Dengan demikian, laporan dari AFR memberikan gambaran yang komprehensif tentang upaya Prabowo Subianto untuk mengejar hubungan pertahanan yang lebih erat dengan Amerika Serikat dan negara-negara Barat, serta implikasinya dalam konteks geopolitik regional. Langkah-langkah ini mencerminkan dinamika kompleks dalam politik luar negeri Indonesia dan hubungan bilateral dengan berbagai kekuatan besar di dunia.
"Orang bilang Jokowi sangat dekat dengan China. Namun orang-orang di lingkaran dalamnya mengatakan satu-satunya alasan dia dekat dengan Beijing adalah karena China memberinya semua insentif dengan semua investasinya," Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa pendapat dari pengamat dalam negeri, seorang profesor di Universitas Jenderal Achmad Yani di Jawa Barat, Yohanes Sulaiman, juga diikutsertakan.
Pernyataan Yohanes Sulaiman mencerminkan pandangan yang kompleks tentang dinamika investasi Indonesia, terutama terkait dengan hubungan dengan Tiongkok. Pada dasarnya, Sulaiman menyatakan bahwa masih ada peluang untuk melakukan diversifikasi investasi yang lebih luas bagi penerus Jokowi, yang mengindikasikan bahwa Indonesia memiliki opsi lain selain bergantung sepenuhnya pada investasi dari Tiongkok.Â
Diversifikasi investasi adalah strategi yang umum digunakan untuk mengurangi risiko dan meningkatkan potensi keuntungan dengan menempatkan dana dalam berbagai jenis aset atau pasar. Dalam konteks Indonesia, ini bisa berarti mencari sumber investasi dari berbagai negara atau sektor ekonomi yang berbeda untuk mengurangi ketergantungan pada satu mitra atau satu sektor tertentu.
Namun, Sulaiman juga mengakui bahwa Tiongkok menjadi semakin menarik bagi Indonesia sebagai mitra investasi karena insentif yang ditawarkan oleh Tiongkok. Insentif-ini mungkin termasuk dukungan keuangan yang besar, akses pasar yang luas, teknologi canggih, dan infrastruktur yang kuat, yang semuanya dapat menjadi faktor penarik bagi Indonesia dalam menarik investasi dari Tiongkok.Â
Penting untuk dicatat bahwa keputusan untuk menggantungkan diri pada Tiongkok atau mencari sumber investasi dari negara atau wilayah lain tidak selalu sederhana, dan melibatkan pertimbangan yang kompleks termasuk aspek keamanan nasional, kepentingan ekonomi jangka panjang, dan dinamika geopolitik regional.
Sulaiman secara implisit mengakui bahwa hubungan ekonomi Indonesia-Tiongkok memiliki potensi yang signifikan, namun juga menyiratkan bahwa ada risiko dalam ketergantungan yang berlebihan pada Tiongkok. Oleh karena itu, upaya untuk mencari diversifikasi investasi mungkin tetap menjadi prioritas bagi pemerintah Indonesia guna menjaga stabilitas ekonomi dan keamanan nasional.Â
Dengan demikian, pernyataan Yohanes Sulaiman menggambarkan kompleksitas dalam memahami dinamika investasi Indonesia, di mana sementara Tiongkok menawarkan insentif yang menarik, diversifikasi investasi tetap menjadi pertimbangan penting bagi pemerintah Indonesia dalam memastikan keberlanjutan dan ketahanan ekonomi jangka panjang.
"Investasi ini belum datang dari AS dan mitra perjanjiannya. Jika China memberikan uang, maka Jokowi akan melakukannya. Namun jika AS atau Australia memberinya banyak uang maka ia akan segera beralih,"tambah nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H