Kompasiana.com - Berikut adalah legenda pasar setan atau pasar dieng yang tersembunyi di lereng Gunung Lawu, dipenuhi dengan kisah-kisah mistis yang mencengangkan. Selain itu, terdapat cerita mengenai upaya moksa yang dilakukan oleh prabu Brawijaya V sebelum kerajaan Majapahit mengalami kehancuran.
Gunung Lawu melintasi batas antara dua provinsi, yaitu Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim).
Secara spesifik, Gunung Lawu berada di wilayah tiga kabupaten, yakni Karanganyar (Jawa Tengah), Ngawi, dan Magetan (Jawa Timur).
Tiga puncak dimiliki oleh Gunung Lawu, melibatkan Hargo Dalem, Hargo Dumiling, dan puncak tertinggi yang dikenal sebagai Hargo Dumilah.
Gunung Lawu menjadi destinasi favorit bagi para pendaki, terutama saat malam Satu Suro. Pada malam tersebut, banyak orang yang melakukan ziarah dengan menaklukkan puncaknya.
Rute pendakian umumnya dimulai dari tiga lokasi berbeda, termasuk Cemorokandang di Tawangmangu, Candi Cetho di Karanganyar, Jateng, dan Cemorosewu di Sarangan, Jatim.
Area tersebut juga terkenal sebagai destinasi pariwisata yang menarik, terutama di sekitar Tawangmangu, Cemorosewu, dan Sarangan.
Di sebelah barat, terdapat dua kawasan candi yang berasal dari periode akhir Majapahit, yaitu Candi Cetho dan Candi Sukuh.
Pada bagian kaki gunung ini, terdapat kompleks pemakaman yang dikenal sebagai tempat peristirahatan kerabat Praja Mangkunegaran, meliputi Astana Mangadeg dan Astana Girilayu.
Berdekatan dengan wilayah ini, terdapat Astana Giribangun, sebuah mausoleum yang menjadi tempat peristirahatan keluarga presiden yang kedua Indonesia yaitu Presiden Soeharto.
Sebagai destinasi yang sering didatangi oleh para pendaki, Gunung Lawu menyimpan cerita-cerita gaib yang unik.
Salah satu cerita mistis termasuk adanya pasar gaib yang tak terlihat di suatu daerah berbatu di Gunung Lawu.
Percaya atau tidak, Pasar Gaib disinyalir berlokasi di sekitar jalur pendakian Gunung Lawu yang melewati Candi Cetho.
Rute tersebut dikenal dengan kemiringan yang signifikan dan sulit dilalui karena sering tertutup kabut.Â
Selain itu, jalur ini seringkali menampilkan depresi tanah yang dapat membingungkan pendaki dan menyebabkan mereka tersesat.
Pasar setan atau pasar gaib sebetulnya berupa dataran sabana di sepanjang jalur mendaki Candi Cetho, Ngargoyoso, Karanganyar, Jateng. Candi tersebut terletak di dusun Cetho, desa gumeng, kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Di lokasi ini, beberapa pendaki mengklaim pernah mendengar keramaian layaknya suasana pasar. Fenomena ini disebut terjadi terutama pada malam Jumat.
Menurut legenda, jika seseorang, baik pendaki maupun warga sekitar, mendengar suara atau bisikan yang mengajak untuk
 bertransaksi dari batu-batu di area tersebut, mereka diharuskan melemparkan uang apa pun dan memetik daun di sekitar lokasi.
Situasi tersebut mencerminkan proses transaksi yang terjadi di lingkungan pasar.
Kadangkala, baik pendaki maupun warga lokal dapat mengalami sensasi bertransaksi dengan entitas gaib di sekitar Gunung Lawu.
Gunung ini juga menyimpan legenda mengenai moksa Prabu Brawijaya V dan para pengikutnya yang kemudian bertransformasi menjadi burung jalak berwarna gading.
Prabu Brawijaya V memilih untuk bersemedi dan mencapai moksa di puncak Gunung Lawu.
Melalui mimpi, Prabu Brawijaya V menerima petunjuk bahwa Kerajaan Majapahit, yang mengikuti kepercayaan agama Hindu, akan mengalami keruntuhan. Akibatnya, kekuasaan akan berpindah ke tangan Kerajaan Demak yang dipimpin oleh Raden Patah, anak dari Prabu Brawijaya V yang mengikuti agama Islam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H