Gedung sekolah itu megah dari kejauhan. Tampak gagah walau bercat abu-abu kombinasi putih. Tampak serombongan siswa memasuki sekolah dengan rapi. Sesekali tampak mereka bercanda. Aku buka pintu gerbang besar itu bersama ibuku. Seorang perempuan yang sehari-hari menerima jahitan para tetangga dan orang yang membutuhkan jasanya. Aku memanggilnya Mak Rob. Usianya sudah tidak muda lagi tetapi semangat hidup untuk memenuhi kebutuhanku dalam belajar sangatlah tulus. Pintu gerbang itu terbuat dari besi tebal dengan cat abu-abu. Ada dua satpam yang menjaga. Kami ucapkan permintaan ijin untuk menemui kepala SMA.
Singkat cerita hari itu aku diterima di SMA Negeri 17. Sebuah SMA yang lumayan terpandang. Tidak semua anak bisa masuk ke sekolah itu. Karena aku pindahan dari SMA Negeri di kota lain maka aku pun harus segera beradaptasi dengan budaya setempat.
Ini hari pertama aku masuk kelas. Di kelas X Â aku duduk bersama seorang siswa perempuan, Lucy namanya.
" Kenalkan, Aku Paramita.Pindahan dari SMA Negeri Telukbayur"
" Ya...aku Lucy. Panggil saja begitu. Silakan duduk. Ini ada kursi kosong yang bisa kamu tempati". Demikian awal perkenalanku dengan Lucy. Gadis semampai yang menjadi teman pertamaku.
Jam Pertama dimulai. Bel sudah berdering. Sesosok guru dengan tampilan sederhana, rapi, lumayan cantik dan tampak ramah datang memasuki kelas. Setelah menata tempat duduk dan merapikan buku serta lap top bawaannya dia meminta kami berdoa.
" Rhodiitu billahi robba . Wabil islaamidiina. Wabi Muhammadinnabiyya Warosuula. Robbi Dzidni Ilma Warzukni Wahma. Aamiin ", demikian para siswa yang muslim mengakhiri doanya.Sementara siswa yang beragama lain menyesuaikan dengan ajaran masing-masing. Suasana Berkebinekaan sudah mulai dirasakan.
Ketika dia mulai berjalan ke arah tengah kelas , dia melihat sekilas ke aku. Langsung saja dia dia memanggil aku dan mempersilahkan menjawab pertanyaannya.
" Selamat pagi bu. Perkenalkan nama saya Paramita.Saya siswa pindahan baru, bu. Ijinkan saya ikut bersama teman-teman belajar di sini", demikian aku memperkenalkan diri.
Bu Suci mulai mengajar. Hari ini dia membawa seperangakt alat peraga. Ada jam yang dia letakkan di dinding , juga ada empat gambar yang dia tempelkan. Hari ini aku dan teman-teman belajar tentang konsep waktu, Telling Time. Bu Suci mengajar bahasa Inggris dengan menanyakan waktu kepada kami.
Suaranya sangat lembut namun tegas. Langkahnya sederhana dan tidak terlalu cepat namun gesit datang ke bangku kami jika kami  menemui kesulitan. Kadang-kadang dia mengulang materi jika kami belum faham.
Hari ini dia memakai bawahan hitam dan batik Semarangan dikombinasi jilban warna hijau. Sungguh serasi , tidak tampak mewah namun sangat anggun. Sesuai dengan wajahnya yang sejuk , ceria dan tampak damai.
Semula sebagian siswa hanya bisa menjawab sekedarnya. Setelah pembelajaran sekita 30 menit dengan menggunakan jam sebagai alat peraga maka kami bisa mengucapkan beberapa kalimat seperti," Â What time is it? It is Seven thirty. What do you at nine? I study at school ".
Berpasangan kami mempraktekkan dialog tentang penggunaan waktu dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya kami berkelompok menceritakan kegiatan sehari-hari yang ada di dalam gambar yang ditempel.
Sungguh senang kami dalam pelajaran bahasa Inggris. Bu Suci telah mempraktekkan pengajaran yang mempesona dengan kepribadian dan penampilan yang memesona. Terima kasih , bu Suci. Dari kesukaan kami terhadap pelajaran ibu membuat nilai kami pun ikut melaju.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H