Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Simfoni Suara: Bisikan Demokrasi

4 Februari 2024   14:09 Diperbarui: 4 Februari 2024   14:11 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest.com/BisaPapua 

"Laras, ini dokumen penting banget!" seru Bima sambil menunjukkan selembar kertas pada Laras. "Ini bukti transfer dana dari perusahaan Rian ke rekening tim sukses beberapa calon anggota DPRD lain."

"Wah, ini bisa jadi senjata makan tuan buat Rian nih!" Laras matanya berbinar, semangat juangnya kian membara.

Mereka bersepakat untuk mempublikasikan temuan mereka melalui artikel investigasi di majalah tempat Laras bekerja. Namun, mereka sadar langkah ini takkan mudah. Rian tentu takkan tinggal diam jika reputasinya tercoreng.

"Kita harus hati-hati, Laras. Rian punya pengaruh besar," Bima mengingatkan.

"Aku tahu, Bim. Tapi ini tentang kebenaran dan keadilan. Kita nggak bisa takut," Laras menatap temannya dengan tatapan mantap.

Artikel investigasi mereka berjudul "Jejak Gelap di Balik Senyum Manis" terbit di majalah tepat seminggu sebelum hari pemilihan. Publik geger, masyarakat Ponorogo dibuat terkejut dengan dugaan kecurangan yang dilakukan Rian.

Tak pelak, serangan balik pun datang. Tim sukses Rian menggelar konferensi pers, membantah semua tuduhan dan balik menyerang Laras dan Bima dengan tuduhan pencemaran nama baik.

"Mereka menuduh kita memfitnah!" Bima gelisah, tak menyangka serangan balik Rian secepat dan semasif itu.

"Tenang, Bim. Kita punya bukti. Kita nggak takut sama gertakan mereka," Laras berusaha terlihat tenang, meski dalam hati ia tak bisa memungkiri rasa khawatirnya.

Mereka menghadapi tekanan dari berbagai pihak. Pihak majalah diintimidasi, ancaman terselubung bermunculan. Tapi Laras dan Bima tak menyerah. Mereka terus berjuang, mencari dukungan dari masyarakat dan lembaga terkait.

Di tengah situasi yang memanas, dukungan tak terduga datang dari Naya, ibu rumah tangga biasa yang selama ini tak terlalu tertarik dengan politik. Ia tersentuh oleh keberanian Laras dan Bima dalam memperjuangkan kebenaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun