Di bawah pohon boddhi yang rindang,
Buddha duduk, tenteram dan tenang.
Matahari senja berbisik pada angin,
Cerita mulia Sang Guru yang abadi.
Awalnya, Siddhartha, nama yang berseri,
Di istana kemewahan tumbuh bersemi.
Namun, panggilan batinnya tak terdiam,
Mencari makna di balik dunia yang riang.
Melangkah perlahan, melewati duka,
Menuju pencerahan di malam yang sunyi.
Dalam meditasi, pikirannya meresapi,
Rahasia kehidupan, cahaya yang jernih.
Berkelana jauh, melewati lembah-lembah,
Buddha mencari jawaban, nirwana yang abadi.
Pertanyaan dan jawaban, tari dalam pikir,
Di alam yang hening, di balik tirai sejati.
Simbol kumbang, melambangkan transformasi,
Sang Buddha, muncul dari kegelapan kebenaran.
Dharma dan karma, alur tak terelakkan,
Menuntun manusia ke pintu pencerahan.
Cinta tanpa batas, pesan kasih Buddha,
Pelajaran damai, mengalir bagai sungai.
Mengajar tentang dukha dan jalan terang,
Agar hati manusia terbuka, tak terkekang.
Pelita cahaya, di dunia yang kelam,
Buddha memandu, peluk cinta abadi.
Sang Guru, teladan kebijaksanaan,
Puisi pencerahan, melodi kebijaksanaan.
Di antara bunga seribu warna,
Buddha menari, dalam rahasia semesta.
Dan ketika bulan purnama bersinar,
Cerita Sang Buddha, abadi terukir.
Pohon boddhi yang merindang bersaksi,
Keajaiban batin, kisah Buddha terhampar.
Dalam puisi ini, mengalun keabadian,
Sang Guru, dalam hati kita, tetap bersinar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H