Mohon tunggu...
Nur Muhammad
Nur Muhammad Mohon Tunggu... -

Islam Ahlussunnah Wal Jama'ah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Jawaban atas Kebohongan Arrahmah.com dan GemaIslami.com Terkait Polemik Khazanah

21 April 2013   09:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:52 6827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maaf, kalau antum bilang ziarah itu syirik lalu kenapa mesti sholat di mesjid Nabawi di Madinah…? Itu makam Nabi di dalam mesjid…, ngapain masih aja kesana..? “. Lalu beliau menjelaskan sedikit tentang ilmu tafsir dimana harus memperhatikan asbabul wurud maupun asbabun nuzulnya. “Haditsnya sama, Al-Qur’annya sama…. Tapi pemahamannya dimelencengin…, ini yang kami tidak suka…, Khazanah telah memfitnah kami dengan nyata, mengata ngatai kami dengan jelas bahwa kami adalah pelaku musyrik….!”. Terakhir beliau meminta supaya pihak Trans 7 untuk mengklarifikasi pernyataannya di program Khazanah yang memvonis syirik pelaku tawasul. “dan kalian harus meminta maaf kepada seluruh umat Islam di Indonesia, dalam hal ini Ahlussunnah wal Jama'ah yang mayoritas di negeri ini…! Jika tidak, maka jangan salahkan kami umat Islam kalau ada tindakan…” tegasnya.

Disaat mengambil gambar Habib Fachry berbicara inilah saya sempat merekam sesuatu yang cukup menarik di meja tim redaksi Khazanah Trans 7. Posisi saya sebagai juru kamera dadakan cap menyan membuat saya bebas bergerak dari satu sisi ke sisi lainnya di ruangan itu untuk mengabadikan moment pertemuan tersebut. Saat itu saya berdiri dengan tablet di tangan saya tepat dibelakang meja tim redaksi Khazanah. Mata saya tertegun melihat secarik kertas yang tampaknya adalah print out sebuah notes di Facebook yang sangat familier bagi saya. Kertas berisi notes tersebut tergeletak tepat diatas mejanya Pracoyo. Notes tersebut adalah notes yang baru saja malam sebelumnya saya share di akun Face book saya, yaitu notes dari KH. Agus Sunyoto pengurus PBNU. Tampak jelas foto profil akun Facebook beliau tercetak di kertas itu. Saya langsung menzoom kertas tersebut tepat pada saat Habib Fachry memulai pembicaraannya. Dalam hati saya bergumam: “Pastilah tulisan ini yang akan dijadikan counter attack bagi aduan pihak Ahlussunnah…, tapi apa yang salah dengan tulisan itu ya…..?” tanya saya dalam hati.

Selanjutnya setelah sedikit kata dari salah seorang komisioner KPI yang menjelaskan metode penerimaan dan penindak lanjutan aduan dari masyarakat tampilah KH. Misbachul Munir dari Pengurus Bsar Lembaga Dakwah NU sebagai pembicara selanjutnya. Beliau mengatakan betapa ngerinya tuduhan syirik kepada para pengamal sholawat Badar dan sholawat Nariyah. “Kasihan orang kampung pak…. hari hari sudah biasa baca sholawat Badar dan sholawat Nariyah jadi digolongkan musyrik karena ibadahnya…”. KH. Misbachul lalu melanjutkan bahwa lain kali Trans 7 harus lebih bijak dan hati-hati dalam menyampaikan materi tayangannya. Beliau kemudian membacakan sepotong hadits yang menerangkan bahwa hal-hal yang masih dalam persengketaan sebaiknya disikapi dengan bijak, tidak usah langsung memvonis syirik karena masih banyak yang perlu ditoleransi.

Setelah itu tibalah waktu bagi tim redaksi Khazanah Trans 7 untuk menjawab keluhan dan pengaduan dari para pembicara sebelumnya. Yang mewakili Trans 7 adalah Ibu Titin Rosmasari pemimpin redaksi tim Trans 7. Dia menceritakan bahwa seminggu sebelumnya pihak Trans 7 sudah dikomplain oleh Gus Nusron Wahid dari GP Anshor. Wanita berjilbab ungu ini lalu menjelaskan bahwa mereka telah menemui Gus Nusron untuk melakukan pembicaraan dan telah mendapatkan beberapa masukan dari beliau. Dia lalu menerangkan dengan singkat mengenai program Khazanah sekaligus menyebutkan tim penasihatnya di program tersebut yaitu Ustadz Haikal, Ustadz Arifin, dan Ustadz Syarif, namun yang hadir saat itu hanya Ustadz Haikal saja. Bu Titin lalu menerangkan bahwa beberapa hari terakhir ini adalah hari yang cukup berat bagi mereka karena begitu banyak hujatan dan cacian yang ditujukan kepada mereka di media sosial terutama Facebook. Dan menurut dia apa yang beredar di masyarakat luas bahwa Khazanah telah mengatakan tidak boleh melantunkan sholawat Badar, sholawat Nariyah, tawasul dan ziarah kubur itu adalah tidak benar dan sudah terjadi pemelintiran berita di publik. Hal tersebut pun sudah disampaikannya kepada Gus Nusron Wahid saat mereka bertemu. Setelah berbicara singkat soal hal tersebut dia lalu mempersilahkan Ustadz Haikal sebagai penasehat dari tim ahli program Khazanah untuk menjawab keluhan, keberatan dan aduan dari Kyai Thobary, Habib Fachry, dan Kiyai Misbachul Munir.

Lalu Ustadz Haikal pun memulai jawabannya dengan mengatakan hal yang senada dengan Ibu Titin tadi bahwa berita mengenai acara Khazanah telah terjadi pemelintiran. Ustadz yang saat itu memakai baju batik berwarna hijau tersebut mengatakan bahwa mustahil mereka melarang Sholawat, yang ada adalah mereka bahkan menjelaskan keutamaan sholawat. Dia tampak sedikit emosional saat mengatakan: “….. Karena kami adalah pelaku tawasul…, kami adalah pecinta maulid…, karena kami bertahun tahun berguru kepada Al-mukharom Al-Habib Alwi Jamalulail…, karena kami adalah pecinta ahlul bait….!, hal ini membuat kami bertanya tanya kira kira siapa ya yang mengadu domba kita…?”.

Tampak oleh saya Pracoyo yang duduk selisih satu bangku darinya menjulurkan tangannya menyerahkan secarik kertas kepada Ustadz Haikal dan kertas tersebut adalah kertas yang berisi print out notes Facebook dari Kiyai Agus Sunyoto yang saya zoom beberapa saat sebelumnya. Lalu ustadz Haikal menjelaskan bahwa saat hari penayangan episode sholawatlah mereka sorenya mencoba menelusuri dari mana datangnya pernyataan yang memelintir konten khazanah tersebut. Mereka lalu menemukan notes dari Kiyai Agus Sunyoto yang mengatakan bahwa khazanah Trans 7 melarang orang melantunkan sholawat. Tambahnya lagi dia bahkan sempat berkomen di notes tersebut namun entah kenapa komennya kemudian dihapus oleh Kiyai Agus sunyoto. Dia lalu membantah notes tersebut dengan panjang lebar serta menjelaskan apa maksud konten dari episode-episode Khazanah yang diprotes oleh masyarakat khususnya kalangan Ahlussunnah wal Jama'ah.

Ada hal menarik yang terjadi dalam sesi jawaban pihak tim redaksi Khazanah Trans 7 ini. Sesaat sebelum ustadz Haikal menjawab, Habib Fachry Jamalulail dengan tegas bertanya sambil menunjuk ke arah tim redaksi Trans 7: “Sebelum antum menjawab… Ane mau tahu dulu nih…. apa madzhab antum…? Kalo Wahabi bilang Wahabi….! Biar jelas kami berhadapan dengan siapa…”.

Pertanyaan beliau ini tentunya tidak dijawab dengan langsung oleh ustadz Haikal, namun bagi saya jelas tampak bahwa pertanyaan Habib Fachry inilah yang membuat dia mengatakan dengan sedikit emosional kalau dia adalah pecinta maulid dan pecinta ahlu bait. Belakangan baru saya tahu bahwa nama guru yang disebutkan olehnya tadi, yaitu Habib Alwi Jamalulail ternyata adalah ayahanda dari Habib Fachry Jamalulail sendiri. Di sinilah yang menurut saya membuat hal ini menjadi menarik, karena Trans 7 memajukan seorang Ustadz Ahlussunnah untuk menjawab protes dari kalangan Ahlussunnah sendiri. Padahal di media-media seperti Arrahmah.Com belakangan mereka sesumbar bahwa mereka punya tim ahli yang bahkan bergelar LC. Entah kemana ustadz-ustadz lulusan timur tengahnya itu, yang jelas baik saya maupun Tim Sarkub lainnya yang hadir saat itu sebenarnya berharap ustadz-ustadz wahabilah yang maju membela program yang kental sekali corak wahabinya ini, bukannya seorang ustadz Ahlussunnah seperti ustadz Haikal.

Setelah itu perwakilan dari MUI menyampaikan pandangannya mengenai acara Khazanah. Dia mengatakan bahwa MUI tidak setuju dengan usulan sebagian masyarakat untuk menghentikan penayangan program Khazanah. Hal ini karena mengingat bahwa tayangan bernuansa agama Islam porsinya sangat sedikit di pertelevisian Indonesia. Namun MUI sepakat dengan pandangan pihak yang menyampaikan keberatan bahwa Khazanah sebaiknya tidak membahas hal hal yang bersifat furu’iyah dan memancing perdebatan serta menimbulkan keresahan dalam masyarakat. MUI mengatakan agar Khazanah bijak dalam menyampaikan materi tayangannya, harus adil dan cover both side serta tidak memihak kepada salah satu aliran apapun di dalam Islam. Perwakilan MUI itu juga mengatakan bahwa masih banyak materi yang bisa dibahas dan disampaikan, misalnya materi yang mengungkap musuh bersama umat Islam saat ini, atau tentang akhlaq, moral dan pesan anti narkoba kepada generasi muda. “Khazanah kan bisa membongkar kesesatan Ahmadiyah, Syiah rafidhoh atau Liberal yang mengesahkan nikah beda agama dan nikah sejenis misalnya….”.

Hal ini ditanggapi oleh KH. Thobary: “Jangan lagi nampilin Matahari mengelilingi bumi… Jangaaaan…. Malu kita… Duhhh… Anak SD aja bakalan ngetawain hal itu…”, sontak beberapa orang yang hadir di ruangan itu termasuk saya tertawa mendengar ucapan Kiyai Thobary. Sedangkan tim Khazanah menyetujui bahwa masih banyak materi lain yang bisa dibahas. Perwakilan MUI selanjutnya mengatakan bahwa jikalau terpaksa harus menayangkan permasalahan seputar khilafiyah dan furu’iyah maka Khazanah harus menyertakan narasumber yang berkompeten dari kedua belah fihak, jadi tidak hanya menampilkan narasi dan gambar saja. “Jika mau maka saya rasa para Kiyai dan Habaib yang hadir disini saat ini bisa dimintai nasehat dan bantuannya…” .

Kata kata perwakilan MUI ini disambut meriah oleh para hadirin, termasuk Pak Pracoyo yang tampak tertawa renyah saat itu. Namun hal ini menurut saya hanyalah saran saja…., bukan berarti pihak Trans 7 benar benar akan melibatkan para Kiyai kita dalam menggarap materinya. Hal ini terbukti beberapa jam kemudian melalui pernyataan humas mereka yang dilansir oleh situs berita beraliran Wahabi Arrahmah.Com bahwa mereka telah memiliki tim ahli sendiri dan tidak ada rencana akan melibatkan para Kiyai atau Habib dari kalangan Ahlussunnah. “Tidak ada itu, kita sudah punya tim ahli sendiri, jumlahnya ada lima orang, diantaranya ustadz Arifin Nugroho,Lc,” ujar Anita Wulandari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun