Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tuanku Rakyat, Jabatan Hanya Mandat: Sebuah Refleksi Politik Indonesia

15 Februari 2024   18:20 Diperbarui: 15 Februari 2024   18:22 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budaya feodal mengacu pada sistem hierarki yang kuat, di mana kekuasaan dan otoritas dipegang oleh sejumlah elit atau golongan tertentu, sementara masyarakat umum dianggap sebagai subordinat yang harus tunduk dan patuh. Dalam konteks politik, hal ini tercermin dalam pandangan bahwa pemimpin adalah "tuan" yang memiliki hak untuk mengatur dan memerintah, sedangkan rakyat dianggap sebagai penerima perintah yang harus patuh tanpa banyak pertanyaan.

Selain itu, budaya paternalisme juga memainkan peran dalam memperkuat pola pikir ini. Budaya ini menekankan hubungan hierarkis antara pemimpin dan rakyat, di mana pemimpin dianggap sebagai figur yang memiliki kebijaksanaan dan otoritas yang tidak bisa dipertanyakan, sementara rakyat dianggap sebagai subjek yang harus dipimpin dan diatur. 

Dampak dari budaya feodal dan paternalisme ini adalah adanya ketidaksetaraan dalam hubungan antara pemimpin dan rakyat, serta minimnya partisipasi dan kontrol yang dilakukan oleh rakyat terhadap kebijakan dan tindakan pemerintah. Hal ini menimbulkan ketidakseimbangan dalam pembagian kekuasaan dan pertanggungjawaban, sehingga konsep "Tuanku Rakyat, Jabatan Hanya Mandat" sulit untuk diterapkan dengan efektif. 

Dengan demikian, meskipun frasa ini mencerminkan aspirasi ideal akan demokrasi yang sejati di mana rakyat memiliki kedaulatan tertinggi, tantangan budaya feodal dan paternalisme masih menjadi penghalang dalam mewujudkan konsep ini secara menyeluruh di Indonesia. 

Diperlukan upaya yang berkelanjutan untuk merombak pola pikir dan budaya politik yang ada agar masyarakat dapat benar-benar menginternalisasi prinsip bahwa pemimpin adalah pelayan yang bertanggung jawab kepada rakyat, bukan sebagai "tuan" yang tidak bisa disentuh oleh kepentingan dan keinginan rakyat.

Namun, di sisi lain, terdapat beragam peluang yang dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan makna dari frasa ini. Salah satu di antaranya adalah berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Kemajuan dalam TIK memberikan kesempatan bagi rakyat untuk lebih mudah mengakses informasi dan berpartisipasi dalam proses politik. 

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, seperti internet, media sosial, dan platform daring lainnya, telah mengubah lanskap politik secara signifikan. Rakyat kini memiliki akses lebih mudah untuk mendapatkan informasi tentang kebijakan publik, kinerja pemimpin, dan isu-isu politik terkini. Mereka juga dapat berkomunikasi dan berdiskusi dengan sesama warga negara, baik secara lokal maupun global, untuk bertukar pendapat dan mengkoordinasikan tindakan politik.

Selain itu, TIK juga memungkinkan masyarakat untuk mengorganisir dan menggerakkan aksi politik secara efisien. Gerakan massa dapat dengan cepat dan mudah disebarkan melalui media sosial dan platform daring lainnya, sehingga memungkinkan rakyat untuk menyampaikan tuntutan mereka secara lebih efektif kepada pemimpin dan pemerintah. Dengan adanya akses yang lebih luas terhadap informasi dan kemampuan untuk berpartisipasi dalam proses politik, masyarakat memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mengawasi kinerja pemimpin dan menuntut pertanggungjawaban dari mereka. Mereka dapat lebih aktif dalam memberikan masukan, memberikan kritik, dan memantau kebijakan yang diambil oleh pemerintah.

Dalam konteks frasa "Tuanku Rakyat, Jabatan Hanya Mandat", perkembangan TIK memberikan dukungan yang kuat untuk mewujudkan konsep ini. Dengan memanfaatkan teknologi, masyarakat dapat memperkuat peran mereka sebagai pemegang kedaulatan dengan lebih efektif, sementara pemimpin dan pejabat publik diingatkan bahwa mereka adalah pelayan yang bertanggung jawab kepada rakyat. 

Dengan demikian, TIK tidak hanya menjadi alat untuk memperluas ruang demokrasi, tetapi juga merupakan sarana untuk memperkuat prinsip-prinsip demokrasi dalam masyarakat, termasuk konsep bahwa pemimpin adalah mandatar yang harus bertanggung jawab kepada rakyat. Oleh karena itu, peluang yang terbuka melalui perkembangan TIK dapat menjadi salah satu jalan untuk mewujudkan aspirasi dari frasa "Tuanku Rakyat, Jabatan Hanya Mandat" dalam konteks politik Indonesia.

Kesimpulan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun