor lain yang juga berperan penting dalam pembentukan kepribadian. Kritik terhadap teori Freud ini telah memunculkan berbagai pendekatan alternatif dalam psikologi modern, yang lebih menekankan peran kesadaran, kehendak bebas, dan pengaruh lingkungan sosial dalam membentuk perilaku manusia. Meskipun demikian, kontribusi Freud dalam bidang psikologi tetap diakui dan dihargai, dan pengaruhnya terhadap perkembangan psikologi modern tetap sangat signifikan. Banyak konsep dan prinsip yang diperkenalkan oleh Freud masih menjadi dasar dari pemahaman psikologi manusia saat ini, meskipun kadang-kadang dengan penyesuaian dan reinterpretasi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan pandangan sosial yang lebih modern.

Kesimpulan 

Meskipun mendapat kritik dan terbatasannya, teori Freud tetap menjadi titik referensi penting dalam sejarah psikologi. Ia membuka 'kotak Pandora' dari jiwa manusia, mendorong kita untuk memandang diri bukan hanya sebagai makhluk rasional, melainkan juga sebagai makhluk yang dipengaruhi oleh kekuatan bawah sadar yang kompleks. Teori Freud menciptakan landasan yang kuat untuk memahami kompleksitas manusia. Dengan menyoroti peran alam bawah sadar dan kompleksitas dinamika psikologis, Freud memperkenalkan perspektif baru tentang sifat manusia yang menantang pandangan tradisional tentang pikiran dan perilaku manusia. Ini membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut tentang psikologi manusia yang lebih dalam dan komprehensif.

Pandangan Freud mengenai alam bawah sadar menyoroti pentingnya memahami bagaimana pengalaman-pengalaman masa lalu dan dorongan-dorongan yang tersembunyi dapat memengaruhi perilaku dan pikiran kita secara tidak langsung. Ini menantang pandangan konvensional tentang kontrol diri dan memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang sumber-sumber konflik internal dan masalah psikologis yang mungkin dihadapi individu. Dalam konteks ini, teori Freud memperluas pandangan kita tentang sifat manusia dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan psikologi sebagai ilmu pengetahuan. Meskipun terdapat kritik dan kontroversi, warisan Freud dalam psikologi tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari evolusi pemikiran manusia tentang diri mereka sendiri. Dengan demikian, meskipun teori Freud tidak sempurna dan menerima kritik, tidak dapat disangkal bahwa ia telah menjadi batu loncatan penting dalam pemahaman manusia tentang diri mereka sendiri. Pemikirannya telah mendorong perkembangan ilmu psikologi dan membantu kita melihat manusia dalam dimensi yang lebih luas dan lebih kompleks.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun