Mohon tunggu...
El Sabath
El Sabath Mohon Tunggu... Lainnya - Pengamat Sosial Fenomena

"Akar sosial adalah masyarakat dan kajemukan, dan "Fenomena Sosial Di dasarkan pada gambaran nilai normatif Individu, terhadap ruang interaktif relasi sosial, hal yang mendasar adalah sosial sebagai fenomena individu yang tidak terlepas dari sumberdaya, yang relatif dan filosofis, dan apakah ranah sosial adalah sesuatu yang sesuai makna filosofis, atau justru gambaran dari kehampaan semata, yang tidak dapat di ukur sikap atau ruang lingkup sosialkah, yang berarti suatu ilutrasi pamplet kekacauan revolusi massa, atau komunisme historis dalam sejarah pergerakan politik?"

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Diplomasi Politik E-mas

14 Oktober 2024   21:22 Diperbarui: 14 Oktober 2024   21:31 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

# Diplomasi Politik dan Etnis Tionghoa di Indonesia: Perspektif Filosofis dan Kultural.



Diplomasi politik terkait etnis Tionghoa di Indonesia merupakan topik yang kompleks dan multidimensi, melibatkan aspek historis, kultural, dan filosofis. Dalam konteks ini, pemahaman terhadap nilai-nilai, tradisi, dan latar belakang budaya menjadi kunci dalam membentuk kebijakan dan pendekatan yang inklusif.

## Latar Belakang Historis

Keberadaan etnis Tionghoa di Indonesia telah berlangsung selama berabad-abad, dengan gelombang migrasi yang terjadi sejak era kerajaan-kerajaan Nusantara. Selama periode kolonial dan pasca-kemerdekaan, posisi sosial-politik etnis Tionghoa mengalami berbagai dinamika, termasuk periode diskriminasi sistematis selama era Orde Baru (Suryadinata, 2018).

## Aspek Filosofis dan Kultural

Dalam tradisi filosofis Tionghoa, konsep harmoni sosial () dan kebajikan () memainkan peran penting dalam membentuk interaksi sosial dan politik. Nilai-nilai ini, bersama dengan etika Konfusianisme yang menekankan keselarasan dan hierarki sosial, sering kali memengaruhi cara etnis Tionghoa berinteraksi dengan masyarakat luas dan otoritas pemerintah (Tan, 2017).

## Diplomasi Politik Kontemporer

Dalam era reformasi, pendekatan terhadap isu etnis Tionghoa telah mengalami perubahan signifikan. Kebijakan multikulturalisme dan pengakuan keberagaman budaya telah membuka ruang bagi partisipasi yang lebih luas dari etnis Tionghoa dalam ranah politik dan sosial. Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam konteks stereotip dan prasangka yang masih bertahan di beberapa segmen masyarakat (Hoon, 2019).


## Implikasi Diplomatis.

Hubungan bilateral Indonesia-Tiongkok juga memiliki dampak tidak langsung terhadap posisi etnis Tionghoa di Indonesia. Diplomasi ekonomi dan kultural antara kedua negara sering kali melibatkan peran etnis Tionghoa sebagai jembatan budaya dan bisnis. Namun, hal ini juga terkadang menimbulkan kecurigaan dan stereotip negatif yang perlu ditangani secara hati-hati (Setijadi, 2016).

## Kesimpulan.

Diplomasi politik terkait etnis Tionghoa di Indonesia memerlukan pendekatan yang holistik, mempertimbangkan aspek historis, filosofis, dan kultural. Pemahaman mendalam terhadap nilai-nilai dan tradisi Tionghoa, serta integrasi mereka dengan nilai-nilai nasional Indonesia, dapat menjadi kunci dalam menciptakan kebijakan yang inklusif dan berkeadilan. Dalam konteks ini, diperlukan dialog terus-menerus dan upaya bersama untuk membangun pemahaman lintas budaya yang lebih baik.

## Referensi.

1. Suryadinata, L. (2018). *Chinese Indonesians in an Era of Globalization: Some Major Characteristics*. In L. Suryadinata (Ed.), Ethnic Chinese in Contemporary Indonesia (pp. 1-16). ISEAS--Yusof Ishak Institute.
2. Tan, C. B. (2017). *Chinese Overseas: Comparative Cultural Issues*. Hong Kong University Press.
3. Hoon, C. Y. (2019). *Identities, Nation-State and Pluralistic Society in Indonesia*. In Multicultural Education in Indonesia and Southeast Asia: Stepping into the Unfamiliar (pp. 15-36). Routledge.
4. Setijadi, C. (2016). 'A Beautiful Bridge': Chinese Indonesian Associations, Social Capital and Strategic Identification in a New Era of China-Indonesia Relations. *Journal of Contemporary China*, 25(102), 822-835.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun