Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa dan Guru PAUD

Terkadang, saya hanya seorang mahasiswa yang berusaha menulis hal-hal bermanfaat serta menyuarakan isu-isu hangat.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Serangkaian Intimidasi terhadap BEM UGM Pasca Kritik terhadap Jokowi sebagai Alumni yang Kontroversial

25 Desember 2023   15:59 Diperbarui: 25 Desember 2023   15:59 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Ketua BEM KM UGM, Gielbran Muhammad Noor/detik.com

Gielbran Muhammad Noor, Ketua BEM UGM, mengungkapkan bahwa ia mengalami tekanan setelah memimpin protes terhadap kinerja pemerintahan Presiden Jokowi.  

"Yang paling keras bentuk intimidasi itu ketika ada oknum mengaku intel datang ke fakultas saya beberapa hari lalu. Dia ke dekanat untuk meminta biodata diri saya," pernyataan Gielbran disampaikan pada hari Jumat, tanggal 15 Desember 2023.

Pada tanggal 8 Desember 2023, BEM UGM menyelenggarakan demonstrasi mimbar bebas yang melibatkan pemasangan spanduk besar yang menampilkan gambar Presiden Joko Widodo dengan judul 'Jokori sebagai Alumnus Paling Memalukan' yang ditempatkan di Bundaran UGM.

Ketua BEM UGM menyatakan bahwa dirinya mengalami berbagai bentuk tekanan, mulai dari kedatangan pihak intel hingga paparan data pribadi dan doxing yang melibatkan keluarganya.

Di samping itu tersebar pula leaflet yang merusak reputasi Gielbran dengan narasi menyatakan bahwa tindakannya dipengaruhi oleh motif politik.

Poster itu menyebar di wilayah Kabupaten Sleman, mengklaim bahwa orang tua Gielbran adalah calon legislatif atau caleg dari partai yang berlawanan dengan pemerintahan Jokowi. Gielbran menegaskan bahwa orang tuanya tidak terafiliasi dengan partai politik apa pun, dan ia memilih untuk merespons tuduhan tersebut dengan sikap tenang terhadap serangan anonim tersebut.

"Kami sayangkan aksi aksi intimidasi seperti itu. Intimidasi itu tidak akan membuat kami takut bersuara," kata Ketua BEM UGM, Gielbran Muhammad Noor.

Walaupun dihadapkan pada tekanan atau intimidasi, Gielbran menegaskan bahwa dukungan moral yang besar tetap mengalir kepadanya dari berbagai kalangan, khususnya dari mahasiswa dan dosen di lingkungan UGM.

Gielbran menguraikan bahwa setiap tindakan yang dilakukan bersama BEM UGM adalah bagian dari inisiatif murni untuk mengkritik kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang dianggapnya melenceng.

Beberapa fokus perhatian melibatkan keputusan kontroversial di Mahkamah Konstitusi terkait batas usia calon presiden dan calon wakil presiden, penurunan kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan kebijakan yang dianggap tidak mendukung kepentingan rakyat, seperti Undang-Undang Cipta Kerja.

Ketua BEM UGM Gielbran Muhammad Noor/jogja.jpnn.com
Ketua BEM UGM Gielbran Muhammad Noor/jogja.jpnn.com

Gielbran menekankan bahwa tujuan dari gerakan ini adalah untuk menginspirasi kesadaran dan objektivitas mahasiswa terkait isu-isu yang sedang berkembang di Indonesia.

"Gerakan yang kami lakukan untuk memantik gerakan-gerakan mahasiswa lain agar lebih peka dan objektif melihat persoalan yang sedang terjadi di negara ini," kata Ketua BEM UGM.

Tidak hanya Gielbran, intimidasi atau tekanan juga dirasakan oleh beberapa anggota BEM UGM, termasuk Mochammad Zidan Dermawan yang menjabat sebagai Menteri Aksi dan Propaganda BEM UGM.

"Kurang lebih bentuknya sama, intimidasi secara siber," kata Mochammad Zidan pada 12/12/2023.

Zidan menjelaskan bahwa akun Instagram pribadinya dan milik Ketua BEM UGM, diserang oleh komentar yang bersifat mengintimidasi dan mencapai puncaknya pada hari Senin, 11/12/2023. Ia menegaskan bahwa sejumlah komentar pribadi menyerang aspek fisik dan mengeluarkan pandangan bahwa sebagai mahasiswa, kritik yang disuarakan dan eksistensi BEM tidak memiliki nilai atau manfaat.

"Secara personal, ngata-ngatain fisik, terus ada yang bilang, 'masih mahasiswa buat apa kritik-kritik, BEM enggak berguna'," kata Zidan.

Selanjutnya, Zidan menambahkan bahwa perwakilan BEM UGM yang bertindak sebagai narahubung juga menjadi target intimidasi melalui media sosial. Ia menceritakan bahwa nomor WhatsApp narahubung tersebut diserbu dengan sejumlah pesan intimidasi. Meskipun begitu, menurut Zidan, kontak tersebut tidak terkait dengan penyelenggaraan aksi pemasangan spanduk yang menampilkan gambar Presiden Joko Widodo.

Zidan menekankan bahwa dampak dari intimidasi ini sangat dirasakan oleh rekan-rekan narahubung BEM UGM yang mungkin tidak sepenuhnya memahami konteksnya. Sebagai contoh, dampak intimidasi dapat mempengaruhi aktivitas lain yang mereka lakukan, meskipun tidak ada keterkaitan langsung dengan nomor WhatsApp yang menjadi sasaran serangan tersebut.

"Intimidasi berdampak besar buat teman-teman narahubung BEM UGM yang tidak tahu konteksnya. Misalnya buat kegiatan yang lain, tetapi diserang ke nomor WA yang itu," ujar Mochammad Zidan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun