Mohon tunggu...
ahmad mustofa
ahmad mustofa Mohon Tunggu... -

Saya bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa, hanya senang mengamati dan memperhatikan kehidupan sosial di sekeliling, tinggal di Tuban Jawa Timur (Tuban adalah kota kecil di sebelah Barat Laut kota Surabaya).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gus Dur Ternyata Penggemar Remang-Remang

13 Februari 2010   12:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:56 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Malam itu, Jum’at (tanggal 01/01/2010) sekitar pukul 20.30, sebuah stasiun televisi swasta nasional, TVONE, menayangkan semacam acara "In Memoriam" (entah saya lupa apa nama acaranya), yang menceritakan tentang pandangan dan tanggapan orang-orang terdekat Gus Dur mengenai sosok beliau semasa hidupnya.

Salah satu kutipan menarik yang saya tangkap adalah "Gus Dur sangat suka sekali lagu Remang-Remang. Ialah lagu dangdut yang biasa diputar di radio Muara FM, Jakarta. Bahkan beliau sempat marah ketika sedang asyik-asyiknya mendengarkan lagu Remang-Remang tersebut, tiba-tiba lagu tersebut terputus karena iklan. Langsung saja beliau hubungi si penyiar radio yang saat itu sedang bertugas", menurut salah satu ajudan dekat Gus Dur.

Hmmm, siapa yang tahu lagu seperti apakah yang berjudul Remang-Remang itu?

Lagu Remang-Remang adalah lagu dangdut pantura, atau lebih dikenal dengan sebutan Tarling Pantura. Lagu ini menceritakan tentang kisah perjuangan perempuan yang berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya yang keras. Kehidupan masyarakat di Pantura, khususnya Indramayu (yang juga merupakan kampung halaman saya :D) yang keras dengan keadaan sosialnya yang sedemikian rupa menjadi ‘tema’ dari lagu ini.

Berikut adalah lirik dari lagu Remang-Remang :

Remang-remang sinar lampu wayah sore

ganti surute srengenge

Nunggu kakang wis lawas langka kabare

Rasa pegel duh kakang sun ngentenane

Remang-remang sinar lampune madangi

Kadang keton lintang wis ora perduli

Kula seneng waktu deweke njanjeni

Wong ganteng aja gawe lara ati

Jare lunga bli suwe

Lawas olih sewengi

Kula percaya bae

Nyatane kakang bohongi

Angel jaman saiki

Luruh lanang sejati

Sing mung ana siji

Kang siji wis duwe rabi

Remang-remang sepanjang jalan pantura

Gadis manis pada midang pinggir dalan

Jare seneng bisa bantui wong tua

Kadang nangis urip mengkenen sampai kapan

Mungkin inilah sisi unik dari lagu ini. Lagu dengan tema yang menceritakan tentang kehidupan wong cilik, yang terus berusaha untuk memenuhi segala kehidupannya terhadap cinta dan harta. Cinta akan kasih sayang terhadap orang yang disayanginya, dan harta demi kebutuhan hidupnya. Sampai-sampai Gus Dur pun sampai marah jika beliau sedang mendengarkan lagu ini di radio, tiba-tiba terputus karena iklan. Tak tanggung-tanggung, sang penyiar radio yang kala itu sedang bertugas pun langsung beliau hubungi lewat telepon, ditegur karena telah memutus lagu favoritnya.

Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa betapa luar biasanya sosok Gus Dur. Seorang Guru Bangsa, mantan pemimpin di negeri ini, dengan segala segala kharisma dan kehormatannya, yang masih "sempat-sempatnya" mendengarkan teriakan-teriakan lantunan nada dari rakyat kecil.

Selamat jalan Gus Dur…....

(Didapat dari seorang teman, 13 Feb. 2010)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun