Mohon tunggu...
Ahmad Wansa Al faiz
Ahmad Wansa Al faiz Mohon Tunggu... Lainnya - Pengamat Sosial Fenomena

Pengamat - Peneliti - Data Analis _ Sistem Data Management - Sistem Risk Management -The Goverment Interprestation Of Democrasy Publik Being.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Natal Dalam Repleksi Interpretatif Qur'ani.

25 Desember 2024   11:50 Diperbarui: 25 Desember 2024   11:50 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Ilustrasi" : "Natal Dan Celebrasi Akhir Tahun" (Sumber Gambar. detik.com).

artinya : Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, hari wafatku, dan hari aku dibangkitkan hidup (kembali)." (Surat Maryam Ayat 33).

Refleksi ayat dari Surat Maryam ini memberikan perspektif yang mendalam tentang makna Natal dalam konteks yang lebih luas. Mari kita telaah maknanya secara mendalam.

Ayat ini, yang dalam Al-Qur'an merupakan ucapan Nabi Isa AS, membawa pesan universal tentang tiga momen penting dalam kehidupan manusia: kelahiran, kematian, dan kebangkitan. Dalam konteks perayaan Natal, refleksi ini menjadi sangat relevan.

Pertama, "kesejahteraan pada hari kelahiran" ( ) mengandung makna mendalam tentang bagaimana kelahiran Nabi Isa AS membawa rahmat dan berkah. Perayaan Natal, yang memperingati kelahiran ini, seharusnya menjadi momentum untuk merenungkan makna kedatangan seorang nabi yang membawa pesan perdamaian. Kelahiran beliau bukan sekadar peristiwa historis, tetapi membawa misi kemanusiaan yang universal.

"Hari wafat" ( ) mengingatkan kita akan sifat sementara kehidupan dunia. Bahkan seorang nabi pun mengalami kematian, menunjukkan bahwa setiap jiwa akan merasakan peristiwa ini. Dalam konteks Natal, ini menjadi pengingat bahwa misi dan ajaran yang dibawa harus terus hidup melampaui eksistensi fisik pembawanya.

"Hari dibangkitkan hidup kembali" ( ) membawa dimensi eskatologis yang penting. Ini mengingatkan bahwa kehidupan tidak berakhir dengan kematian, tetapi ada kebangkitan dan pertanggungjawaban. Perayaan Natal seharusnya menguatkan kesadaran ini - bahwa setiap tindakan kita memiliki konsekuensi spiritual.

Dalam konteks kontemporer, ayat ini mengajak kita merefleksikan beberapa hal:

1. Perayaan Natal seharusnya menjadi momentum untuk menghayati nilai-nilai universal yang dibawa oleh Nabi Isa AS: kasih sayang, perdamaian, dan kepedulian terhadap sesama.

2. Kesejahteraan () yang disebutkan dalam ayat ini mencakup dimensi material dan spiritual. Ini mengingatkan bahwa perayaan Natal tidak seharusnya terjebak dalam materialisme, tetapi harus menyentuh aspek spiritual yang lebih dalam.

3. Pengulangan kata "kesejahteraan" untuk tiga momen penting (lahir, wafat, bangkit) menunjukkan pentingnya konsistensi dalam menjalani kehidupan yang sesuai dengan nilai-nilai ketuhanan.

Sebagai penutup, ayat ini memberikan perspektif yang memperkaya makna perayaan Natal. Ini bukan sekadar perayaan tahunan atau momentum bertukar hadiah, tetapi kesempatan untuk merefleksikan perjalanan spiritual manusia - dari kelahiran, melalui kehidupan dan kematian, hingga kebangkitan. Dalam semangat ini, Natal menjadi momentum untuk menguatkan komitmen pada nilai-nilai kemanusiaan universal dan kesadaran akan dimensi spiritual kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun