Mohon tunggu...
El Sabath
El Sabath Mohon Tunggu... Lainnya - Pengamat Sosial Fenomena

"Akar sosial adalah masyarakat dan kajemukan, dan "Fenomena Sosial Di dasarkan pada gambaran nilai normatif Individu, terhadap ruang interaktif relasi sosial, hal yang mendasar adalah sosial sebagai fenomena individu yang tidak terlepas dari sumberdaya, yang relatif dan filosofis, dan apakah ranah sosial adalah sesuatu yang sesuai makna filosofis, atau justru gambaran dari kehampaan semata, yang tidak dapat di ukur sikap atau ruang lingkup sosialkah, yang berarti suatu ilutrasi pamplet kekacauan revolusi massa, atau komunisme historis dalam sejarah pergerakan politik?"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dialog Tiga Benua: "Black Monday" 19 Oktober 1987 - dan Bintaro: Menelusuri Jejak Kemanusian Kita Hari Ini

13 Oktober 2024   16:11 Diperbarui: 13 Oktober 2024   16:14 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanggerang Update.Com Bintaro 19 Oktober 1987.

Tragedi 19 Oktober 1987, juga dikenal sebagai "Black Monday" atau "Senin Hitam", adalah salah satu hari terburuk dalam sejarah pasar saham global. Berikut adalah ringkasan peristiwa tersebut:
1. Peristiwa: Pada hari itu, pasar saham di seluruh dunia mengalami kejatuhan yang dramatis dan tiba-tiba.
2. Skala: Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) di Amerika Serikat jatuh 508 poin, atau sekitar 22,6%, yang merupakan persentase penurunan terbesar dalam satu hari dalam sejarahnya.
3. Dampak Global: Kejatuhan ini tidak hanya terjadi di AS, tetapi juga mempengaruhi pasar saham di seluruh dunia, termasuk Eropa dan Asia.
4. Penyebab: Beberapa faktor yang berkontribusi termasuk:
   - Ketegangan geopolitik
   - Overvaluasi pasar
   - Program perdagangan komputer yang memicu penjualan massal
   - Defisit perdagangan AS yang tinggi
   - Ketakutan akan kenaikan suku bunga
5. Pemulihan: Meskipun kejatuhan itu dramatis, pasar mulai pulih dalam beberapa hari dan minggu berikutnya.
6. Dampak Jangka Panjang: Peristiwa ini menyebabkan implementasi "circuit breakers" di bursa saham untuk mencegah penurunan drastis di masa depan.
7. Pembelajaran: Tragedi ini menjadi pelajaran penting tentang volatilitas pasar dan pentingnya manajemen risiko dalam investasi.
8. Konteks Indonesia: Meskipun dampaknya tidak sebesar di negara-negara maju, Indonesia juga merasakan efek dari guncangan global ini, terutama dalam hal kepercayaan investor dan nilai tukar rupiah.

Tragedi 19 Oktober 1987 tetap menjadi salah satu peristiwa paling signifikan dalam sejarah keuangan modern dan sering dijadikan referensi dalam diskusi tentang risiko pasar dan krisis keuangan.

Reflektif dan Kritik: Tragedi 19 Oktober 1987.

Tragedi 19 Oktober 1987, yang dikenal sebagai "Black Monday", merupakan salah satu momen paling mengguncang dalam sejarah pasar keuangan global. Peristiwa ini tidak hanya menandai kejatuhan dramatis pasar saham, tetapi juga menjadi titik balik dalam pemahaman kita tentang risiko sistemik dan interkoneksi pasar global.

Refleksi:


Ketika kita merefleksikan peristiwa ini, kita diingatkan akan kerapuhan sistem keuangan yang tampaknya kokoh. Dalam hitungan jam, triliunan dolar nilai pasar lenyap, menghancurkan tabungan dan investasi banyak orang. Ini menunjukkan bahwa meskipun pasar keuangan didasarkan pada perhitungan dan analisis yang rumit, mereka tetap rentan terhadap sentimen manusia dan ketakutan kolektif. Tragedi ini juga menyoroti peran teknologi dalam pasar modern. Program perdagangan otomatis, yang dirancang untuk melindungi investor, justru memperparah situasi dengan memicu penjualan massal. Ini mengingatkan kita bahwa inovasi teknologi, meskipun bermanfaat, dapat memiliki konsekuensi yang tidak terduga jika tidak dikelola dengan hati-hati.

Lebih jauh lagi, Black Monday mengungkapkan ketergantungan global yang semakin meningkat. Kejatuhan yang dimulai di AS dengan cepat menyebar ke pasar global, menunjukkan bahwa dalam era globalisasi, tidak ada ekonomi yang benar-benar terisolasi.

Kritik:


Meskipun banyak pelajaran yang dapat diambil dari tragedi ini, kritik terhadap respons dan tindakan pencegahan pasca-kejadian perlu diajukan: 1. Regulasi yang Tidak Memadai: Meskipun "circuit breakers" diperkenalkan untuk mencegah kejatuhan drastis, banyak yang berpendapat bahwa regulasi yang lebih komprehensif diperlukan untuk mengatasi risiko sistemik. 2. Ketergantungan Berlebihan pada Teknologi: Kritik dapat diajukan terhadap ketergantungan yang berlebihan pada sistem perdagangan otomatis tanpa pemahaman penuh tentang potensi dampaknya. 3. Kurangnya Transparansi: Banyak investor kecil tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang risiko yang mereka hadapi, menunjukkan kurangnya transparansi dalam sistem keuangan. 4. Fokus Jangka Pendek: Tragedi ini mengungkapkan kecenderungan pasar dan pelaku pasar untuk fokus pada keuntungan jangka pendek daripada stabilitas jangka panjang. 5. Ketidaksetaraan Informasi: Krisis ini juga menyoroti kesenjangan informasi antara investor institusional besar dan investor individu kecil.

Kesimpulan:


Tragedi 19 Oktober 1987 tetap menjadi pengingat kuat tentang pentingnya kehati-hatian, regulasi yang efektif, dan pemahaman yang lebih baik tentang risiko sistemik dalam pasar keuangan global. Sementara banyak pelajaran telah diambil dan perbaikan telah dilakukan, tantangan baru terus muncul dalam lanskap keuangan yang terus berevolusi. Kewaspadaan konstan dan adaptasi berkelanjutan diperlukan untuk mencegah dan mengelola krisis di masa depan.

Referensi:

1. Carlson, M. (2007). A Brief History of the 1987 Stock Market Crash with a Discussion of the Federal Reserve Response. Finance and Economics Discussion Series, Divisions of Research & Statistics and Monetary Affairs, Federal Reserve Board.

"Ke-Indonesian Kita Hari Ini." - Kemanusian Kita : "Dari Ahmad Wahib, Gus Dur - GusDurian, Nasakom, Prulalitas Majemuk Sampai  Munir Thalib, Dan Tanjung Priok.".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun