Ketika Anda pertama kali mendengar kata sejarah, sesuatu kisah dari masa lalu muncul di benak Anda. Suatu kisah masa lalu yang sebenarnya memiliki cerita yang menarik dan sangat sayang untuk ditinggalkan. Namun harus diakui, seringkali tanpa disadari, orang-orang melihat sejarah sebagai sesuatu yang tua, klasik, usang dan predikat negatif lainnya, yang sebenarnya ingin menyatakan tiada gunanya mengetahui atau mempelajari sejarah. Inilah ironi sebuah negara besar, jika sebagian orang-orang di dalamnya menyepelekan pembelajaran sejarah.
Tidak ada kehidupan yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah. Dengan kata lain, pengetahuan dan kesadaran akan keberadaan dan kondisi saat ini hanya dapat dipahami dengan mengungkap masa lalu. Sejarah adalah awal dari segala sesuatu yang ada, dan tidak dapat dipisahkan dengan realitas kehidupan saat ini.Â
Kata sejarah berasal dari bahasa arab syajarah yang berarti pohon. Kata syajarah sering dikaitkan dengan arti kata silsilah. Kata syajarah identik dengan istilah babad dalam tradisi masyarakat Jawa yang berarti sejarah kerajaan, sejarah nasional, dan kronik. Sejarah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki tiga arti: yaitu: (1) sastra kuno (silsilah, asal usul), (2) peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lalu, dan (3) pengetahuan, cerita, pelajaran tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi di masa lalu.
Sejarah juga merupakan terjemahan dari kata history (bahasa Inggris) yang artinya sejarah. Secara harfiah, ada empat arti dari kata tersebut. Pertama, kata yang mengacu pada sesuatu yang telah berlalu, atau peristiwa. Kedua, kata sejarah berarti riwayat dari yang pertama. Ketiga, semua makna pengetahuan masa lalu, dalam hal ini erat kaitannya dengan duduk masalah tertentu pada umumnya dan khususnya tentang masyarakat tertentu. Keempat, sejarah adalah ilmu yang berusaha menentukan dan meneruskan pengetahuan (Gazalba, 1966).
Ibnu Khaldun memberikan tafsir tentang sejarah atau Fann al-Tarikh dalam tiga kalimat terpisah dalam karya monumentalnya Muqadimah Ibn Khaldun. Pertama, mencakup dimana bangsa dan generasinya bergiliran tangan mempelajarinya. Antara orang bijak dan orang bodoh memiliki pengetahuan sejarah yang sama. Karena pada awalnya, sejarah tidak lebih dari berita tentang politik, negara, dan berbagai  peristiwa masa lalu. Kedua, ia menjelaskan kepada kita tentang masa lalu bangsa yang sangat tercermin dari perilaku masyarakatnya. Ketiga, adalah berita tentang al-ijtima' al-insani (komunitas manusia) secara umum yang mencakup semua perubahan tersebut terjadi dalam peradaban karena karakter peradaban itu sendiri.
Sejarah dalam pandangan sejarawan Islam ini memiliki dua makna, yaitu luar dan dalam. Dari luar, sejarah adalah siklus waktu, rangkaian peristiwa dan pergantian kekuasaan. Sejarah di sisi ini mencoba untuk menjawab pertanyaan dasar yang berkaitan dengan apa, siapa, kapan, dan di mana peristiwa itu terjadi. Dalam hal ini tingkat pengetahuan sejarah antara ilmuwan dan non-ilmuwan adalah sama. Pengetahuan seperti ini disebut sejarah naratif. Sementara sejarah dari dalam adalah sesuatu penalaran kritis dan pencarian kebenaran yang cermat, penjelasan penyebab yang cerdas, asal mula segala sesuatu, pengetahuan mendalam tentang mengapa dan bagaimana peristiwa terjadi.
Sejarah Sebagai Ilmu
Sejarawan Indonesia, Kuntowijoyo memberikan pemahaman tentang sejarah sebagai rekonstruksi masa lalu. Itu berarti apa yang telah terjadi dalam perbuatan manusia direkonstruksi (re berarti kembali;konstruki berarti bangunan) berupa cerita sejarah. Pengertian ini lebih mengarah pada upaya menghidupkan kembali peristiwa masa lampau yang berdasarkan sumber sejarah dan imajinasi sejarawan. Dalam kaitan ini, Kuntowijoyo juga membedakan ciri-ciri pengetahuan sejarah yang mendalam baik dalam artian negatif maupun positif.
Sejarah bukanlah ilmu alam yang  menegakkan hukum secara tetap, terlepas dari sudut pandang orang, waktu, tempat, dan suasana. Sejarah yang dalam penjelasannya menyajikan hal-hal yang khas atau ideolografis. Berbeda juga dengan sastra yang menghadirkan suasana imajinatif, tulisannya tergantung pada kondisi diri yang sepenuhnya pada dunia yang dibangun oleh penulis, dan
kesimpulan dapat berupa pertanyaan. Sementara sejarah, adalah kerja para sejarawan  dalam mengolah kerangka data sejarah dan kisahnya dominan dipengaruhi oleh ketersediaan sumber sejarah, dan hasil akhirnya adalah kesimpulan atau informasi lengkap, serta sebuah fakta.