Mohon tunggu...
Ahmad Sastra
Ahmad Sastra Mohon Tunggu... Penulis - penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ahmad Sastra adalah seorang peminat literasi fiksi maupun nonfiksi. beberapa buku fiksi dan non fiksi telah ditulisnya. banyak juga menulis artikel populer di berbagai media masa cetak dan elektronik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membaca Pro Kontra Diskursus Khilafah

11 Juni 2022   15:34 Diperbarui: 11 Juni 2022   15:40 1178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MEMBACA PRO KONTRA DISKURSUS KHILAFAH

Tanggapan atas Tulisan Prof. Akh. Muzakki, MAg, bertajuk Radikalisme Khilafah di Harian Umum Jawa Pos, 7 Juni 2022

Oleh : Ahmad Sastra  

Melalui WAG, saya mendapatkan kiriman tulisan berjudul Radikalisme Khilafah. Sejenak agak kaget membaca judul tulisan itu, namun akhirnya saya luangkan waktu untuk membaca seluruh isi tulisan itu. Pada prinsipnya saya senang dengan adanya tradisi literasi dimana tradisi intelektual bisa terbangun, konstruksi argumentasi bisa ditanggapi. Inilah salah satu cara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Berbeda pendapat itu biasa, mari sikapi dengan kepala dingin. Izinkan saya untuk memberikan tanggapan atas tulisan yang mulia Prof. Akh. Muzakki MAg.

Publik mungkin bertanya : mengapa khilafah harus dipermasalahkan di Indonesia ?  Bukankah pengusung khilafah, minimal hingga masa terkini, tidak mempertontonkan praktik ekstremisme kekerasan (violent extremism)? Mengapa mereka harus diributkan? Mengapa pula khilafah dipersalahkan ?

Paragraf di atas adalah paragraf pertama tulisan Prof. Akh. Muzakki, MAg,   Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya, wakil sekretaris jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di HU Jawa Pos, 7 Juni 2022 berjudul Radikalisme Khilafah. Tulisan ini dimuat di tengah terjadinya tindakan rasis dan intoleran Nupur Sharma dan Delhi Naveen Kumar Jindal dari Partai Bharatiya Janata (BJP) yang menghina Nabi Muhammad SAW dan Aisyah RA., Keduanya melontarkan kata-kata yang menghina Nabi Muhammad SAW.

Tulisan ini juga dimuat di tengah berbagai bentuk carut marut urusan dalam negeri yang semakin semrawur akibat penerapan ideologi  sekulerisme liberal. Akibatnya rakyat semakin susah hidup di negeri yang konon katanya kaya raya. Banyak rakyat melarat yang terpaksa bunuh diri karena faktor ekonomi. Sementara para menteri berlomba menumpuk kekayaan di tengah utang negara yang semakin menggunung. Belum lagi soal tindakan teror OPM yang belum juga berhenti hingga hari ini. Dengan terang-terangan mereka mempertontonkan praktik ekstremisme kekerasan (violent extremism) dengan membunuh aparat keamanan.  Entah sudah berapa aparat keamanan, baik polisi maupun TNI bahkan rakyat sipil yang menjadi korban  ekstremisme kekerasan OPM.

Karena itu paragraf pertama tulisan Akh Muzakki justru menjadi narasi kontraproduktif dan paradoks di tengah berbagai persoalan tindakan kekerasan yang terang-terangan terjadi di negeri ini. Sementara orang-orang yang meyakini gagasan khilafah sebagai ajaran Islam hanyalah orang yang berdakwah dengan pendekatan intelektual, terbuka. Para pendakwah khilafah adalah mereka yang berdakwah dengan penuh keterbukaan dan tidak mengenal kekerasan, apalagi pemaksaan.

Mengapa khilafah harus dipermasalahkan di Indonesia ? Mengapa pula khilafah dipersalahkan ?. Pertanyaan ini juga cukup aneh, sebab khilafah itu sangat jelas sebagai salah satu ajaran Islam yang terdapat pada kitab-kitab para ulama klasik maupun kontemporer. Islam itu kan ajaran sempurna yang meliputi aqidah, syariah, ibadah, akhlak, muamalah, sains, budaya, peradaban, politik, pendidikan, ekonomi dan aspek lainnya secara holistik. Kalo mau menyalahkan, lebih baik penulis menyalahkan OPM yang jelas-jelas telah melakukan tindakan ekstremisme kekerasan (violent extremism). Memangnya apa salah konsep khilafah kepada negeri ini ?.

Khilafah adalah salah satu ajaran Islam dalam aspek politik, kepemimpinan, kekuasaan dan pemerintahan sebagaimana telah terwujud dalam sejarah peradaban Islam masa lalu. Menyalahkan khilafah berarti menyalahkan ajaran Islam, padahal khilafah sendiri hari ini belum tegak di muka bumi. Gagasan khilafah bahkan masih sebatas diskursus intelektual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun