Namun demikian, ada pula pihak yang mengkhawatirkan konsekuensi dari kebijakan ekonomi yang terlalu bergantung pada Tiongkok. Beberapa kritikus menyoroti risiko politik dan ekonomi yang mungkin timbul akibat ketergantungan yang berlebihan terhadap Tiongkok, termasuk peningkatan utang dan kerentanan terhadap tekanan politik dari Tiongkok.Â
Dengan demikian, artikel tersebut memberikan gambaran tentang prediksi kuat mengenai kemenangan Prabowo dalam pemilihan presiden, yang didasarkan pada pandangan terhadap strategi ekonomi yang akan diterapkan, khususnya dalam konteks hubungan bisnis dengan Tiongkok.
"Perusahaan-perusahaan China kemungkinan besar akan mendapatkan keuntungan terbesar mengingat hubungan ekonomi positif yang telah dibangun antara Jokowi dan Beijing," Isi artikel tersebut mencakup pandangan dari pengamat dalam negeri, yakni Dedi Dinarto, seorang analis utama Indonesia di perusahaan konsultan kebijakan Global Counsel. Artikel ini berjudul 'Chinese Companies Set to Benefit If Front-runner Prabowo Subianto Seals Victory in Indonesian Presidential Election' yang artinya 'Perusahaan Tiongkok Berpotensi Mendapat Manfaat Jika Calon Terkuat Prabowo Subianto Memenangkan Pemilihan Presiden Indonesia.'
"Kesinambungan ekonomi merupakan hal penting dalam janji kampanye Prabowo, dan dalam sebuah langkah yang menuai kritik dari beberapa sekutu presiden, ia mencalonkan putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, sebagai calon wakil presidennya," isi artikel selanjutnya.
Australian Financial Review (AFR) merupakan salah satu media lain yang mengulas tentang hubungan antara Tiongkok dan Indonesia, khususnya terkait investasi Tiongkok di Indonesia selama masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan perkiraan mengenai kemungkinan perubahan situasi investasi tersebut jika Prabowo Subianto berhasil memenangkan pemilihan presiden.Â
Dalam laporan mereka, AFR menyoroti peningkatan investasi Tiongkok di Indonesia selama masa pemerintahan Jokowi. Investasi ini meliputi berbagai sektor, termasuk infrastruktur, energi, teknologi, dan manufaktur. Hubungan ekonomi yang erat antara kedua negara telah memberikan manfaat bagi kedua belah pihak, dengan Indonesia mendapatkan akses ke teknologi dan investasi, sementara Tiongkok memperluas pasar dan memperoleh sumber daya yang dibutuhkan.
Namun, AFR juga mengindikasikan bahwa situasi investasi ini dapat berubah jika Prabowo berhasil memenangkan pemilihan presiden. Prabowo telah menyatakan keinginannya untuk memperkuat kerja sama dengan Tiongkok, namun dengan penekanan pada "keadilan dan saling menguntungkan".Â
Hal ini menimbulkan spekulasi tentang kemungkinan adanya perubahan dalam kebijakan investasi dan regulasi ekonomi jika Prabowo memenangkan pemilihan presiden. Beberapa analis memperkirakan bahwa pemerintahan Prabowo dapat mengadopsi pendekatan yang lebih selektif terhadap investasi Tiongkok, dengan fokus pada proyek-proyek yang memberikan manfaat langsung bagi Indonesia dan memastikan adanya perlindungan terhadap kepentingan nasional.
Namun demikian, ada pula ketidakpastian terkait dengan potensi perubahan kebijakan ekonomi di bawah pemerintahan Prabowo, yang dapat mempengaruhi iklim investasi secara keseluruhan. Beberapa investor mungkin menunggu dan melihat bagaimana arah kebijakan ekonomi akan berubah sebelum membuat keputusan investasi lebih lanjut.Â
Dengan demikian, laporan dari AFR memberikan gambaran yang komprehensif tentang dinamika investasi Tiongkok di Indonesia selama masa pemerintahan Jokowi dan perkiraan mengenai kemungkinan perubahan situasi investasi tersebut jika Prabowo berhasil memenangkan pemilihan presiden. Analisis mereka mencakup berbagai aspek, termasuk potensi dampak perubahan kebijakan ekonomi terhadap investor dan hubungan ekonomi antara kedua negara.