Di balik senja, cinta terpendam,
Dua hati yang terjalin, terpaksa terpisah.
Orang tua berbicara, takdir diatur,
Pernikahan yang terpatri, namun tak diinginkan.
Mimpi-mimpi terbangun, di pelukan malam,
Kekasih terpisah, bagai bintang yang jauh.
Pertemuan dan perpisahan, seperti dua ujung senja,
Namun cinta kita, tak tergoyahkan oleh waktu.
Dalam pelukan gelap, terbesit keputusan,
Melarikan diri dari resepsi, langkah pemberontakan.
Tangan genggam erat, janji diucapkan,
Berdua mengarungi malam yang tak pasti.
Melarikan diri dari takdir yang terpahat,
Hati membara, cinta tak ingin terputus.
Orang tua bersikeras, menjodohkan dengan yang lain,
Namun kita, melawan arus, berdua melangkah.
Pelukan malam, saksi bisu cinta terlarang,
Langit menjadi saksi, bintang-bintang menyaksikan.
Resepsi yang ditinggalkan, pelukan yang tak terlepas,
Kita berdua, mengejar takdir yang kita pilih.
Hidup berdua, di dunia yang terasa milik kita,
Cinta kita melangkah, menari di atas kelopak bunga.
Resah dan bahagia, dalam setiap langkah kita,
Melangkah bersama, meski takdir berkata lain.
Dua hati bersatu, melawan takdir yang keras,
Percintaan terlarang, menjadi kisah tak terlupakan.
Kita berdua, melawan arus, menciptakan cerita,
Cinta sejati, yang tak kenal batas waktu dan ruang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H