Mohon tunggu...
Ahmad Risqi
Ahmad Risqi Mohon Tunggu... Lainnya - Pujangga Baru

Hidup hanyalah proses menuju Tuhan. Dan karya adalah semboyannya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Patutkah Feminisme Meronta?

8 Juni 2021   00:20 Diperbarui: 8 Juni 2021   00:33 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ingin sekali rasanya aku mengajak menelaah kata Feminisme itu, dan ingin mencoba menggiring keresahan saya terhadap kaum laki-laki yang kontra terhadap Feminisme, begitupun sebaliknya, dan bukan maksudku untuk menggurui ataupun sok-soan kritis, tapi ini pandanganku dan pernyataan sikap terhadap alur yang tak kunjung sampai pada endingnya.Sebelumnya saya ingin menncoba memberikan stimulus hakikat dari Feminisme itu sendiri. Dalam KBBI Feminisme adalah: Gerakan perempuan yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara perempuan dan laki-laki. Kalau kita sebagai kaum laki-laki yang tak mau mencoba memperdalam ataupun mengkaji kata yang telah disampaikan KBBI pasti kita hanya mengandalkan ego dan pembenaran terhadap diri kita sendiri. Saya pernah membaca buku yang berjudul "Menggugat Feminisme" di dalam buku tersebut berisikan kata seperti ini; kesadaran atas ketidakadilan tidak membutuhkan kita berjenis kelamin perempuan atau laki-laki, tapi menuntut kita sebagai manusia yang berakal dan berhati. Sudah cukup jelas tamparan kata dari buku itu, bagi para kaum laki-laki yang kontra terhadap feminisme.

Tentu saja tidak hanya Feminisme saja yang menjadi persoalan, akan tetapi kaum perempuan juga mempersoalkan Patriarki. Mari kita mencoba menalaah kata patriarki itu. Dalam KBBI patriarki mempunyai makna: prilaku mengutamakan laki-laki daripada perempuan dalam masyarakat atau kelompok sosial tertentu. Jadi menurut nalar pikiranku seakan-akan perempuan tidak mempunyai kemampuan dalam bidang sosial yang telah ditentukan oleh KBBI itu, sedangkan menurut opiniku patriarki juga tak pernah pandang bulu. Kadang perumpuan mempunyai sifat patriarki begitupun sebaliknya laki-laki juga mempunyai sifat feminisme.

Bukannya kita  makhluk sosial yang seharusnya tidak mempermasalahkan penganutan budaya keduanya itu. Akan tetapi kita harus mempermasalahkan seberapa erat dirimu dengan orang-orang yang mungkin merasa tidak ada kenyamanan dengan lini pertemanannya. Karena itu lebih penting dan sangat terhotmat bagi kita, kalo kita bisa menyapa hal itu.

Jadi feminisme dan patriarki merupakan sekumpulan ego yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan. Jangan salahkan kedua budaya itu, yang patut disalahkan adalah kita, karena kita tidak mau memahami dan mencoba menerima realitas yang sudah terjadi.

Perjuangan adalah sifat patriarki, sedangkan pengorbanan adalah feminisme. Perpaduan yang indah bagi kita yang mau menalaah bukan mengandal ego yang mengantarkan resah. Sangat mengugah selera ketika dua budaya bersatu padu dalam dekapan dada. Dan menjadi bahan anutan bagi kita. Tanpa harus menyalahkan berbagai pihak.

Teringat salah satu perkataan Filsuf termasyur dalam islam yaitu Ibnu Arabi "Di dunia ini tak ada makhluk yang kekuatannya lebih besar dari pada perempuan" dari ungkapan beliau sangat jelas bahwasannya perempuan juga bisa mengimbangi kekuatan maskulin yang dimiliki laki-laki. Pradigma yang muncul di masyarakat dan para akademisi "Eh..kamu itu perempuan ngurusin hal domistik saja, jangan ikut campur urusan laki-laki" aku sebagai laki merasa rugi kalo mengatakan seperti itu, karena perempuan bebas berekspresi sesuai yang dia mau. Jadi persembahkanlah kebebasan berekspresi, jangan sampai diselubungi oleh iri dan dengki. Apalagi melarang perempuan untuk melanglang buana menyusuri hiruk-pikuknya kehidupan, dan dimensi waktu yang berputar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun