Mohon tunggu...
Ahmad Wansa Al faiz Sip
Ahmad Wansa Al faiz Sip Mohon Tunggu... Lainnya - Pengamat Sosial Fenomena

Pengamat - Peneliti - Data Analis _ Sistem Data Management - Sistem Risk Management -The Goverment Interprestation Of Democrasy Publik Being.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Betawi : Indonesia Tanah Air Beta(wi).

19 Desember 2024   08:50 Diperbarui: 19 Desember 2024   09:01 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah riuhnya denyut kehidupan Jakarta yang semakin kosmopolitan, masyarakat Betawi terus menunjukkan ketangguhannya dalam beradaptasi tanpa kehilangan identitas. Fenomena ini menjadi potret menarik tentang bagaimana sebuah budaya asli bertahan di tengah arus urbanisasi dan modernisasi yang tak terbendung.

Pesatnya pembangunan Jakarta telah mengubah banyak kampung Betawi menjadi kawasan modern. Gedung-gedung pencakar langit kini berdiri tegak di tanah yang dulunya merupakan kebun buah dan permukiman tradisional Betawi. Para pendatang dari berbagai daerah membawa dinamika baru, menciptakan mozaik budaya yang semakin kompleks di ibukota.

Namun, di tengah perubahan ini, komunitas Betawi menunjukkan resiliensi yang mengagumkan. Mereka tidak menolak modernisasi, melainkan mengadaptasinya ke dalam kehidupan mereka. Kesenian Betawi modern, misalnya, mulai mengadopsi unsur-unsur kontemporer tanpa menghilangkan esensi aslinya. Lenong diadaptasi ke dalam format yang lebih ringkas dan menghibur, sementara musik Gambang Kromong mendapat sentuhan aransemen modern.

Para pengusaha muda Betawi mulai mengembangkan bisnis kuliner tradisional dengan konsep kekinian. Kerak telor, soto Betawi, dan nasi uduk dikemas dalam presentasi yang lebih menarik untuk generasi milenial. Media sosial menjadi platform baru untuk memperkenalkan budaya Betawi kepada generasi yang lebih luas.

Di sisi lain, fenomena "geng motor" yang kerap dikaitkan dengan pemuda Betawi justru mendapat makna baru. Beberapa komunitas motor Betawi modern mengubah citranya menjadi pelestari budaya, mengadakan touring budaya dan bakti sosial ke kampung-kampung Betawi yang tersisa.

Pernikahan adat Betawi pun mengalami transformasi. Ritual palang pintu tetap dipertahankan, namun kini sering dipadukan dengan resepsi modern. Pakaian pengantin Betawi mendapat sentuhan desainer kontemporer, menciptakan perpaduan yang elegan antara tradisi dan modernitas.

Dalam aspek pendidikan, generasi muda Betawi mulai membuka diri terhadap pendidikan tinggi dan karier profesional. Mereka membuktikan bahwa identitas Betawi bukan halangan untuk maju, justru menjadi keunikan yang bisa dibanggakan di lingkungan profesional modern.

Fenomena "ngejong" atau berkumpul santai yang menjadi ciri khas masyarakat Betawi, kini bertransformasi menjadi networking modern di kafe-kafe. Obrolan santai tetap mempertahankan gaya khas Betawi, namun topiknya sudah menyentuh isu-isu kontemporer, dari bisnis startup hingga politik nasional.

Para pendatang yang telah lama menetap di Jakarta mulai mengadopsi beberapa nilai budaya Betawi, menciptakan akulturasi yang menarik. Bahasa Betawi menjadi lingua franca yang mempersatukan berbagai etnis di Jakarta, bahkan menjadi identitas baru warga Jakarta modern.

Pemerintah daerah pun mengambil peran dengan menciptakan ruang-ruang publik yang memadukan unsur modern dan tradisional Betawi. Taman-taman kota didesain dengan ornamen Betawi, sementara festival budaya dikemas dalam format yang menarik bagi generasi muda.

Di tengah hiruk pikuk modernisasi dan keragaman pendatang, identitas Betawi tidak luntur. Justru, ia bertransformasi menjadi identitas yang lebih dinamis dan adaptif. Inilah potret kebudayaan modern Jakarta: sebuah perpaduan harmonis antara warisan leluhur dan tuntutan zaman, yang terus berevolusi namun tetap mempertahankan jati dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun