Ciri dari bangsa Indonesia seperti halnya kerja bakti, menerima tamu baik yang sudah dikenal maupun yang belum dikenal adalah nilai-nilai budaya dalam masyarakat yang sudah melekat dan membudaya dalam kehidupan masyarakat yang mana hal tersebut merupakan warisan dari nenek moyang bangsa Indonesia yang dipertahankan sampai sekarang. Hubungan sosial dalam masyarakat dapat berjalan dengan baik dengan adanya pola semacam itu. Di wilayah tersebut, keberadaan Asta Sayyid Yusuf dapat menambah tingginya jiwa gotong royong pada diri masyarakat dalam menumbuhkan rasa yang sama untuk  mempunyai  kewajiban  untuk  turut  menjaga kelestarian sejarah tersebut hingga bisa diwariskan kepada generasi mereka sebagai rasa syukur dan bangga atas adanya Asta Sayyid Yusuf disana dengan mengadakan upacara-upacara ritual seperti Khol atau tahlilan sebagai bentuk kegiatan gotong-royong.
Menurut Koentjaraningrat, upacara timbul karena adanya dorongan perasaan manusia untuk melakukan perbuatan yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia gaib (kelakuan keagamaan). Upacara tradisional merupakan perwujudan nilai budaya masyarakat setempat. Upacara tradisional menjadi suatu tindakan atau tingkah laku yang ditujukan untuk menghadapi kekuatan yang berada di luar manusia yang tumbuh dari alam bawah sadar sebagai perwujudan dari keterbatasan-keterbatasan kemampuan manusia dalam menghadapi tantangan hidup.[4] Pelaksanaan proses sosialisasi dalam masyarakat yang di lihat dari adanya penyelenggaraan atau pelaksanaan upacara yang sangat penting karena berfungsi sebagai pengokoh norma-norma atau nilai-nilai budaya yang berlaku dalam masyarakat merupakan perwujudan dari upacara keagamaan ataupun upacara adat tradisional.
Kesimpulan
Keberadaan Asta Sayyid Yusuf memberikan pengaruh yang besar terhadap kehidupan masyarakatnya, khususnya di bidang sosial budaya. Dampak sosial terutama dalam bidang syi'ar agama Islam yang secara damai menyebarkan agama Islam walaupun masih menggunakan metode sinkretisme yaitu perpaduan dengan budaya sebelumnya (pra-Islam), Syi'ar juga terlihat dalam bentuk keramaian masyarakat yang berziarah atau mengunjungi makam tersebut. Pada bidang pendidikan yaitu menambah pengetahuan bagi para pelajar tersebut dan sekitarnya tentang tokoh Sayyid Yusuf sebagai penyebar agama Islam secara lokal di daerah Talango dan sekitarnya pada umumnya maupun di Talnago pada khususnya.
Sedangkan dampak budaya mengacu pada religi yang menyangkut aktivitas ziarah sebagai bentuk sinkretisme budaya pra-Islam, sistem nilai budaya memunculkan kegotongroyongan masyarakat dalam setiap upacara keagamaan pada makam Asta Sayyid Yusuf dan adat istiadat yang memberi corak khusus dalam kehidupan masyarakatnya seperti upacara Khol, Tahlilan dan Selametan yang dilakukan secara turun-temurun olah masyarakat setempat.
Reference
Huub  de  Jonge, Madura  dalam  Empat  Zaman: Pedagang, Perkembangan, Ekonomi, dan Islam: Suatu Studi Antropologi Ekonomi (Jakarta: Gramedia, 1989), 45.
Koentjaraningrat. 1988. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Yogyakarta: Djambatan
Komarudin & Muhammad  Haitami, Tradisi  Islam  dan  Upacara  Adat  Nusantara (Bandung: Makrifat Media Utama, t.t.), 7.
Zaini Muchtarom, Islam di Jawa dalam Perspektif Santri dan Abangan (Jakarta: Salemba Diniyah, 2002), 41-43.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI