Mohon tunggu...
El Sabath
El Sabath Mohon Tunggu... Lainnya - Pengamat Sosial Fenomena

"Akar sosial adalah masyarakat dan kajemukan, dan "Fenomena Sosial Di dasarkan pada gambaran nilai normatif Individu, terhadap ruang interaktif relasi sosial, hal yang mendasar adalah sosial sebagai fenomena individu yang tidak terlepas dari sumberdaya, yang relatif dan filosofis, dan apakah ranah sosial adalah sesuatu yang sesuai makna filosofis, atau justru gambaran dari kehampaan semata, yang tidak dapat di ukur sikap atau ruang lingkup sosialkah, yang berarti suatu ilutrasi pamplet kekacauan revolusi massa, atau komunisme historis dalam sejarah pergerakan politik?"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Kritisisme, Sebagai Bentuk "Amal Soleh"

18 Oktober 2024   16:26 Diperbarui: 18 Oktober 2024   16:41 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kritisisme Publik. Medator.id

4. Eksklusi dan Intoleransi.

Problematika: Kecenderungan untuk menganggap interpretasi sendiri sebagai satu-satunya kebenaran. Uraian, dimana, penolakan terhadap keragaman pemahaman dalam tradisi Islam, dan, sikap antagonis terhadap kelompok atau individu dengan interpretasi berbeda, serta, potensi konflik intra-agama dan antar-agama.


5. Dehumanisasi Agama.

Problematika: Pengabaian aspek kemanusiaan dalam penerapan ajaran agama, dalam uraian, dimana, prioritas aturan di atas kesejahteraan manusia, dan, pengabaian konteks sosial-ekonomi dalam penerapan hukum agama, serta, kurangnya empati dan fleksibilitas dalam menghadapi situasi kompleks.

6. Stagnasi Intelektual

Problematika: Penolakan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran kritis, dan, uraian, diamana, ketakutan terhadap pertanyaan dan eksplorasi intelektual, dan, kegagalan dalam mengintegrasikan wawasan dari disiplin ilmu modern, serta, ketidakmampuan untuk merespons tantangan etis kontemporer.

7. Politisasi Kesalehan.

Problematika: Penggunaan simbol dan retorika kesalehan untuk tujuan politik, dan, uraian, dimana, manipulasi sentimen keagamaan untuk kepentingan kekuasaan, dan, polarisasi masyarakat berdasarkan identitas keagamaan, serta, pengalihan isu-isu sosial-ekonomi ke perdebatan simbolik keagamaan. Mengurai problematika ini membuka jalan untuk pendekatan yang lebih konstruktif dalam memahami dan menerapkan konsep "wa amila soliha". Diperlukan dialog yang inklusif, pemikiran kritis, dan pemahaman kontekstual untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut dan mewujudkan esensi ajaran Islam yang rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi seluruh alam).


Referensi:

1. El Fadl, K. A. (2014). Reasoning with God: Reclaiming Shari'ah in the modern age. Rowman & Littlefield.

2. Ramadan, T. (2009). Radical reform: Islamic ethics and liberation. Oxford University Press.

3. Saeed, A. (2006). Interpreting the Qur'an: Towards a contemporary approach. Routledge.

4. Abu Zayd, N. H. (2004). Rethinking the Qur'n: Towards a humanistic hermeneutics. Humanistics University Press.

5. Moosa, E. (2005). Ghazali and the poetics of imagination. University of North Carolina Press.

  •  Saeed, A. (2006). Interpreting the Qur'an: Towards a contemporary approach. Routledge.
  • Rahman, F. (2009). Major themes of the Qur'an. University of Chicago Press.
  • Abu Zayd, N. H. (2004). Rethinking the Qur'n: Towards a humanistic hermeneutics. Humanistics University Press.
  • El Fadl, K. A. (2014). Reasoning with God: Reclaiming Shari'ah in the modern age. Rowman & Littlefield. 
  • Ramadan, T. (2009). Radical reform: Islamic ethics and liberation. Oxford University Press.
  • Soroush, A. (2000). Reason, freedom, and democracy in Islam: Essential writings of Abdolkarim Soroush. Oxford University Press.
  • Barlas, A. (2002). "Believing women" in Islam: Unreading patriarchal interpretations of the Qur'an. University of Texas Press.
  • Wadud, A. (1999). Qur'an and woman: Rereading the sacred text from a woman's perspective. Oxford University Press.
  • Esack, F. (1997). Qur'an, liberation and pluralism: An Islamic perspective of interreligious solidarity against oppression. Oneworld Publications.
  • Moosa, E. (2005). Ghazali and the poetics of imagination. University of North Carolina Press.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun