Malam itu, Jum’at (tanggal 01/01/2010) sekitar pukul 20.30, sebuah stasiun televisi swasta nasional, TVONE, menayangkan semacam acara "In Memoriam" (entah saya lupa apa nama acaranya), yang menceritakan tentang pandangan dan tanggapan orang-orang terdekat Gus Dur mengenai sosok beliau semasa hidupnya.
Salah satu kutipan menarik yang saya tangkap adalah "Gus Dur sangat suka sekali lagu Remang-Remang. Ialah lagu dangdut yang biasa diputar di radio Muara FM, Jakarta. Bahkan beliau sempat marah ketika sedang asyik-asyiknya mendengarkan lagu Remang-Remang tersebut, tiba-tiba lagu tersebut terputus karena iklan. Langsung saja beliau hubungi si penyiar radio yang saat itu sedang bertugas", menurut salah satu ajudan dekat Gus Dur.
Hmmm, siapa yang tahu lagu seperti apakah yang berjudul Remang-Remang itu?
Lagu Remang-Remang adalah lagu dangdut pantura, atau lebih dikenal dengan sebutan Tarling Pantura. Lagu ini menceritakan tentang kisah perjuangan perempuan yang berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya yang keras. Kehidupan masyarakat di Pantura, khususnya Indramayu (yang juga merupakan kampung halaman saya :D) yang keras dengan keadaan sosialnya yang sedemikian rupa menjadi ‘tema’ dari lagu ini.
Berikut adalah lirik dari lagu Remang-Remang :
Remang-remang sinar lampu wayah sore
ganti surute srengenge
Nunggu kakang wis lawas langka kabare
Rasa pegel duh kakang sun ngentenane
Remang-remang sinar lampune madangi
Kadang keton lintang wis ora perduli
Kula seneng waktu deweke njanjeni
Wong ganteng aja gawe lara ati
Jare lunga bli suwe
Lawas olih sewengi
Kula percaya bae
Nyatane kakang bohongi
Angel jaman saiki
Luruh lanang sejati
Sing mung ana siji
Kang siji wis duwe rabi
Remang-remang sepanjang jalan pantura
Gadis manis pada midang pinggir dalan
Jare seneng bisa bantui wong tua
Kadang nangis urip mengkenen sampai kapan
Mungkin inilah sisi unik dari lagu ini. Lagu dengan tema yang menceritakan tentang kehidupan wong cilik, yang terus berusaha untuk memenuhi segala kehidupannya terhadap cinta dan harta. Cinta akan kasih sayang terhadap orang yang disayanginya, dan harta demi kebutuhan hidupnya. Sampai-sampai Gus Dur pun sampai marah jika beliau sedang mendengarkan lagu ini di radio, tiba-tiba terputus karena iklan. Tak tanggung-tanggung, sang penyiar radio yang kala itu sedang bertugas pun langsung beliau hubungi lewat telepon, ditegur karena telah memutus lagu favoritnya.
Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa betapa luar biasanya sosok Gus Dur. Seorang Guru Bangsa, mantan pemimpin di negeri ini, dengan segala segala kharisma dan kehormatannya, yang masih "sempat-sempatnya" mendengarkan teriakan-teriakan lantunan nada dari rakyat kecil.
Selamat jalan Gus Dur…....
(Didapat dari seorang teman, 13 Feb. 2010)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H